#Chapter 35

19.1K 553 2
                                    

Happy Reading

Selama perjalanan menuju apartemen, Lea tidak bisa berbuat banyak selain diam. Kedua tangannya diikat menggunakan dasi. Milo benar-benar bertingkah selayaknya penculik anak berusia lima tahun dan sekarang dia yang menjadi korbannya.

Bahkan dia dibuat malu semalu-malunya, karena menjadi pusat perhatian banyak orang saat Milo tidak membiarkannya untuk berjalan. Cowok dengan tingkat kesombongan yang tinggi itu menggendongnya dari parkiran sampai ke apartemen.

Milo membuka pintu kamarnya, menjatuhkan tubuh Lea pada kasur dengan cara tidak berperikemanusiaan. Sepertinya suaminya ini memang memiliki dendam terpendam selain kejadian setengah jam lalu saat dia membanting tubuhnya ke aspal.

Lea melihat pergelangan tangannya yang memerah.

"Coba kalau lo diam, gak usah memberontak kayak tadi. Mungkin gue gak bakal ikat lo," kata Milo sambil meniup-niup pergelangan tangannya.

Lalu Lea harus bagaimana? Lea sudah berbicara baik-baik, namun tak digubris.

"Gue cuma minta lo menjelaskan semuanya," kata Milo.

Dia tidak salah dengar kan Milo memintanya untuk menjelaskan semuanya? Seharusnya Milo-lah yang menjelaskan perbuatannya, membawanya pulang dengan cara yang menurutnya sangat tidak baik dan terkesan memaksa.

"Mendadak bisu?" Milo mendongkakkan wajahnya.

"Gue harus jelasin apa, Mil? Bahkan gue gak tau titik kesalahan gue dimana," kata Lea dengan jujur.

Milo terdiam sejenak. "Hubungan lo dan Evan udah sejauh mana?" tanya Milo.

Untuk apa suaminya ini bertanya mengenai hubungannya dengan Evano yang jelas-jelas Milo sudah tahu akan jawaban yang akan keluar dari bibirnya, bahwa dia dan Evano tidak berhubungan lebih selain sebagai seorang sahabat.

"Jawab pertanyaan gue, Lea," kata Milo dengan suara yang tegas.

"Buat apa gue ngasih tau, lo aja bukan siapa-siapa gue," Lea membalas perkataan suaminya.

Milo menatapnya. "Bukan siapa-siapa lo bilang? Selama ini lo anggap gue siapa?" kata Milo dengan raut wajah kecewa.

"Suami eh tapi gue rasa bukan, karena selama ini lo juga gak pernah anggap gue ada kan," kata Lea sambil tersenyum paksa.

Milo diam, benar-benar diam seolah tidak tahu harus membalas perkataannya.

"Mil, maafin gue ya kalau selama ini terlalu menyusahkan lo. Gue sadar diri kok," kata Lea.

Milo mengangkat sebelah tangannya, menyuruh Lea untuk tidak berbicara sebab ada telepon yang masuk ke ponselnya.

Ellin: "Hallo, Mil. Kamu dimana sih? Aku dari tadi nyariin kamu loh."

Milo: "Hmm ... maaf ya, Lin. Tiba-tiba tadi ada urusan mendadak. Makannya aku pulang duluan tanpa bilang kamu. Sekali lagi maaf banget."

Ellin: "Kok kamu gak bilang aku sebelumnya. Aku udah cari kamu sampai mall-nya tutup. Dan kamu cuma bilang maaf tanpa jemput aku disini?"

Milo: "Maaf banget, Lin, tapi urusanku belum selesai."

Ellin: "Ya udah aku pulang aja."

Milo: "Kamu gak marah kan?"

Ellin: "Enggak kok, sedikit kecewa aja hehe."

Milo: "Maaf dan hati-hati di jalan."

Milo memutuskan sambungannya dengan sepihak. Lalu beralih pada istrinya yang diam sambil menundukkan kepala.

"Gue mau ke rumah Bulan, gak enak selalu pulang malam," kata Lea bangkit dari duduknya.

Arranged Marriage With My SeniorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang