#Chapter 4

37.3K 1K 1
                                    

Happy Reading

"Lo gak ada niat mau ngasih sesuatu gitu sama kita?" Bulan tersenyum penuh arti dengan menaik-turunkan kedua alisnya.

Lea yang tidak mengerti maksud dari perkataan temannya hanya menunjukkan ekspresi bingung. Sementara, Bulan berdecak kesal karena jadi cewek tidak peka sekali.

"Lo kemarin menang balapan, iya kan?" kata Bulan.

Dari mana Bulan mengetahui tentang hal ini, padahal dia tidak memberitahu siapapun. Dia melakukan ini, karena dia tidak ingin teman-temannya merasa khawatir dan berujung melarang hobinya itu.

"Apaan sih balapan juga enggak," kata Lea mengelak.

"Gak usah bohongin gue, gue udah tau semuanya," kata Anatasha.

"Tau dari siapa?" kata Lea bertanya.

"Gak penting gue tau dari siapa, tapi alasan kenapa lo gak mau ngasih tau kalau lo ikutan balapan," jawab Bulan.

"Udahlah gak usah dibahas, semuanya udah terjadi dan lo udah tau juga kan," kata Lea.

Sedang asik berbincang-bincang, tiba-tiba ada seorang siswi yang datang memasuki kantin dengan wajah yang tampak panik dan nafas yang tersenggal-senggal. Lea mengarahkan siswi itu untuk menarik nafas, lalu membuangnya secara perlahan.

"Pokoknya kalian harus kabur, soalnya ada Pak Joko yang mau dateng kesini," kata siswi itu.

Kantin yang awalnya sepi bak kuburan, seketika jadi ramai oleh anak-anak yang berlarian kesana kemari hanya karena tak ingin mendapat hukuman dari Pak Joko. Beliau adalah pria yang paling terkenal di sekolah sebagai guru galak melebihi kakaknya Upin dan Ipin.

Berhubung bakso di mangkuknya masih banyak, karena itu dia tidak menyia-nyiakannya. Dengan santainya dia menyantap makanan yang ada di depannya sambil melihat teman-temannya yang berlari. Lea ingin tertawa kencang ketika melihat satu temannya yang terjatuh.

Merasa baksonya sudah habis dan hanya menyisakan kuahnya saja, dia pun beranjak untuk menyusul teman-temannya yang sudah kabur. Akan tetapi, baju seragam yang dikenakannya lebih dulu ditarik ke belakang hingga menyebabkannya hampir terjungkal.

Saat dia menoleh, ternyata Pak Joko sudah berada di belakangnya dengan sorot mata yang mengerikan. "Eh bapak," Lea menampilkan sederet gigi yang rapi, "makin hari makin ganteng aja. Rahasianya apa sih pak?"

"Mau kemana kamu? Mau kabur ya," kata Pak Joko.

"Enggak kok, pak," balas Lea.

"Terus?" tanya Pak Joko bingung.

"Tadinya saya mau berubah jadi ironmen, eh bapak udah keburu dateng. Ya udah, gak jadi," kata Lea.

"Halah gak percaya saya," kata Pak Joko.

"By the way, bapak mau hukum saya gak?" kata Lea.

"Ya iyalah," kata Pak Joko.

"Ayo, pak, saya udah siap nih," kata Lea.

Pak Joko terheran-heran dengan satu muridnya ini. Banyak pertanyaan yang muncul dalam benaknya, seperti mengapa Lea memintanya untuk dihukum, mengapa dia tidak kabur saja daripada harus cape-cape. Memang muridnya ini berbeda dengan yang lain.

"Bapak, hello, kenapa deh bengong gitu?" Lea melambai-lambaikan tangannya. "Cepetan nih, pak, sebelum saya berubah pikiran jadi kabur," lanjutnya.

"Ke lapangan sekarang!" perintah Pak Joko.

Setelah kepergian Lea dan Pak Joko, teman-temannya keluar dari sarang persembunyian. Mereka menatap punggung dua orang tersebut dari kejauhan. Dengan kompaknya mereka berkata, "Selamat jalan, Lea, kami merestuimu untuk dapat hukuman."

Arranged Marriage With My SeniorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang