Stalker : 32

2K 268 56
                                    


"Mas, jangan kayak gini lagi." 

Ranti mengusap sudut matanya yang mengeluarkan air mata. Seorang pria di depannya menemuinya lagi di tengah ia akan dijodohkan dengan wanita pilihan orang tuanya. "Saya sayang sama kamu, Ran."

Ranti menggeleng. "Enggak, Mas. Kita gak boleh kayak gini," kata Ranti menangis. Hatinya penuh dengan sesak dan seperti ada yang meremas hatinya hingga perih.

"Gimana caranya biar kamu percaya sama saya kalau saya beneran gak akan ninggalin kamu? Saya gak mau cerai sama kamu, Ranti."

Ranti memandangnya. Hampir tidak mengerti lagi bagaimana harus menjelaskan situasi mereka sekarang pada pria ini. Ranti mengusap keningnya, ia mendadak pusing. Kenapa masalah begini harus membebaninya sampai seperti ini? Ranti bahkan sudah bosan mengusir pria bernama Prabu ini pergi, namun kenapa Prabu tidak mau mendengarnya? Kenapa Prabu tetap datang? Kenapa Prabu tidak menerima wanita pilihan orang tuanya saja dan menceraikan Ranti?

Ranti sudah cukup menerima cacian dari orang tua Prabu. Bahkan ia hampir meledak.

"Mas Prabu... Kalau Mas sayang sama aku, tolong turutin permintaan Papamu. Ceraikan aku, dan nikah sama dia, aku gak papa.'

"Yang saya cintai kamu, Ranti. Saya gak cinta dia! Dan sampai kapanpun saya gak akan ceraikan kamu!"

Ranti menggenggam kuat tangan Prabu. "Dia lebih cocok mendampingi kamu, Mas. Aku bukan yang terbaik...," kata Ranti lemah. Tenaganya sudah habis untuk berdebat.

"Ranti..., kita sudah punya Yura." Prabu menghela napasnya hingga ia tersadar seseorang mendekati meja kafe mereka. Pria itu berdiri di belakang Ranti dan memegang pundak Ranti dengan lembut. Prabu memandang ke arahnya. Tatapan Prabu tidak suka. Ia tidak suka melihat wanita yang ia cintai sekarang tak bisa menjadi miliknya.

"Aku pergi dulu, Mas. Dan aku harap, ini kali terakhir Mas Prabu ketemu sama aku." Ranti berdiri dari kursinya memperlihatkan kehamilannya yang sudah beranjak tiga bulan.

"Itu juga anak saya, Ranti." Prabu menghentikan langkah Ranti untuk keluar dari kafe bersama pria itu. "Saya punya hak dan kewajiban untuk membesarkan anak-anak saya," kata Prabu dengan suara berat.

"Kamu tenang aja. Ranti sekarang sama saya, jadi kamu gak usah khawatir tentang anak-anak kamu."

Ranti menatap pria yang menggandeng tangannya. "Mas Hans, udah."

Prabu mengepalkan tangan. "Ranti cinta sama saya."

"Tapi kamu gak bisa jagain dia! Kamu gak bisa memperjuangkan dia!" Hans ikut terbawa emosi.

Prabu mendesah. "Teman macam apa kamu yang berani menusuk sahabatnya dari belakang?!" Prabu mulai menarik kerah baju Hans.

Dengan kasar, Hans melepaskan tangan Prabu dan mencibir. "Saya lebih bisa jagain Ranti ketimbang kamu, Prabu."

Prabu memaki. "Saya bakal kembali buat kamu Ranti! Kamu dengar saya? Saya akan kembali buat ambil kamu lagi!!! Saya gak akan menandatangani surat perceraian kita!"

Setelah itu Prabu pergi meninggalkan Hans dan Ranti di sana. Kaki Ranti serasa lemas hingga ia hampir terjatuh jika Hans tidak menahan tubuhnya. "Kamu gak papa?"

Ranti menggeleng. "Bohong kalau saya baik-baik saja, Mas."

"Ranti...,"

Ranti menatapnya. "Kamu serius mau menerima saya?"

Hans mengusap pipi Ranti dan mencium keningnya. "Kamu wanita pertama yang membuat saya jadi bajingan karena sudah merebut kamu dari Prabu." Hans tersenyum hangat.

STALKER | Wenyeol  ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang