Stalker : 29

2.6K 328 49
                                    


Sanja memutar pulpen yang ada di tangannya sembari melihat pintu masuk sekre mapala. Sepertinya ada yang penasaran kenapa seseorang tak pernah melewati pintu masuk itu lagi. Jujur, ingin rasanya Sanja menyanggah fakta bahwa ada rasa anen yang mengudara di hatinya. Terasa sesak membahagiakan. Memang ada perasaan begitu?

Entahlah. Sanja bingung juga mengakuinya. Yang jelas, ia kesal memiliki perasaan janggal ini karena tak melihat seseorang sudah hampir sebulan ini. Dan juga, ia rasanya sedih dan kosong ketika kehilangan sosok cerewet itu di sini.

Jujur ia jadi tak fokus untuk beberapa hal. Khawatir, cemas, takut. Semua pikirannya hanya berotasi pada Cia. Di mana ia? Di mana cewek itu sekarang? Ke mana gadis yang selalu bermulut ember dan ceria itu?

Meski berat mengakui. Tapi, Sanja ingin mengatakannya ia rindu. Sangat. Ia tidak mau munafik dan berbohong tentang perasaannya. Ia ingat dulu Cia pernah berkata akan membuatnya melupakan Windy. Dan nyatanya, hari berlalu sangat cepat, semua hal yang ia rajut bersama Cia membuatnya melupakan sosok gadis manja milik Candra itu.

"Lo gak papa tapi, kan?"

Sanja menoleh saat mendengar Doni berbicara lewat telepon dengan seseorang. Dan entah kenapa ia sangat tertarik untuk menguping.

"Ya tapi lo itu harus minum obat! Bisa dikasih tahu gak, sih?"

Doni nampak kesal saat duduk di kursinya. Belum menyadari adanya kehadiran Sanja di dalam sekre mapala itu.

"Gue pastiin lo minum obat nanti siang!"

Doni menghela napasnya dan memijat keningnya. "Gue dateng, Cia. Siang ini setelah matkul terakhir gue ke rumah..."

Doni menghentikan ucapannya dan terkejut Sanja sudah berada di depan mejanya dengan tatapan dingin juga cemas.

"Itu Cia?" Tanya Sanja dengan suara beratnya.

"Em, nanti gue telp—"

Doni tersentak saat Sanja langsung merebut ponselnya tanpa permisi dan kasar.

"Cia..."

"Ka-kak Sanja?"

"Lo di mana?!"

"Emm..."

"JAWAB!!" bentak Sanja dengan keras dan Doni yakin gadis di telepon itu sangat terkejut.

"Rumah sakit Cahaya Kasih."

Tanpa menunggu lebih lama, ia langsung meletakkan HP Doni ke atas meja dan berlari keluar dari sekre menuju parkiran. Bahkan ia tidak memedulikan suara Candra dan Karesh yang memanggilnya berkali-kali.

Doni pun keluar dari sekre dan menatap Sanja yang sudah berlari jauh. Sebuah embusan napas pun terdengar dari Doni, disertai Candra dan Karesh yang mendekat.

"Tuh anak kenapa, deh?"

"Urusan hati."

Candra langsung melebarkan matanya. "Sama Windy?"

Doni menoleh pada Candra. "Enggak! Sama Cia." Katanya dengan tawa kecil.

"Cia? Siapa tuh?"

"Adalah pokoknya. Anak manusia juga kok dia." Doni menjawab sambil teraenyum lalu masuk kembali ke dalam sekre.

***

Sanja berlari cepat menuju resepsionis, napasnya tersengal-sengal dengan detak jantung yang berdegup kencang sekali.

"Sus, pasien atas nama Ocilia di rawat di ruang berapa?" Tanyanya dengan terbata-bata, karena ia pun sibuk menormalkan deru napasnya sendiri.

"Oh, Cia? Dia ada di ruang..."

STALKER | Wenyeol  ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang