#Chapter 53

18.2K 444 20
                                    

Happy Reading

Airis membukakan pintu dengan kaki yang terpincang ketika ada yang membunyikan bel rumahnya.

"Kalau kamu lagi sakit, suruh bibi aja yang buka pintunya," kata Milo.

"Gak apa-apa, oh ya serius aku gak merepotkan kamu?" tanya Airis.

"Iya," kata Milo.

"Kok kamu bisa sampai kayak gini sih," kata Milo terheran-heran.

Airis menceritakan kejadian tadi saat dia akan mengantarkan kue untuk tetangga sebelah rumahnya. Dia melangkahkan kaki, namun tidak melihat jika yang dipijaknya itu bukanlah aspal melainkan batu. Alhasil kakinya keseleo dan rasanya sangat menyakitkan.

"Lain kali kamu harus hati-hati, Ris," kata Milo yang dibalas anggukan kepala.

Milo mengedarkan pandangannya segala penjuru, memang ada yang berubah mulai dari letak-letak barang, cat, dan ada sebagian juga yang barang baru. Terakhir kali dia ke tempat ini mungkin sekitar dua tahun yang lalu ketika Airis belum pergi ke Amerika.

"Udah makan?" tanya Milo.

"Udah kok. Oh ya, kamu kalau mau apa-apa ambil sendiri aja ya. Gak usah sungkan, by the way kemarin mama nanyain kamu loh," kata Airis.

"Gimana?" tanya Milo penasaran.

"Calon mantu mama kemana, katanya kemarin ketemu," kata Airis menirukan gaya bicara mamanya ketika sedang berkata.

Milo menanggapinya dengan tertawa. Dia tidak menyangka jika mamanya Airis masih mengingatnya, padahal mereka sudah tidak bertemu lama. Bahkan dia agak lupa dengan wajah mama dan papanya Airis. Ah jadi rindu mereka.

"Ris," panggil Milo.

"Ya," kata Airis.

"Mama kamu kemana?" tanyanya.

"Pergi ke acara nikahan sepupu," jawab cewek itu.

"Kenapa gak ikut?" tanyanya lagi.

"Malas ah, ujung-ujungnya jadi kacang," kata Airis.

...

Setelah kepergian Milo, Lea terus saja memandangi bunga serta boneka yang telah diberikan suaminya tadi. Jujur, Lea belum pernah mendapatkan boneka seperti ini. Maksudnya bukan belum pernah dibelikan, tetapi belum ada yang membelikan boneka sebesar tubuh manusia.

Sejenak dia berpikir, bagaimana bisa Milo membeli boneka serta bunga di pagi-pagi, padahal dia yakin dimana-mana belum ada toko yang buka. Paling cepat buka jam delapan dan sekarang waktu baru menunjukkan pukul tujuh yang berarti masih ada satu jam lagi.

Pintu yang bercat putih terbuka hingga menampilkan seorang gadis dengan celana jeans dan hoodie mocha berjalan kearahnya sedikit berlari. Wajahnya penuh keringat dan nafas yang masih tak bisa diatur seperti orang yang baru selesai berolahraga

"Lo kenapa?" tanya Lea penuh curiga.

Anatasha mengusap keringat di dahinya. "Kalian harus tau," katanya sambil menarik nafasnya dalam-dalam, tapi tidak sengaja keluar dari pantatnya, "tadi gue lagi boker kan ya. Nah gue mendengar suara cewek nangis. Pokoknya seram banget dan pas gue keluar, gak ada siapa-siapa anjir."

Bulan bergidik ngeri setelah mendengar cerita dari Anatasha. Karena itulah dia tidak pernah berani untuk ke toilet umum sendiri, resikonya terlalu besar. Apalagi kalau sedang buang air besar, urusannya jadi kacau seketika deh.

"Kalau menurut gue itu tante kun, deh," kata Bulan.

"Masa ada setan siang-siang gini sih," kata Anatasha.

"Setan kan gak kenal waktu dan tempat," kata Bulan.

Ya Allah, kalau benar Ana tadi ditemani setan, semoga aja setan itu gak ngikutin Ana, kata Anatasha membatin. Kemudian dia mengusap wajahnya dengan kedua telapak tangan.

Lea tidak ambil pusing dalam kasus Anatasha yang mempersoalkan kejadian di toilet. Kelihatan sekali dari raut wajah temannya sangat takut. Anatasha memang orang yang penakut, terlebih terhadap makhluk halus. Bahkan kalau mereka sedang menonton film horror, Anatasha selalu berteriak histeris sambil menggigit lengannya sendiri.

Tapi, derajat manusia itu lebih tinggi daripada setan. Lalu untuk apa makhluk halus ditakuti? Apa karena wujudnya yang seram dan semacamnya.

Jika dia berada di posisi Anatasha yang sedang buang air besar, lalu mendengar suara tangisan perempuan, dia tidak akan menduga kalau itu makhluk halus, dia yakin jika tangisan itu berasal dari seorang perempuan yang sedang patah hati.

Lea mengatakan ini karena saat dia sakit hati karena ulah pria, tujuan utamanya adalah toilet. Entah mengapa setelah dia menangis sejadi-jadinya disana, dia bisa sedikit lebih tenang. Mungkin terdengar aneh, tapi itulah yang dilakukannya.

Lea membuka aplikasi instagram pribadi miliknya, lalu memposting sebuah foto. Kemudian, Lea menutup aplikasi instagram miliknya dan tertawa kencang ketika suaminya memberikan komentar. Tak usah ditanya pun pasti tau siapa yang mengganti username Milo kalau bukan istri tercantik, terlucu, terimut, terbahenol.

"Yang ngeganti usernamenya lo, Le?" tanya Anatasha.

"Iyalah. Gue kesal banget sama dia, masa dia ngeganti akun gue ikan lele. Padahal nama gue udah bagus begitu, ya kan."

Anatasha mengangguk-anggukan kepala.

...

"Kamu kenapa murung gitu sih?" tanya Airis

"Gak kenapa-kenapa kok," jawab Milo seraya tersenyum.

"Yang benar?" kata Airis menggoda Milo.

"Nanti aku pulang jam tujuh ya," kata Milo.

"Ih, kok cepat banget sih," kata Airis mencebikkan bibirnya kesal.

"Aku gak bisa lama-lama, ada urusan," kata Milo.

"Okay, tapi kamu harus bantuin aku masak," kata Airis dengan wajah yang gembira.

Tiga puluh menit berlalu, Airis telah selesai masak. Hidangannya pun sudah siap disantap mereka berdua di atas meja makan. Aromanya sangat menggiurkan orang yang lewat. Memang tidak salah jika Airis bisa memasak.

Bisa dikatakan Airis adalah sosok istri idaman bagi Milo. Namun, sayangnya Milo sudah berumah tangga dengan seorang gadis yang sama sekali tidak bisa memasak dan senang sekali bangun lebih siang dari padanya.

Mungkin kalau dia tidak dijodohkan dengan Lea, dia masih bisa bersama Airis sampai saat ini. Bahkan mungkin menikah dengan Airis. Takdir memang tidak bisa ditebak oleh siapapun, terkecuali yang maha kuasa.

Tapi, disisi lain, dia senang menjadi suami dari Brylea Aenazzahra yang memiliki sifat jauh berbeda darinya. Bukannya setiap orang yang memiliki hubungan pasti ada kurang dan lebihnya, artinya mereka akan saling melengkapi satu sama lain, bukan.

Di sela-sela acara makan mereka yang diam sunyi, Airis membuka mulutnya, lalu berkata, "Kamu emangnya gak diomelin ya sama papa kalau hari ini gak ke kantor?"

Milo membalas perkataan Airis, "Enggak. Aku udah izin."

"Tapi gaji kamu dikurangi dong? Kan jadi salah aku juga," kata Airis.

"Aku baru izin satu hari aja kecuali udah lima atau sepuluh hari, baru gajiku dipotong," kata Milo menjelaskan.

"Aku pulang deh ya," kata Milo. Airis menganggukkan kepala.

Arranged Marriage With My SeniorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang