#Chapter 11

23.9K 613 0
                                    

Happy reading.

"Anjir kalah!" kata Evano.

"Mampus." Angga dan Milo tertawa puas ketika berhasil mengalah temannya yang sombong itu dalam permainan.

"Hukuman harus dilaksanakan," kata Angga.

"Sekarang gue harus ngapain?" tanya Evano dengan wajah murungnya.

Angga melirik Milo dan sebaliknya. "Ada dua pilihan. Lo harus ikut keliling komplek ini pake kolor doang atau traktir kita makan, setuju gak Mil?"

"Satu lagi, makanannya harus kita yang pilih. Lo gak boleh ikut campur dalam urusan ini, apalagi kalau sampai melarang kita beli makanan ini," kata Milo menambah hukuman yang akan dilakukan Evano.

"Gue pilih traktir kalian makan aja deh," kata Evano menjeda perkataannya, "tapi jangan yang mahal-mahal juga kali."

"Katanya anak sultan, masa traktir teman aja segala perhitungan," kata Angga bermaksud menyindir temannya karena terus mengatakan kalau dia adalah anak sultan, kekayaannya tidak akan habis tujuh turunan.

"Bukan begitu cuy, gue belum gajian," kata Evano mengelak.

"Alah alasan aja kau ini!" kata Angga.

"Eh bentar deh, tapi gue harus jagain si Atha lagi tidur. Gimana dong, gak mungkin kan kalau gue tinggalin," kata Milo yang membuat Evano senang mendengarnya, karena dengan begitu dia tidak jadi mentraktir teman-temannya.

"Nyokap lo emang kemana?" tanya Angga.

"Pergi katanya ada urusan," jawab Milo.

"Pantes aja gue gak lihat nyokap lo dari tadi," kata Angga.

"Tratir gak jadi kan ya," kata Evano yang langsung dihadiahi geplakan di kepala.

"Jadi, enak aja lo," kata Milo.

"Kan elo-nya juga gak bisa keluar, ya jadinya traktiran itu hangus dong," kata Evano.

"Gak bisa gitu, kita kan bisa goofood. Iya kan, Mil?" kata Angga.

Ini memang hari tersial yang pernah dialaminya, dimana dia harus menjalankan hukuman dari teman-temannya, karena sebuah game terkutuk. Meskipun dia yakin jika teman-temannya tidak akan memilih makanan yang mahal, tapi tetap saja dia harus mengeluarkan uang dari dompet tebal miliknya. Rencana untuk menabung membeli sesuatu harus ditunda.

"Okay, kita gofood aja. Terserah kalian mau pesan apa," kata Evano yang sudah pasrah.

Beberapa menit setelah Milo dan Angga memesan makanan dan minuman, ketukan pintu terdengar di telinga mereka. Angga melangkahkan kaki untuk membuka pintu, karena tuan rumah sedang berada di kamar adiknya. Milo sedang menidurkan Agatha yang menangis karena suara bising yang berasal dari mereka.

Saat pintu terbuka, ternyata ojol yang mengantarkan makanan. Dengan cepat, Angga memanggil Evano untuk membayar seluruh pesanannya. Terdengar Evano menghembuskan nafasnya dengan kasar, sepertinya cowok itu memang tidak ikhlas terbukti dari cara dia mengeluarkan uang dari dompetnya yang tertahan.

"Lama anjir, tinggal kasih doang uangnya. Lihat tuh kasihan si abangnya jadi nungguin lama," kata Angga.

"Gak ikhlas," kata Evano lebay.

"Kasih atau gue jual ginjal lo," kata Angga mengancam.

"Iya-iya, berisik lo," kata Evano judes sembari memberikan beberapa lembar uang.

Setelah pengantar makan itu menghilang dari penglihatan mereka, Angga langsung merampas plastik-plastik yang sedang dipegang temannya. "By the way, makasih ya. Sering-sering lo kalah biar kita kenyang," kata Angga tertawa.

Arranged Marriage With My SeniorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang