"Aish." ringis Ryujin sambil memegang kepalanya yang masih terasa pusing.
Dia melihat sekitar dan sadar jika kamar itu bukan kamarnya melainkan kamar Beomgyu.
Ryujin turun dari tempat tidur lalu berniat keluar dari kamar Beomgyu tapi tas plastik hitam yang ada di atas nakas membuat Ryujin terdiam.
Dia memejamkan matanya, kepalanya semakin terasa pusing setelah melihat tas plastik hitam itu yang mengingatkannya pada seseorang.
Dia mengambil tas plastik itu dan membukanya. Yang pertama dia lihat sebuah kertas kecil berwarna kuning, Ryujin mengambilnya lalu membacanya.
Gue udah buatin lo sarapan dan jangan lupa minum obatnya kalo lo rasa gak enak badan. Kalo ada apa-apa langsung telpon gue.
Beomgyu.
Ryujin mengeluarkan semua isi tas plastik ke atas tempat tidur Beomgyu. Dia tersenyum sinis, semua obatnya sama dengan obat yang sering dibelikan Hyunjin untuknya.
"Gak guna." Ryujin meninggalkan kamar Beomgyu.
Perempuan itu melihat jam, pukul 9 pagi. Ryujin pergi ke kamarnya dan bersiap untuk pergi ke sekolah. Mungkin bagi murid lain jika sudah jam 9 sudah tidak harapan karena itu sudah sangat terlambat untuk ke sekolah tapi bagi Ryujin tidak ada kata terlambat.
Setelah mandi dan berganti pakaian, dia mengambil kunci mobilnya lalu pergi ke sekolah.
Ryujin turun dari mobilnya. Sebenarnya sejak tadi pusingnya belum juga hilang bahkan di perjalanan ke sekolah tadi Ryujin sempat muntah di pinggir jalan.
Dia tidak sengaja melihat mobil yang terparkir di samping mobilnya, Ryujin mengerutkan alisnya berusaha mengingat mobil yang tidak asing dimatanya itu.
Dia kembali melanjutkan langkahnya untuk masuk ke dalam sekolah dengan wajah pucat. Saat itu suasana sekolah cukup tenang, hanya ada satu kelas yang sedang melakukan pemanasan di tengah lapangan. Ryujin tidak tahu kalau kelas yang ada di lapangan itu adalah kelasnya.
Ryujin menghentikan langkahnya setelah melihat seorang pria tua yang sedang berjalan ke arahnya dengan kepala sekolah disampingnya.
"Saya permisi." ucap kepala sekolah setelah itu kembali ke ruangannya.
"Ternyata benar, itu mobil kakek."
"Bagaimana kabarmu?" tanya Gongmoo, kepala yayasan dan juga ayah kandung Veronika.
Ryujin tersenyum sinis. "Kau bisa menilainya sekarang. Bagaimana? apa aku tampak baik-baik saja atau sebaliknya?"
"Dari cara bicaramu kau tak tampak baik-baik saja."
Ryujin sedikit menunduk. "Kau datang sangat terlambat pernikahan itu sudah terlanjur terjadi." ucap Ryujin dengan suara kecil.
"Veronika benar-benar tidak mendengarkanku, maafkan kakek."