#Chapter 76

14.6K 475 16
                                    

Happy Reading

"Ini apa?" Milo mengamati dengan teliti apa yang dilihatnya. Cairan berwarna merah itu berceceran di lantai. Tidak salah lagi itu adalah darah, tapi tidak mungkin jika darah hewan sebab apartemennya selalu dalam keadaan terkunci ketika sedang pergi dan tak ada celah sedikit pun untuk masuk.

Milo yang langsung tersadar, buru-buru melangkahkan kakinya mencari keberadaan istrinya. Dia jadi teringat dengan pesan yang dikirimkan Lea mengatakan jika perempuan itu merasa takut berada di apartemen seorang diri. Ketika dia ke kamar, terlihat jika istrinya sudah tertidur dengan posisi terlentang.

Milo menghembuskan nafasnya dengan lega karena istrinya baik-baik saja. Mungkin cairan yang dilihat itu adalah pewarna makanan yang tidak sengaja ditumpahkan dan Lea lupa membersihkannya, mengingat beberapa hari belakangan ini istrinya selalu berusaha untuk bisa memasak makanan.

Milo membuka lemari besar, mengambil setelan pakaian. Jika untuk mandi dia tidak melakukannya, karena istrinya selalu melarang dengan alasan mandi malam tidak baik untuk kesehatan terkecuali menggunakan air hangat. Tapi, berhubung dia sangat malas beraktivitas lagi, dia hanya mengganti pakaian.

Milo membaringkan tubuhnya, mengecup seluruh bagian wajah istrinya mulai dari dahi, pipi, dagu, dan terakhir adalah bibir. Dia tidak akan berhenti melakukannya sampai Lea terbangun. Saat ini dia hanya ingin melihat istrinya tersenyum, karena senyuman itu sudah menjadi candunya apalagi kalau menangis.

Milo berkata, "Ya udah deh kalau gak mau bangun. Lo juga kelihatan cape banget."

Dia berusaha untuk memejamkan mata, namun selalu saja gagal. Mungkin ini efek karena belum mendapat pelukan dari istrinya. "Sayang, bangun sebentar kalau enggak ada hukumannya loh besok. Memangnya mau?"

Entah mengapa ide untuk menjahili istrinya selalu saja ada dibenaknya. Dia pun bangkit dari tidurnya, lalu melompat-lompat diatas kasur seperti anak kecil. Namun, usaha pertamanya itu tidak berhasil, bahkan sama sekali tidak terusik. Kemudian dia mengeluarkan cara yang paling ampuh, yaitu menarik kaki istrinya.

Milo membulatkan matanya sempurna ketika melihat banyak darah dibantal yang dipakai istrinya. "Lea, Lea, Lea, bangun. Ini darah kenapa bisa ada disini," katanya sambil menepuk-nepuk pipi istrinya.

"Lea, jangan bercanda. Sumpah sih gak lucu banget." Perkataan Milo sama sekali tidak digubris oleh istrinya.

"Ini bohong kan, Le?"

"Sayang, bangun!" Milo menggoncang-goncangkan tubuh istrinya, namun sama sekali tidak berguna, sebab istrinya sama sekali tidak bergerak.

Tiba-tiba dia dikejutkan dengan televisi yang menyala sendiri. Di layar tersebut menampilkan istrinya yang sedang memegang handphone, lalu dari belakang tubuhnya ada seseorang dengan pakaian hitam memukul kepala sehingga Lea harus pingsan. Dan yang membawa istrinya ke kasur adalah orang itu.

Milo menggeram kesal dan tidak habis pikir ada manusia yang memiliki hati seperti itu. Dia tidak akan membiarkan orang itu terus lolos dan berkeliaran, sebab bisa membahayakan orang lain. Jadi cairan itu adalah darah Lea, tapi mengapa darahnya sampai ke depan pintu sedangkan kejadian itu terjadi di kamar.

Milo mengangkat tubuh istrinya bermaksud untuk membawanya ke rumah sakit agar dokter menangani. Ketika dia membuka pintu, orang yang sama persis ada di rekaman tadi berdiri dihadapannya dengan memegang senjata tajam. Milo melangkah mundur, dia terlalu bodoh karena tidak menyadari sesuatu.

"Minggir!" kata Milo dengan nada bicara yang datar.

Bukannya memberi jalan, orang itu malah masuk dan mengunci pintu kamar. Milo semakin dibuat geram dan penasaran siapakah orang yang ada dihadapannya. Mengapa orang ini memakai topeng seolah-olah identitasnya tidak ingin diketahui siapapun. Tapi yang namanya penjahat memang seperti itu.

Arranged Marriage With My SeniorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang