Stalker : 36

2.9K 294 90
                                    

Candra pernah sempat hilang akal sebelum ia ke Bandung. Waktu itu, mereka mengadakan pesta sebelum Candra pergi. Pesta yang diadakan di vila milik Prabu. Hanya mereka berenam. Windy, Cia dan Kanya serta ketiga sahabat bangsat itu yang berada di sana. Entah kenapa, semakin malam, semakin panas juga suasana yang tercipta. Padahal mereka hanya pesta barbeque di halaman rumah, bukan pesta mabuk-mabukan.

Tapi entah kenapa, malam itu ketika melihat Windy tersenyum sambil menekuk lututnya dan memegang gelas berisi cocacola Candra tidak bisa menahan dentuman di dadanya. Hingga, ia menarik Windy menjauh dari yang lain dan membawanya ke dapur dan memulai semuanya hingga kalap. Windy sempat menolak dan mengatakan mereka ga boleh melakukan ini. Tapi otak Candra sudah berkabut dan malah menariknya menuju kamar dan menuntaskan semuanya.

Memang setelah itu Candra menyesal. Namun ya tetap saja, rasanya masih bersalah jika mengingat hal itu. Windy juga tidak marah karena setelah mati-matian menolak, akhirnya Windy juga menikmati.

Candra memang masih mengingat itu kadang. Apalagi, mereka berdua memang mati-matian tidak menceritakan itu pada siapapun termasuk sahabat mereka sendiri. Candra dan Windy sepakat kalau yang kemarin itu hanya karena kalap.

Candra tersentak saat tangan Windy melingkar di perutnya, hingga akhirnya cowok itu berbalik dan tersenyum. Ia menggendong Windy dan meletakkan gadis itu di atas meja dapur dengan Candra yang berdiri di celah kaki-nya.

"Udah bangun?"

"Belum. Masih merem, nih!" Windy memejamkan matanya membuat Candra tertawa dan mengecup kelopak matanya. "Ngapain?" tanya Windy mengalungkan tangannya pada Candra.

"Bikin kopi. Eh, kamu mandi sana. Kita kan mau ajak anak-anak nyari sarapan," ucap Candra yang akhirnya menyerah ketika Windy sengaja menjilat bibirnya sendiri dengan alibi membasahkan bibirnya. Ia menahan punggung Windy dan mengecup bibir itu lembut, melumatnya dengan tidak buru-buru. Windy pun meladeni ciuman tersebut. Ibaratnya mereka ini sudah sangat profesional melakukannya. Windy menarik bibirnya lebih dulu ketika napasnya mulai menipis.

Dan seolah menolak menjauh, Candra membuka satu kancing kemeja Windy dan mengecupi lehernya. Windy menarik napasnya dan mengusap rambut Candra. "Kamu bahayain banget tahu, ga?" ucap Candra masih berada di sela lehernya.

Windy tersenyum dan merapikan rambut Candra. "Kemarin ditawarin, nolak sendiri kan?"

"Ga usah mancing deh. Udah bagus aku bisa menahan diri. Kalau ga gimana?"

Windy mengedikkan bahunya. "Kamu kerja ya?"

"Iya. Kenapa? Mau ikut?"

"Boleh?"

"Boleh dong." Candra tersenyum dan mengusap wajah Windy.

"Ya udah Windy mandi sekarang." Gadis itu segera turun dari meja dan berlari memasuki kamar mandi. Dan setelah Windy pergi, Candra menghela napas panjang.

Cobaan gue kenapa sekelas Windy sih? Ga kuat gue, Ya ampun.

###

"Semalam lo berdua ga ngapa-ngapain kan?" tanya Kanya menyelidik pada Windy maupun Candra yang duduk di hadapannya dengan wajah santai.

"Ngapain maksud lo?"

"Ya itu, tindih-tindihan, kuda-kudaan mungkin?

Candra melebarkan matanya terkejut. "Ya enggaklah! Gila aja, lo," tukas Candra tidak terima.

Kanya memundurkan wajahnya dan bernapas lega. Entah kenapa ia selalu mencurigai Candra. Dan bersyukur sepertinya Candra memang tidak melakukan apa-apa. Ya memang sih mereka tidak sampai inti, tapi kan semalam Candra juga sempat pegang-pegang? Meski akhirnya ia menemukan hidayah dan akhirnya menghentikan aksi bejatnya semalam.

STALKER | Wenyeol  ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang