#Chapter 38

19.4K 539 5
                                    

Happy Reading

Bel sudah berbunyi menandakan pelajaran berakhir dengan istirahat, Lea dan dua temannya pun pergi ke kantin untuk mengisi perut masing-masing. Namun, baru saja dia tiba di pintu kantin, dia membalikkan tubuhnya karena tidak menyukai bau rokok.

"Biar gue aja yang beli, kalian ke rooftop duluan," kata Anatasha yang paham betul dengan gelagat temannya.

Lea memberikan uang dua puluh ribu begitupun dengan Bulan. Lantas mereka pun meninggalkan Anatasha dan berjalan menuju rooftop sekolahnya. Hanya tempat itulah yang bisa mereka kunjungi ketika keadaannya seperti sekarang ini.

"Cogan nanyain lo mulu tuh," kata Bulan ketika mereka udah tiba di rooftop.

"Lo gak bilang kan hubungan gue sama Milo yang sebenarnya?" tanya Lea dengan wajah yang dibuat seserius mungkin.

"Enggak kok," jawab Bulan seraya tersenyum.

Sebenarnya sudah beberapa minggu belakang ini, Lea menghindar dari Cogan. Menghindar pun bukan tanpa alasan, dia mengetahui kalau selama ini Cogan menyukainya. Meskipun cowok itu tidak memberitahunya, tapi tingkahnya menunjukkan seperti itu.

Dan ada satu fakta yang mendukung keputusannya ini. Anatasha ternyata diam-diam menyukai Cogan, namun temannya itu tidak berani mengatakan secara terang-terangan pada Lea. Mungkin kalau dia sudah tahu kebenarannya sejak lama, dia tidak akan terlalu berdekatan dengan Cogan.

Pintu terbuka dengan paksa. Mereka melihat jika Anatasha lah yang melakukan ini, sebab kedua tangannya sudah dipakai untuk memegang dua mangkuk dan satu plastik. Buru-buru mereka membantu Anatasha menurunkan mangkuk tersebut.

"Sorry ya, Na, jadi merepotkan," kata Lea yang diakhiri tawa renyah.

"Santui elah, udah biasa juga," balas Anatasha.

"Lo gak beli apa-apa?" Bulan bertanya saat dia menyadari kalau di hadapannya hanya ada mangkuk mie ayam dia dan Lea.

"Beli. Nih," kata Anatasha sambil mengeluarkan batagor dari plastik hitam.

Bulan dan Lea mengangguk-anggukan kepala, lalu memakan makanannya.

...

Mengingat ujian paling terberatnya sudah dilaksanakan dan mereka bebas untuk melakukan apapun termasuk tidak masuk sekolah, kini Angga dan Evano tengah berada di apartemen temannya hanya sekadar berkumpul dan bermain game bersama.

Angga dan Evano menyenderkan tubuhnya di sofa, menunggu kehadiran temannya yang sedang mengganti pakaian. Karena terlalu lama dan merasa jenuh juga, Angga pun pergi ke dapur untuk mengambil beberapa makanan ringan yang ada di kulkas.

"Van, bantuin gue dong," katanya.

Evano mendengus kesal, namun tetap melangkah menghampiri Angga. Jikalau bukan karena makanan dia tidak akan mau membantu temannya itu. Dia masih terlalu kesal pada Angga sebab kejadian kemarin ketika berada di rumah Bulan.

"Kayaknya ini mah kurang deh, Ngga."

Angga kembali membuka kulkas. Lalu, membawa satu kotak berukuran sedang yang diyakininya adalah kue. Dia memperhatikan kotak tersebut dengan lekat-lekat dan merasa sangat aneh karena bentuk, warna, dan desainnya.

"Cobain deh, beh rasanya seperti anda menjadi ironmen," kata Angga.

Evano pun merasa penasaran, dia menyingkirkan snack yang sedang di pegangnya dan beralih pada kue yang ada di dalam kotak. Baru saja gigitan pertama, tapi dia sudah merasakan sensasi kenikmatan dan merubahnya seperti ironmen.

Mereka jadi bertanya-tanya siapakah orang yang membuat kue ini dan tokonya berada di daerah mana, sebab mereka akan mendatanginya. Bukan untuk membeli, melainkan berfoto-foto dengan pemilik dari toko kue tersebut.

"Habis lo sama Lea!"

Mereka menoleh dengan mulut yang penuh dengan makanan.

"Apaan yang habis?" tanya Evano.

"Itu yang kalian makan tuh punya bini gue," jawab Milo.

"Ngga, kue-nya punya bini orang. Gila, gue harus gimana?" Evano panik, dia tahu bagaimana sikap Lea. Pasti dia akan marah padanya.

"Udah makan makan, santui aja. Lo kayak gak tahu Milo aja," kata Angga.

"Woi, ini bukan masalah si Milo. Gue kenal bininya udah dua bulanan, jadi gue tau sikapnya," balas Evano. Dia memukul punggung temannya hingga tersedak.

"Kalian kenapa?" Lea datang tiba-tiba bagaikan jailangkung.

"Woah." Angga dan Evano terkejut.

Evano bingung, apa dia harus mengatakan jujur pada Lea kalau kue-nya sudah habis. Tetapi, kalau dia terlalu jujur pasti Lea akan marah pada mereka. Jika diam saja dia akan merasa bersalah dan resiko yang akan didapatkannya lebih besar.

Evano tiba-tiba merangkul pundak Lea, membuat gadis yang ada di depannya terlihat kebingungan. "Jalan yuk, Le, gue traktir lo," katanya.

"Gak ah mager," balasnya.

"Sekalian bantuin gue cari kemeja," kata Evano.

"Kemarin lo baru beli," kata Lea.

Dia gelagapan dan terheran-heran. Tumben sekali temannya ini menolak ajakannya, padahal dia termasuk gadis yang paling semangat jika diajak untuk pergi ke mall. Apalagi kalau seluruh belanjaannya sudah dibayari.

"Awas," kata Lea.

Evano mengabaikan kata temannya ini dan tetap merangkulnya. Dia masih berusaha agar Lea mau menerima ajakannya, tidak peduli jika uangnya harus lenyap dalam satu menit karena belanjaan temannya. Sing penting, Lea melupakan kue yang sudah dihabiskan itu.

"Bini orang itu," kata Angga.

"Awas nih. Gue mau ganti baju," kata Lea.

"Ya udah sana, gue tunggu," balas Evano.

"Hati-hati lo Mil, si Evan udah punya bakat pebinor," bisik Angga.

"Pebinor?" tanya Milo bingung.

"Perebut bini orang," jawab Angga.

Mendengar perkataan Angga, temannya ini, sontak membuatnya tertawa. Mengapa di zaman sekarang ini selalu saja ada singkatan-singkatan yang membuatnya terhibur. Arti dari pelakor dan pebinor tidaklah jauh berbeda.

Lagi pula dia percaya pada Evano jika temannya itu tidak akan merebut Lea darinya. Evano memang selalu bersikap sama kepada semua wanita. Evano termasuk cowok yang humble pada siapapun, mau kenal ataupun tidak.

"Lea, lo mati ya?" Evano menggedor-gedor pintu kamar Lea seperti ibu kos yang marah-marah karena tidak membayar uang bulanan.

"Sumpah ya lo titisan dajjal, ngeselin banget jadi cowok," kata Lea.

"Berdosa banget kamu," balas Evano.

"Lo yang berdosa," kata Lea dengan sinisnya.

"Makanan lo dimakan Angga sama Evano, makannya sikap Evano mendadak kayak gitu," kata Milo menjelaskan.

"Makanan yang mana?" tanya Lea.

"Kue," jawab Milo.

"Ah ... serius?"

"Sorry." Evano memegang kedua telinga.

Arranged Marriage With My SeniorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang