#Chapter 51

16.6K 487 21
                                    

Happy Reading

Perlahan Lea membuka matanya kembali, mengendarkan pandangannya ke setiap penjuru ruangan yang bernuansa putih dengan bau yang khas. Ketika di lihat pergelangan tangannya, selang infus sudah terpasang di kulit putih mulusnya.

Terasa pegal? Tentu.

Menyadari akan sosok yang di tunggu semalaman ini terbangun membuat teman-temannya bahagia. Perlahan Anatasha melangkahkan kakinya menuju berankar, memeluk tubuh Lea dengan erat tanpa memperdulikan kesehatannya.

Hingga, Lea merasa sesak saat bernafas. "Le.pa.sin," kata Lea yang penuh dengan penekanan di setiap kata.

Temannya tak mendengar apa yang di ucapkan oleh Lea, dia semakin mengeratkan pelukannya. "Lo tuh kenapa sih?" tanya Lea dengan wajah beo-nya.

Anatasha memukul pelan lengan Lea, lalu berkata, "Lain kali jangan bikin orang khawatir."

"Khawatir gimana maksudnya," kata Lea.

"Udah ah gak penting," Anatasha diam sejenak, "mendingan lo makan dulu deh, dari kemarin lo tidur aja."

Anatasha mengambil bubur yang berada di atas nakas dengan hati-hati, maklum bubur ini masih sangat panas. Baru saja dia akan menyuapi Lea, namun Lea terlebih dahulu mencegah tangan Anatasha untuk memasukkan bubur ke dalam mulutnya.

"Gue gak mau makan bubur itu, rasanya gak enak," kata Lea sambil menutup mulutnya menggunakan dua telapak tangannya.

Lea dan Anatasha melirik siapa yang datang ke ruangannya. Seketika, Anatasha menaruh kembali mangkuk ke atas nakas, melangkahkan kakinya menuju orang tersebut.

"Mau apa lagi lo kesini?" Anatasha bertanya sedikit emosi.

"Gue mau jenguk dia, salah!" kata lelaki itu.

"Ya, salah besar!" Anatasha benar-benar sudah tersulut emosi.

"Eh nanti dulu, kalian kenapa sih?" Lea bertanya dengan wajah beo-nya.

Lelaki itu menjawab, "Ini cuma masalah kecil aja kok Le, tapi teman lo ini memperbesarnya."

Tak ingin berlama-lama berdebat dengan Anatasha, alangkah baiknya dia pergi dari ruangan ini. Lelaki itu membalikkan tubuhnya, baru saja akan melangkahkan kakinya, seorang wanita memanggil namanya.

"Angga! Lo harus jelasin kenapa kalian berantem!" kata Lea.

"Masalah sepele doang!" kata Angga

"Ya udah jelasin!" Lea berkata dengan nada tegas.

"Oke, gue bakal jelasin!" kata Angga.

[Flashback on]

Bulan dan Angga sudah sampai di rumah sakit. Mereka melangkahkan kakinya menuju ruang inap Lea. Sampainya di ruangan, Bulan dan Angga dapat melihat bahwa Anatasha dan Evano sedang tertidur dengan keadaan duduk.

Sempat terbesit di otaknya untuk menjahili kedua temannya. Namun, ia menghilangkan pikiran seperti itu. Tak ingin mereka marah. Angga menjatuhkan bokongnya di sofa satu lagi. Perlahan ia memejamkan matanya. Kantuk pun sudah menyerang matanya.

Namun, seseorang ada yang memegang sambil menekan hidungnya. Dan alhasil, Angga sulit untuk bernafas. Angga membuka matanya, mendapatkan Bulan berada di sampingnya. "Gue gak bisa nafas njir," kata Angga.

"Hehe sorry deh. Gue ada ide," kata Bulan.

Angga mengenyitkan dahinya. "Ide apaan?" tanya Angga.

Arranged Marriage With My SeniorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang