"Ryujin kecelakaan?!"
Beomgyu memejamkan matanya ketika mendengar suara teriakan felicia dari telepon. Dia sudah menduga akan mendapat respon seperti itu dari mamanya, tapi papanya, dia tidak tahu, bahkan takut untuk membayangkan responnya.
"I-iya"
"Astaga beomgyu, kenapa ryujin bisa kecelakaan?" suara felicia mengecil. Seperti sedang bersembunyi dari seseorang, padahal tadi dia berteriak begitu keras.
Beomgyu hanya diam, dia tidak langsung menjawab pertanyaan mamanya melainkan melamun menatap dinding yang berada di depannya. Dalam pikirannya terus terulang kejadian kemarin dimana ryujin ditabrak oleh mobil yang membuat badannya terlempar dan menghantam aspal.
Beomgyu ingin menjelaskan semuanya, tapi mengeluarkan satu dua kata tentang kejadian kemarin saja rasa bersalahnya kembali berputar menghantui beomgyu yang tidak bisa berbuat apa-apa saat itu selain berjanji pada ryujin bahwa semuanya akan baik-baik saja.
Dan benar, lagi-lagi beomgyu menyalahkan dirinya sendiri.
"Beomgyu? Ada apa? Apa kau baik-baik saja?"
"Ini semua salah beomgyu ma, seharusnya-"
"Hey, berhentilah berpikiran seperti itu. Kenapa terus menyalahkan dirimu? Itu bukan salahmu. Berbeda jika kau yang menabraknya beomgyu"
Beomgyu menggelengkan kepalanya.
Dia terlalu takut terjadi sesuatu dengan ryujin. Apalagi dengan kemungkinan yang di katakan dokter ketika ryujin sadar, beomgyu masih belum siap untuk itu semua."Ryujin kecelakaan- APA?! RYUJIN KECELAKAAN?!" suara pria yang tiba-tiba berteriak itu membuat beomgyu terkejut dan mematung di tempat. Bahkan tangannya yang memegang ponsel ikut bergetar.
"Tidak bukan begitu"
Diseberang sana felicia panik ketika suaminya tiba-tiba sudah berada di belakangnya dan mendengar percakapannya dengan beomgyu.
"KATAKAN YANG SEBENARNYA PADAKU! APA BENAR RYUJIN KECELAKAAN?!"
"Sayang, kau tenang dulu"
Felicia berusaha menenangkan suaminya, tapi sepertinya dia tidak bisa karena pria itu sudah sangat emosi ketika mendengar berita itu.
Papa beomgyu merampas ponsel itu dari istrinya dan menghujani beomgyu dengan kata-kata kasarnya.
"Yak! Aku menyuruhmu menjaganya dengan baik! Kenapa anak itu bisa sampai kecelakaan, HAH?! Apa kau tidak bisa menjalankan tugasmu dengan baik?! Bagaimana jika dia mati?! Dasar anak tidak berguna!"
Bagaimana jika dia mati, kata-kata itu terus berputar di kepala beomgyu. Bahkan menusuk hatinya yang sekarang mulai terasa sesak karena sakit hati dengan ucapan papanya yang cukup kasar. Tidak, bukan cukup kasar melainkan sangat kasar.
"Pa-"
"Jangan panggil aku papa kalau kau tidak bisa menjalankan tugasmu dengan baik. Pokoknya aku tidak mau tahu, kau harus pastikan ryujin tetap hidup. Kalau tidak, kau yang akan menerima hukumanmu!"
"Sayang, jangan berkata seperti itu pada beomgyu. Dia juga sangat tertekan karena kecelakaan ryujin"
"Aku tidak mau tahu! Pastikan dia tetap hidup atau kau yang akan kena imbasnya"