#Chapter 59

17K 529 33
                                    

Happy Reading

Hal yang paling disuka Lea ketika mengendarai kendaraannya adalah jalanan yang sepi. Karena dengan begitu, dia akan lebih cepat untuk sampai di tempat tujuan. Sebenarnya mau jalanan padat, ramai lancar atau pun sepi, dia selalu mengendarai motornya dengan kecepatan diatas batas normal. Terlebih lagi, dia baru saja mencoba motornya setelah sekian lama.

Lea memberhentikan motornya tepat di samping mobil Alpard berwarna hitam. Dia melirik sekilas mobil itu. sedikit bingung siapakah pemilik mobil tersebut. Tidak mungkin jika milik orangtuanya, karena keluarganya memiliki dua mobil. Yang pertama BMW dan yang kedua Fortuner. Mana mungkin mereka mengganti mobil tanpa sepengetahuannya.

Lea melangkahkan kakinya menuju pintu. Dia dapat melihat bahwa Kang Ujang sedang duduk sesekali menghisap rokok. Kang Ujang adalah supirnya, cukup lama beliau bekerja di rumahnya sama halnya dengan Bi Inah. Mereka bekerja sejak Lea kecil, mungkin sekitar umur delapan tahun dan sekarang dia sudah berumur enam belas tahun.

Ini nih yang paling disukai Lea ketika wajah kedua orangtuanya terkejut melihat putri semata wayangnya berada di rumah. Ya, memang setelah menikah, dirinya hanya berkunjung ke rumah ini paling banyak dua kali. Sebab setiap dia datang, Sarah selalu melarangnya dengan berbagai alasan yang bisa membuatnya geleng-geleng kepala.

"Buat apa kamu kesini?" tanya Sarah, mamanya.

Seharusnya anak baru datang itu ditanya 'apa kabar? Kamu sehat kan, sudah lama mama tidak bertemu denganmu' lah ini malah ditanya 'buat apa kamu kesini' seolah-olah mereka tidak peduli dengannya. Apa mungkin mereka memang tidak menyayanginya lagi atau memang sebenarnya dia anak yang tidak diharapkan oleh kedua orangtuanya.

"Milo mana?" Kali ini Rangga yang bertanya padanya.

Tuh kan, memang benar mereka sudah tidak mengharapkan kehadirannya. Anaknya ada di hadapan mereka, tapi tak ada satupun yang bertanya mengenainya. Kalau bukan orang tua, sudah dia pukuli habis-habisan karena kesal dengan sikap mereka. Untung saja dia masih punya hati, kalau tidak sudah habis mereka di tangan cantiknya ini.

Lea mendelit tajam kearah mereka. "Tanyain kabar Lea apa?" katanya.

Mereka mengedikkan bahunya acuh. Memang harus sabar jika menghadapi orang tua seperti Rangga dan Sarah, siap-siap juga untuk beristighfar selalu.

"Kamu ngapain disini, suamimu mana?" tanya Rangga, papanya.

"Lea mau menginap dan suami aku udah ditelan oleh bumi dan sebentar lagi kita akan mendengar musnahnya satu manusia itu," jawab Lea.

Sarah mengibaskan tangannya di depan wajah Lea. "Kalau ngomong kayak kereta."

"Berapa hari kamu menginap disini?" tanya Rangga.

"Selamanya."

"APA!" teriak Sarah dan Rangga dengan kompak.

"Astantang, suami istri kompak amat," kata Lea.

"Kalau papa sih senang-senang aja kalian tinggal disini. Gak jadi masalah," kata Rangga.

"Maksud kalian apa ya?"

"Kamu sama Milo lah, kok belet banget jadi manusia," kata Sarah.

Lea menggelengkan kepalanya sambil memainkan jari telunjuknya. "No, no, no. Lea akan nginep disini sendiri. Cuma sendiri," Lea menekankan kata cuma sendiri.

"Kamu lagi ada masalah?" tanya Rangga yang curiga.

Apa dia harus menceritakan semua yang terjadi dalam rumah tangganya, secepat itu kah? Lea menghembuskan nafasnya. Mungkin perkataannya akan membuat kedua orang tuanya merasa kecewa. Tetapi, apa boleh buat, dia harus menjelaskan semuanya.

Arranged Marriage With My SeniorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang