#Chapter 57

17K 495 30
                                    

Happy Reading

Bel pulang berbunyi menandakan pelajaran telah usai. Bagi setiap murid, bel pulang adalah suara yang bertandakan kemerdekaan setelah bertempur melawan penjajah di sekolah. Yang mulanya mengantuk menjadi melolot dan yang lesu menjadi semangat kembali, begitu pun dengan Lea yang bersorak ria.

Seperti biasa, Lea selalu pulang bersama teman-temannya. Kali ini Bulan tidak membawa kendaraan apapun, karena kemarin mobil yang biasa dipakainya mengalami insiden kecelakaan ringan dan perlu diperbaiki ke bengkel, untungnya dia tidak kenapa-kenapa dan tidak ada korban jiwa dalam insiden tersebut.

"Kafe yuk," ajak Anatasha.

"Ayo, tapi traktir ye," kata Lea yang menampilkan gigi yang rapi.

"Berhubung gue lagi baik, gue traktir kalian deh," kata Anatasha.

Anatasha, temannya itu memang dikenal sebagai cewek yang pelit pada teman-temannya. Berbanding terbalik dengan Bulan yang royal. Akan tetapi, jika Anatasha sedang baik dan mood-nya sedang bagus, dia tak segan-segan untuk membantu serta mentraktir teman-temannya tanpa batasan.

Sementara, Anatasha ingin sekali bertanya pada Lea tentang kejadian dua hari yang lalu di restoran, namun keinginannya harus diurungkan. Takut jika temannya ini tidak menyukai arah pembicaraan yang tidak penting ini. Walaupun sebenarnya dia sangat penasaran untuk mengetahui semua hal tentang Lea.

"Kesambet lo bengong aja," kata Bulan.

Kala mereka masuk ke dalam kafe, tidak sengaja mereka melihat Anji dan Bobby yang sedang bercakap-cakap sesekali dua cowok itu tertawa. Mereka saling menyapa satu sama lain, bahkan Anji dan Bobby mengajak mereka untuk bergabung. Mereka mengiyakan sebab kursi juga terlihat penuh akan pengunjung.

"Tumben lo pada kesini?" Bobby memecahkan keheningan diantara mereka.

Bulan menjawab pertanyaan Bobby, "Anatasha traktir kita, makannya milih kafe ini."

"Lo gak traktir kita?" tanya Anji. Anatasha menggelengkan kepala.

"Hangout mau kapan lagi nih?" tanya Bobby.

"Kemana?" Lea bertanya.

"Gak tau," kata Bobby.

"Dasar panci gosong, gue kira lo udah tau tempatnya," kata Lea sambil menoyor kepala Bobby sebab gemas dengan jawabannya.

...

Milo memijat pelipis. Kerjaan yang sudah menumpuk dari pagi hari di meja kantornya membuat dia pusing setengah mati. Lalu, dia meminta OB untuk membuatkannya kopi supaya bisa menenangkan pikirannya yang berkecamuk.

Suara ketukan pintu terdengar. "Silakan masuk," katanya.

Pintu terbuka dan menampilkan seorang gadis. Dia belum menyadari kehadirannya karena masih fokus dengan berkas-berkas yang harus dibaca teliti dan ditanda tangan. Milo menyadari ketika orang itu mendekat kearahnya dan meniup rambutnya.

"Kamu ngagetin aku tau," kata Milo sambil memegang dadanya. "Tau dari mana kantorku?" lanjutnya dengan bertanya.

"Kamu itu masih sama kayak dulu, gak pernah nyuruh aku buat duduk," katanya kesal.

"Maaf-maaf," Milo terkekeh, "duduk, Ris."

"Kamu udah makan belum?" tanyanya.

"Belum. Emangnya kenapa?"

Airis tampak sangat senang mendengar perkataannya. Dilihat dia mengeluarkan kotak makan berwarna merah. "Ini aku bawain makanan buat kamu," katanya.

"Uwaw, makanan kesukaan aku. Kamu masih mengingatnya aja, Ris," kata Milo.

Milo memakannya dengan lahap. Untuk kedua kalinya cewek yang ada dihadapannya membuatkannya masakan. Rasanya benar-benar sangat memuaskan. Milo selalu menyukai masakan apapun yang dibuat Airis.

"Besok mama nyuruh kamu datang ke rumah," kata Airis.

"Untuk?" tanya Milo.

"Gak tau," jawab Airis.

Dia menganggukkan kepala. Mungkin saja mama Airis menyuruhnya untuk datang karena ada sesuatu hal yang penting. Tapi, tumben sekali. Memang udah beberapa kali dia ke rumah Airis tidak pernah melihat beliau. Alasannya karena beliau sedang ada acara lah, pergi ke luar kota, pergi liburan, dan masih banyak alasan lainnya.

"Jangan tatap aku kayak gitu," kata Milo.

"Kenapa?" tanya Airis dengan wajah beo.

"Entar aku-nya baper, emangnya mau tanggung jawab?" Airis tertawa. Gak mungkin jika Milo baper hanya karena ditatapnya.

"Lihat deh," kata Airis menunjukkan jarinya. "Aku masih menyimpan cincin ini, karena aku yakin, kamu bakal lamar aku."

Milo mengacak-acak rambut Airis dengan gemas.

...

Lea melihat-lihat postingan para following di instagram dengan menyenderkan kepala di kepala kasur. Sudah malam seperti ini, dia belum juga tidur. Padahal dia sudah mencoba untuk memejamkan mata, namun usahanya selalu gagal.

Bunyi kukuriuk terdengar sangat familiar. Ternyata itu adalah suara perutnya dan cacing-cacing yang ada di dalam sana sudah demo memintanya untuk memasukan makanan. Lea memegang perut layaknya dia mempunyai baby.

Lea berkata, "Sabar ya nak, nanti kamu pasti makan. Tapi mama bingung harus makan apa malam-malam gini. Ayahmu juga pasti sedang sibuk di kantor."

Dia tampak berpikir, harus kemana mencari makanan. Ingin keluar, tapi tidak ada kendaraan untuk akses utamanya. Ingin memesan makanan lewat ojek online, pasti warung makannya sudah tutup. Ingin masak, dia sama sekali tidak memiliki bakat.

Lea beranjak dari kasur, lalu melangkahkan kakinya menuju dapur untuk mencari makanan disana tanpa harus dimasak lebih dulu. Dia membuka kulkas dan melihat banyak bahan-bahan seperti sayuran, kornet, telur, ayam mentah, dan lain-lain.

Dia memutuskan untuk memasak mie instan demi cacing-cacing diperutnya. Sebelum memasak, dia berdoa lebih dulu. Semoga saja makannya itu tidak gosong atau menyebabkan dapur menjadi kebakar karena ulahnya. Amin.

"Ini meletek-meletek apa enggak ya?" Ini adalah pertanyaan konyol yang diucapkan olehnya. Mana mungkin memasak mie meletek-meletek. Kalau masak ikan baru. Demi apapun, Lea memang tidak berpengalaman memasak.

Berhubung dia takut terkena air panas, dia mengambil barang yang ada di kamar untuk melindungi tubuhnya.

"Huaa ... mie gue kemana?" kata Lea bingung setelah dia kembali.

Air sudah mendidih sedari tadi, namun Lea masih mencari mie miliknya. "Ih bego, mie-nya kemana kali. Apa digondol kucing ya," katanya.

Lea menepuk dahinya. "Tolol, mie-nya kan belum gue ambil," katanya.

Beberapa saat kemudian, dia membawa mie-nya yang sudah matang ke ruang tamu. Dia mengambil laptop dan menyalakannya. Makan mie paling enak ketika menonton drama korea. Rasanya ... ah mantap!

"Tuh kan untung aja masak mie, kalau enggak beh ngiler gue."

Lea membelalakan matanya. "Ah, gue gak suka nih kalau kehidupan mereka ada pelakornya. Ini lagi ceweknya genit banget," kata Lea.

Dia memasukkan mie-nya ke mulut. Sampai akhirnya, tidak terasa makanannya sudah tidak tersisa apa-apa lagi dan dia memutuskan untuk tidur. Lagi pula kantuk sudah menyerangnya.

Arranged Marriage With My SeniorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang