#Chapter 20

24.7K 598 0
                                    

Happy Reading

Sinar matahari mampu menyilaukan mata, menerobos masuk ke dalam ruangan yang ditempati dua orang melalui celah-celah jendela hingga perempuan yang masih terlelap dengan selimut tebalnya merasa terusik.

Semalam Lea begitu cantik mengenakan gaun yang dipilih suaminya saat dia tidak bisa ikut untuk fitting baju, karena memilih jalan-jalan. Make up tipis yang dipoleskan di wajahnya menambahkan kesan natural.

Banyak orang yang bersorak bahkan bersiul saat dia dan suaminya berjalan beriringan sambil membawa buket bunga. Lea menyesali sesuatu, seharusnya dia mengundang teman-temannya untuk memeriahkan pernikahannya.

Nasi sudah jadi bubur, kejadian semalam tidak akan bisa terulang lagi dan tidak pernah akan terjadi untuk kedua kalinya.

Lea merenggangkan otot-otot kecilnya, lalu membuka matanya secara perlahan. Dia terkejut ketika wajahnya begitu dekat dengan Milo, yang kemungkinan hanya berjarak lima centi, bahkan deru nafas cowok itu terasa menerpa kulit mulusnya.

Tubuhnya menegang kaku tak bisa berbuat apa-apa, di tambah lagi, jantungnya terasa bermasalah dan dia harus segera memeriksa ke dokter. Cowok itu memiringkan kepalanya, sementara Lea hanya bisa memejamkan matanya, takut.

Suaminya meniup telinganya. Dia berkata dengan berbisik, "Gue gak suka kalau cewek bangun siang apalagi lo udah ganti status. Lo itu bukan kebo kan?"

Dengan kasar, gadis itu mendorong dada suaminya. "Tapi sayangnya gue gak peduli. Cari cewek lain aja sana, sesuai kriteria lo."

"Kalau pun gue bisa merubah takdir ini, gue bakal cari cewek yang lebih cantik dan baik." Milo duduk di pinggiran kasur. "Gue gak mau debat sama lo yang gak berfaedah sama sekali. Dalam hitungan ketiga, lo harus ke kamar mandi. Bersihin badan lo yang bau macam tai ayam. Bahkan tai ayam lebih baik."

"Gak. Emangnya lo siapa? Mau gue mandi atau pun enggak, terserah gue dong," kata Lea.

"Mandi cepat! Jangan-jangan lo mau gue mandiin?" Milo menatap curiga.

"Iuhhh, najis banget." Gadis itu memutar bola mata malasnya. "Eh, Mil, lo mau ajak gue ke suatu tempat ya, makannya menyuruh gue mandi."

"Haha, geer banget. Gue nyuruh lo mandi karena kita harus pindah ke apartemen gue pagi ini. Gue gak mau terus menerus merepotkan orang tua lo," kata Milo.

Lea membelalakkan matanya, lalu menahan tawanya agar tidak pecah menggunakan telapak tangannya. Suaminya ini tidak mungkin memiliki apartemen di usianya yang masih remaja, paling juga pemberian dari orangtuanya sebagai hadiah.

"Iya-iya gue percaya kalau lo punya apartemen," kata Lea sambil mengangguk-anggukkan kepalanya.

Cowok itu mengerutkan keningnya bingung maksud dari istrinya. Ah, dia baru sadar kalau Lea meremehkannya. Meskipun usianya baru menginjak tujuh belas tahun dan berstatus sebagai pelajar, tapi dia sudah punya penghasilannya sendiri.

Dia mengingat betul kejadian beberapa tahun lalu, tepatnya dia saat dia berumur lima belas tahun, dengan beraninya dia meminjam uang yang nominalnya cukup besar kepada papanya sebagai modal untuk membangun usaha kafe.

Setiap hari tanpa disadari banyak pengunjung yang datang. Usahanya semakin meningkat per bulannya dan dia begitu puas. Bahkan ada beberapa pengusaha yang menyewa kafenya untuk acara penting karena desain yang dibuatnya tidak kuno.

Kurang lebih sepuluh bulan merintis usahanya, dia berhasil mengembalikan uang papanya. Kemudian pada tahun kedua, tepatnya pada bulan Oktober, dia membeli apartemen dengan jerih payahnya sendiri di kawasan Jakarta.

Arranged Marriage With My SeniorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang