Stalker : 22

2.8K 384 63
                                    


Windy merona mendengar kalimat ajakan nikah Candra barusan. Pipinya beneran serta mata yang dikedipkan beberapa kali karena bingung harus merespon bagaimana.

Candra memandangnya serius. Lekat, tanpa ada rasa bercanda saat nengatakannya. Ya, memang Candra tidak bercanda saat mengatakannya. Candra itu serius. Kapan memangnya Candra bercanda tentang hal serius seperti ini?

Windy meremas jemarinya yang terjepit di antara tubuh kecilnya dan Candra. Bibirnya ia gigit sebagai tanda kegugupannya mendapati ucapan mendadak tanpa rencana itu. Semua hanya mengalir tanpa mereka rencanakan.

Candra mengusap wajah pacarnya dengan lembut. Membuat Windy menutup matanya karena gugup. Dan perlahan keduanya kembali memejamkan mata untuk menarik diri dalam sebuah kegiatan penuh cinta. Namun, sebuah ketukan di pintu kamar rawat Windy terdengar hingga Candra mengurungkan niatannya. Bahkam setelah mendengar suara deheman milik Tristan, ia bergegas turun dari ranjang dengan wajah malu dan menunduk.

"Tau ini rumah sakit gak, sih? Kamu juga! Kenapa gak istirahat?" Kata Tristan dengan sarkas membuat Candra merasa tidak enak mendengar sindiran itu.

"Belom ngantuk," jawab Windy seadanya. Memang benar bahwa gadis itu belum ngantuk apalagi semenjak Candra mengatakan kalimat berbahaya itu, rasanya tubuh Windy memanas hingga AC pun tidak mampu mendinginkan suhu tubuhnya.

"Tapi harus! Bandel banget sih kalo di kasi tau!" Tristan mendesah keras kemudian menatap Candra yang berdiri sedikit di belakang dengan salah tingkah. "Lo belom pulang?"

"Nanti aja, Tan. Gue mau jagain Windy."

"Windy itu masih pacar, bukan istri lo, Ndra! Dan gue masih bisa jagain Windy. Mending lo pulang deh," kata Tristan membuat Candra tidak terima dalam hati.

"Abang- kok gitu? Windy mau abang sama kak Candra yang jagain Windy malam ini. Oke?"

"Serah! Gue beli kopi dulu!" Kata Tristan lalu melenggang pergi meninggalkan kamar itu.

Windy menatap Candra yang kini sudah mendekatinya. Ia duduk di atas ranjangnya dan menggenggam tangan Windy dengan sayang. Niat hatinya ingin mengecup bibir merah muda itu lagi, namun Tristan memasuki kamar itu lagi sehingga ia langsung berdiri dengan salah tingkah sambil menggaruk leher belakangnya yang tidak gatal.

"Ngapain?! Lo ikut gue!" Kata Tristan membuat Candra menghela napasnya kemudian menatap Windy yang tertawa.

Tristan pun pergi duluan dan Candra hendak menyusul. Namun Windy menahan tangan kekasihnya dan menarik sedikit agar Windy mampu meraih bibir pria itu.

Sebuah kecupan mendarat pada bibir Candra membuat pria itu tersenyum. "Udah sana, nanti abang marah lagi," kata Windy tertawa.

***

Candra berjalan di samping Tristan menuju sebuah kafetaria. Candra menyematkan jemarinya pada saku celananya sedang Tristan berjalan dengan sedikit acuh. Keduanya dari tadi berjalan tanpa mengobrol. Hanya diam dan bergelut dengan pikirannya. Hingga Tristan merasa ada sesuatu yang mengganggu hatinya untuk segera ia bicarakan dengan Candra.

Setelah mereka sampai dan memesan dua kopi untuk masing-masing, sembari menunggu pesanan, Trustan dan Candra duduk di sebuah kursi.

"Udah berapa lama pacaran sama Windy?" Tanyanya sekedar berbasa-basi.

"Dua bulanan," kata Candra menjawab dengan cepat.

"Ndra- hal kayak gini buat gue takut. Gue takut Windy bakal jadi bulan-bulanan para fans elo lagi."

Candra menatap Tristan dengan tatapan curiga. Ia seperti bisa menebak ke mana arah pembicaraan ini berlanjut.

"Tan, gue tau gue salah gak jagain Windy, tapi please, kalo lo suruh gue putus sama dia, gue gak bisa," ucap Candra terang-terangan. Rasanya ia sudah tahu jika Tristan akan mengatakan hal itu sebelum ia mengatakannya.

STALKER | Wenyeol  ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang