Stalker : 14

3.5K 482 102
                                    

🍁🍁🍁

Siang itu, setelah selesai kelas, Windy buru-buru merapikan buku-bukunya. Hal itu membuat Kanya yang duduk di sampingnya nampak heran dengan sikap Windy. Sejak kelas tadi, Windy selalu memperhatikan ponselnya. Seperti sedang chatting dengan seseorang. Siapa? Kanya tidak tahu, Windy tidak bercerita apapun. Padahal biasanya apapun itu Windy selalu menceritakannya pada Kanya.

Bahkan tidak ada cerita baru lagi tentang Candra. Setelah insiden sakit, Windy tertutup dan bahkan jarang memintanya untuk pulang bersama. Saat Kanya mencoba mencarinya, Windy langsung pulang secepat kilat. Ini aneh dan Kanya ingin tahu yang terjadi.

"Kanya, Windy duluan yah."

"Win, tunggu!" Panggil Kanya sambil berusaha mengejar Windy yang sudah bberlalu duluan keluar dari kelas.

Dan ketika Kanya menyusulnya pun, Windy sudah tidak ada dan menghilang. Kanya menghela napasnya dan berkacak pinggang, hingga ia merasa sebuah tangan memeluk pinggangnya lembut dan sebuah ciuman mendarat di pipi kanannya.

"Nyari apaan sih?" Tanya Karesh.

"Tadi mau ngejar si Windy. Habis dia aneh banget, masa sekarang suka ngehindar dari aku?" Sungut Kanya kesal.

"Ya mungkin punya kesibukan kali." Karesh melepaskan pelukannya dan mengganti menggenggam jemari pacarnya itu.

"Aneh, tahu yang. Windy tuh gak pernah kayak gini." Kanya mengembuskan napasnya sebal.

"Ya udah lah gak usah dipikirin. Mending makan, aku laper." Karesh menarik Kanya menjauh dari sana untuk pergi ke kantin.

Dari pada mereka pusing memikirkan sikap Windy yang aneh, mereka lebih baik menghabiskan waktu berdua sebaik mungkin. Benar, kan?

🍁🍁🍁

W

indy memeluk buku-bukunya hingga sampai di depan kelas Candra yang ternyata banyak seniornya di sana. Windy malu, pipinya bersemu merah seperti tomat. Windy menengok sedikit ke kelas Candra dan orang yang ia cari tidak ada. Padahal tadi Candra bilang ada di kelas.

Windy mengeratkan pelukannya pada buku-buku, kini banyak orang yang memperhatikannya dengan heran. Mungkin mereka bingung kenapa Windy bisa main sejauh ini ke gedung anak Teknik.

Windy takut sebenarnya diperhatikan begini. Namun ia tidak mau pulang sebelum bertemu Candra. Ia sudah sejauh ini.

"Nyari siapa, Wind?" Tanya seseorang yang Windy sudah hafal suaranya.

Windy berbalik dan menatap Sanja pria itu. Windy tersenyum kecil.

"Nyari kak Candra."

"Candra lagi?" Sanja menaikkan alisnya.

"Ada urusan untuk UKM fotografi kak."

Sanja menghela napasnya kemudian memamsukkan kedua tangannya di dalam saku celananya.

"Candra di belakang biasa, lagi nyebat."

"Nyebat? Nyebat itu apa?"

Sanja menaikkan alisnya merasa lucu dengan ekspresi polis Windy yang memang tidak tahu arti sari kata 'nyebat' itu. Sanja pun tertawa kecip kemudian mengusap rambut Windy.

"Nyebat itu ngerokok. Gue, Candra sama Karesh ngerokok tapi gak aktif."

"Bisa nganterin Windy ke kak Candra?" Tanya Windy memohon dan Sanja pun menganggukkan kepalanya.

Sanja berjalan di samping Windy sambil mengantar gadis itu menuju Candra. Sanja sesekali memperhatikan wajah Windy yang gugup. Dan jujur sampai sekarang pun, Sanja masih jatuh hati dengan Windy, meski sebenarnya ia tidak tahu jika Windy dan Candra sudah official sejak lama. Bagaimana jika Sanja nanti tahu? Windy belum menemukan alasan yang tepat untuk menjelaskannya.

STALKER | Wenyeol  ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang