#Chapter 2

49.4K 1.2K 8
                                    

Happy Reading

"Hoam..."

Dengan kondisi setengah mengantuk, Lea menginjakkan kakinya disetiap anak tangga. Gadis yang sudah lengkap memakai seragam sekolah, melihat sekeliling ruangannya yang sepi seolah sudah jadi kebiasaannya saat pagi hari.

Jangan tanya kemana kedua orangtuanya, karena mereka sudah pergi ke kantor lebih awal. Mereka selalu disibukkan dengan dunia kerja masing-masing. Bahkan hanya sekadar untuk sarapan, mengobrol bersama pun jarang dilakukan.

Tahu, Lea sangat tahu jika mama dan papanya bekerja untuk membiayai hidup. Tapi, haruskah mereka segila itu dengan dunianya sampai-sampai lupa jika mereka memiliki seorang putri yang perlu diperhatikan.

Lea mengambil selai cokelat untuk dioleskan pada roti tawarnya. Setelah selesai sarapan, dia segera memakai sepatu dan bergegas untuk berangkat sekolah, karena jam sudah menunjukkan pukul 06.40 pertanda bahwa sebentar lagi gerbang akan di tutup.

Dalam perjalanan menuju sekolah tiba-tiba saja ada kendaraan beroda dua yang mendahuluinya. "Wah nyari masalah sama gue." Lea mempercepat laju motornya, mencoba untuk mengejar kendaraan tersebut.

Cukup lama mereka saling mendahului, akhirnya motor di depannya sudah menghilang. Lea berdecak kesal, karena untuk pertama kalinya ada orang yang berhasil mengalahkan seorang street queen.

Sampainya di SMA Brawijaya School, Lea menjadi pusat perhatian orang banyak saat suara deru mesin motornya terdengar memenuhi segala penjuru. Dia segera pergi ke toilet untuk mengganti celana jeans hitam menjadi rok abu-abu.

"K-kak, ini b-buat kakak." Lea mengernyitkan dahinya beberapa detik, dan setelah itu dia mengambil cokelat silver queen yang diberikan cowok culun itu. Tidak lupa juga Lea mengucapkan terima kasih.

Tidak terasa bel masuk sudah berbunyi, Lea segera memasuki kelasnya. Dia menjatuhkan bokongnya pada kursi, namun tak lama kemudian datanglah seorang guru dengan buku tebal yang dibawanya. Lea menghembuskan nafasnya dengan kasar.

"Kok pelajaran beliau sih, Na?" bisik Lea pada teman sebangkunya.

"Lo emang gak lihat mata pelajaran hari ini?"

Lea terkekeh sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Enggak."

Awalnya Lea bertahan saat guru tersebut menjelaskan, namun lama-kelamaan dia mulai jenuh. Karena, topiknya terus saja diulang-ulang. Terlebih lagi, Lea sangat jarang masuk kelas alias belajar. Ya, jadi gampang bosan.

"Na?" Lea memanggil Anatasha.

"Apa?"

"Lo bosen gak disini, bolos yuk." Ajak Lea.

Gadis yang ada di sampingnya menatap dengan tatapan tak suka. "Gak mau. Mendingan lo sama Bulan deh, gue tobat dulu dari bolos. Cape diincar mulu sama guru," katanya.

Lea memutar bola mata malasnya, dia membalikkan tubuhnya tepat ke bangku Bulan untuk mengajak gadis itu melakukan perbuatan yang tak layak ditiru. Hal yang paling disukainya, saat Bulan menerima ajakannya. Merdeka.

Lea mengangkat tangannya. Dia berkata, "Pak, izin toilet ya sama Bulan."

"Silakan...," ucapan pak guru terhenti sejenak, "sendiri."

"Kok gitu sih, pak. Saya ini cewek loh, dalam kamus yang dibuat Brylea Aenazzahra, cewek itu kalau ke toilet gak boleh sendiri," kata Lea tak terima.

"Terus kalau kamu cewek memangnya kenapa, cewek juga harus mandiri, itu menurut kamus yang dibuat saya," balas pak guru.

Lea menghembuskan nafasnya dengan kasar. "Pak, mama saya aja gak pernah tuh larang-larang saya untuk ke toilet sendiri, masa iya bapak yang notabennya guru melarang saya. Apa kata dunia, pak? Kalau saya kenapa-kenapa emangnya bapak mau bertanggung jawab?"

Arranged Marriage With My SeniorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang