#Chapter 58

16.7K 488 26
                                    

Happy Reading

Milo tiba di apartemennya dengan keadaan lampu yang sudah mati. Dia membuka pintu kamarnya dan melihat Lea sudah tertidur pulas. Dia bergerak mendekat kearah istrinya dan naik ke atas kasur diam-diam agar tidak membangunkan istrinya.

Dia melingkarkan tangannya di pinggang istrinya, mengecup singkat pucuk kepala istrinya, lalu membenamkan wajahnya di cengkuk leher istrinya. Milo benar-benar sangat nyaman berada di posisi ini, dia merindukan istrinya yang mendiamkannya.

Milo membenarkan rambut istrinya yang menutupi wajah cantiknya. Dia menyukai jika istrinya sedang tertidur, karena wajahnya sangat menggemaskan dan polos, berbeda jika istrinya sudah bangun dan menatapnya tajam seperti pisau yang baru diasah.

"Bangun," Milo menabrakan hidungnya dengan hidung Lea, "gue bawa martabak tuh."

Lea berdeham, sesaat kemudian dia tersadar jika tubuhnya berdekatan dengan Milo.

"Lo apain gue!" bentak Lea.

"Maksudnya gimana?" Milo bertanya dengan wajah yang bingung, "lo istri gue. Misalnya gue apa-apain lo juga gak masalah. Kan kita udah sah."

Lea tertawa hambar. "Istri? Gue gak salah denger?" dia terdiam sejenak, "kalau lo emang menganggap gue sebagai istri lo, kemarin-kemarin lo kemana? Bahkan lo lebih milih cewek lain kan daripada menjelaskan semuanya?"

"Dia Airis, Le, dia-"

"Dia mantan lo dan lo masih sayang kan?" Lea memotong perkataan suaminya.

Milo menatap wajah istrinya. "Iya, lo benar. Gue masih sayang sama Airis," katanya.

Apakah ini kenyataan yang harus didengarnya? Padahal dia tidak meminta jawaban jujur dari suaminya. Mengapa dadanya terasa sakit dan sesak? Lea memejamkan matanya sejenak, lalu menarik nafasnya dalam-dalam.

"Lo cinta sama dia?" Lea bertanya dengan bibir yang bergetar.

Milo membungkam mulutnya untuk tidak mengeluarkan sepatah katapun.

"Jawab Mil dengan jujur," kata Lea.

"Maaf," kata Milo menundukkan kepala.

Lea mengangguk-anggukan kepala tersenyum. "Makasih karena lo udah jujur," katanya.

Lea membuka lemari besarnya, lalu memasukkan beberapa pakaian ke dalam koper. Saat ini dia membutuhkan seseorang yang bisa mendengar kisahnya, dia pergi dari sini untuk menenangkan pikirannya, dia ingin melupakan semuanya termasuk perasaannya.

Milo mencekal tangan Lea. "Masalah kecil dan lo mau pergi, iya?"

"Gue tau lo bahagia sama Airis. Gue yakin kehadiran gue di hidup lo sama sekali gak ada artinya," Lea mengusap air matanya. "Mil, kita akhiri aja sampai disini. Gue ... gue gak tau harus gimana lagi. Gue sadar diri, gue bukan perempuan yang sempurna untuk lo."

"Maksud lo, cerai?"

"Iya, Mil. Maaf, permisi," kata Lea.

Milo diam. Tubuhnya seolah tak bisa digerakan. Mencerna setiap yang yang keluar dari bibir istrinya. Dia bingung dan tidak tahu harus berbuat apa.

Pintu terbuka dari dalam, Lea melangkahkan kakinya. Dilihatlah arloji yang melingkar sudah menunjukan pukul dua belas malam. Semoga saja dia bisa mendapatkan taksi agar bisa ditumpanginya sampai tiba di rumah orangtuanya.

Lea berada di pinggir jalan dengan membawa koper hitam. Ternyata susah sekali mendapatkan taksi malam-malam seperti ini. Lebih baik dia jalan lebih dulu, bisa saja keberuntungan sedang berpihak kepadanya.

Arranged Marriage With My SeniorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang