#Chapter 7

27.6K 732 0
                                    

Happy Reading

Dengan wajah yang merah karena menahan emosi yang sudah menggebu-gebu dalam dirinya, seorang gadis melangkahkan kaki menuju ruang kelas yang tidak asing. Terlihat dari ambang pintu, dua pria tengah duduk santai sambil bernyanyi-nyanyi.

Tanpa aba-aba, Lea menggebrak meja begitu keras sehingga membuat penghuni yang ada di dalam terkejut bukan main. Menyadari akan ada perseteruan, sebagian siswa-siswi mendekat dan membentuk sebuah lingkaran.

Diam-diam mereka mengambil ponsel untuk memfoto atau memvideokan kejadian sengit yang akan terjadi sebentar lagi di depan mata. Tidak usah heran, karena kejadian ini terjadi bukan hanya sekali atau dua kali.

Lea menatap salah satu pria dengan tatapan tajam dan membunuh. Sedangkan orang yang ditatapnya itu menelan salivanya dengan susah payah. Pria ini yakin dia telah berbuat salah dan sebentar lagi dia akan habis di tangan Lea.

"Angga," kata Lea dengan santai.

Jika Lea sudah memanggil seseorang dengan nada suara yang mengerikan namun tetap santai berarti orang itu sudah melakukan kesalahan yang fatal di mata perempuan itu.

"Ada apa ya, Lea? Lo butuh sesuatu dari gue?" Angga mencoba untuk bersikap normal, walaupun hatinya tidak tenang.

Lea menampilkan senyumnya, bukan senyum biasa, melainkan senyum devil. "Iya, gue butuh sesuatu dari lo." Setelah berkata seperti itu, Lea memukul pipi pria yang ada di hadapannya hingga berwarna kebiru-biruan.

"Lo gila, hah!" Kali ini temannya yang membuka suara.

"Lea, lo bisa tenang dulu. Kesalahan apa yang udah gue perbuat?"

"Lo gak tau apa pura-pura?" Lea berdecih. "Gue tau semua tentang lo, termasuk perselingkuhan lo. Dengan cara lo kayak gitu, lo mau nunjukin apa ke seluruh dunia? Mau buktiin Angga itu bisa mainin hati perempuan manapun dan lo merasa hebat?"

"Sorry, gue gak paham maksud lo. Gue gak pernah mainin perasaan siapapun. Setiap gue pulang sekolah gue main mobil-mobilan sama keponakan gue dan malamnya kadang gue ke rumah Bulan buat ngapel dan gue gak ada waktu untuk selingkuh. Di hati gue terukir nama sahabat lo, Bulan," kata Angga yang mencoba menjelaskan agar tidak ada kesalahpahaman.

"Yakin main sama keponakan? Kemarin jam 13.05 kemana? Jalan sama cewek yang mana? Pacar satu, pacar dua, pacar tiga, atau pacar yang mana?"

"Gue gak kemana-mana, Lea."

"Mau sampai kapan lo bohong? Apa perlu gue tunjukin bukti perselingkuhan lo itu?" Lea menyilangkan tangannya di dada.

"Nanti dulu. Ini siapa yang diselingkuhin? Gue gak paham alur ceritanya. Tiba-tiba datang terus buat keributan," kata Milo.

"Lo kalau gak tau apa-apa mending diam aja deh, bacot banget jadi cowok," balas Lea.

"Lea kayaknya lo salah paham," kata Angga.

"Ngaku atau gue umbar aib lo di depan mereka!" ancam Lea.

Angga diam memikirkan kejadian kemarin. "Okay, gue akui salah. Gue minta maaf," katanya yang mengingat kalau tepat pukul 13.05 dia sudah ada janji dengan pacarnya, Bulan, tapi dia malah jalan dengan perempuan lain.

"Good boy. Gue mau setelah ini lo jauhin sahabat gue, karena dengan hadirnya lo di hidup dia malah membuatnya sakit hati. Gue udah bilang bukan, sedikitpun lo buat luka di hati Bulan, gue yang bakal maju."

"Gak bisa, Lea. Gue cinta Angga." Semua orang terkejut ketika Bulan hadir diantara mereka.

Hal inilah yang paling tidak disukai Lea, sahabatnya itu selalu saja membela para mantan-mantan yang tidak tahu diri. Bulan hanya mementingkan perasaan orang lain dibandingkan perasaaan dia sendiri.

Arranged Marriage With My SeniorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang