#Chapter 31

18.7K 532 1
                                    

Happy Reading

Hari berganti hari, minggu berganti minggu, dan bulan berganti bulan, tak terasa kehidupan rumah tangga yang dijalani Lea dan Milo atas dasar perjodohan orang tua berjalan kurang lebih lima bulan tanpa diketahui teman-teman.

Sejak awal pernikahan sampai detik ini belum ada perubahan antar keduanya. Tak ada hari tanpa bertengkar, terkecuali saat salah satu dari mereka membutuhkan sesuatu. dan selebihnya mereka akan tetap bertingkah selayaknya musuh dalam satu atap.

Malam ini, Milo dibuat sibuk karena harus menyiapkan diri untuk menghadapi ujian nasional yang akan dilaksanakan seminggu lagi. Hanya satu keinginannya saat ini, mendapatkan nilai yang memuaskan agar kedua orangtuanya bangga.

Milo mendongkakkan kepala, memperhatikan dalam diam istrinya yang tengah asik memainkan ponsel genggam dengan sebelah tangan yang terus mengambil cemilan dari bungkusnya. Dia bergidik ngeri saat cewek itu tersenyum, bahkan tertawa sendiri.

Lama-lama gue punya istri gila, kata Milo membatin.

Dia menghembuskan nafas, lalu kembali mengerjakan soal latihan yang diberikan guru dua hari yang lalu. Cowok itu menautkan kedua alisnya ketika melihat satu pertanyaan dengan rumus yang menurutnya terlalu rumit.

Namun, tidak perlu khawatir karena dia bisa menyelesaikan pertanyaan tersebut dalam satu menit. Dia tidak menggunakan rumus yang diberikan guru saat itu, melainkan rumus yang berbeda, tetapi hasil akhirnya tetap sama.

"Mil," Lea memanggilnya, "kayaknya teman-teman gue udah mulai curiga deh tentang hubungan kita selama ini."

Cowok itu menghentikan aktivitasnya, menaruh pulpen di sebelah kanan buku.

"Terus kita harus kayak gimana, tetap menjalani hubungan diam-diam ini?" Milo menatap istrinya lekat-lekat, "Lea, suatu saat nanti hubungan kita ini akan diketahui khalayak umum. Meskipun kita berusaha menutupi semuanya, percuma aja."

"Gue cuma takut kalau Bulan dan Ana marah, karena gue menutup-nutupi hubungan kita. Gue takut kalau mereka akan menjauh dari gue," kata cewek itu.

"Mau mereka marah atau pun enggak, udah resiko kita. Terpenting, kita sudah mencoba bersikap jujur dan membuka diri pada mereka," kata Milo.

Lea merenungkan perkataan suaminya. Mungkin yang dikatakan Milo ada benarnya. Tidak jadi masalah jika teman-teman marah pada dirinya, yang terpenting mereka sudah menceritakan kehidupan pribadi pada mereka.

"Apa kita kasih tau mereka hari ini aja? Tapi, gue belum siap menerima semuanya," kata Lea di ambang kebingungan.

"Ya udah kalau lo mau memberitahu Bulan dan Ana, begitupun gue yang akan mengungkapkan semuanya pada Angga dan Evan," balas Milo.

Setelah mereka yakin dengan keputusan yang sudah dibuat, masing-masing dari mereka menghubungi teman-teman untuk datang ke apartemen malam ini tanpa bantahan. Karena kesempatan ini hanya sekali saja.

"Hmm ... kira-kira ekspresi mereka setelah tau ini bagaimana ya? Milo mengedikkan bahunya acuh.

Sambil menunggu teman-temannya datang, mereka melanjutkan aktivitasnya kembali tanpa ada satupun diantara mereka yang membuka suara. Milo terlalu fokus mengerjakan soal-soal tersebut, sedangkan Lea tengah bergelut dengan pikirannya.

Satu jam belalu, terdengar bel berbunyi berulang kali. Milo, cowok itu melangkahkan kaki menuju ruang tamu, membuka pintu hingga menampilkan empat manusia tengah berjongkok dengan wajahnya yang kebingungan.

Milo mempersilakan mereka masuk, membiarkan keempat manusia itu duduk santai dulu agar suasananya tidak terlalu tegang sebelum dia memberitahu kebohongan mengenai pernikahan yang dilakukan mereka.

Arranged Marriage With My SeniorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang