#Chapter 82

16K 430 20
                                    

Happy Reading

Kini mereka menginjakkan kaki di bandara internasional. Beberapa menit lagi Lea akan berpisah dengan suami tercintanya. Sebenarnya dia tidak ingin ditinggalkan sendiri, tapi mau bagaimana lagi, dia tidak bisa berbuat apa-apa karena satu alasan. Dia yakin hari-hari yang akan dijalaninya akan terasa hambar tanpa kehadiran suaminya.

Maksud dari perkataan suaminya pada malam itu mengenai 'akan meninggalkannya' bukan dalam artian perpisahan atau cerai. Milo memang akan meninggalkan Lea, namun untuk beberapa hari ke depan. Suaminya itu diberikan kepercayaan oleh Emery, papanya untuk mengatasi permasalahan yang ada di perusahaan cabang.

"Jangan lama-lama ya disananya," kata Lea dengan suara yang dibuat manja.

Lea memeluk tubuh suaminya dengan sangat erat, tak ingin berpisah walaupun hanya satu jam. Bahkan banyak orang yang berlalu-lalang memperhatikan mereka berdua, tapi siapa yang mempedulikan sekitar. Dia hanya ingin merasakan pelukan dari suaminya, sebab dia tidak akan mendapatkan pelukan itu sampai Milo pulang.

Milo memberikan kode bahwa dia akan segera pergi, namun istrinya mengerucutkan bibirnya kesal, terlebih wajahnya yang selalu menggemaskan di mata Milo. "Udah ah, jangan gituin mukanya. Gak ikhlas aku jadinya buat ninggalin kamu," katanya.

Melihat wajah suaminya membuat Lea ingin menangis. Dia tidak bisa ditinggal lama-lama apalagi di apartemen hanya seorang diri tanpa ada yang menemaninya. "Pokoknya harus janji gak boleh lirik-lirik cewek yang ada disana. Ingat ya di Indonesia, kamu itu udah punya istri yang cantik melebihi siapapun," kata Lea.

"Iya," kata Milo tersenyum sembari tangan yang mengacak-acak rambut istrinya dengan gemas, "jangan lupa makan yang banyak biar gak kurus-kurung banget."

"Berarti aku kerempeng dong?" tanyanya dengan wajah beo.

"Enggak kok, aku cuma bercanda," jawabanya.

Milo berlutut, mengusap perut Lea yang rata. "Papa merasa kalian akan hadir disini. Jaga mama ya, jangan nakal-nakal kalau papa gak ada," katanya seraya mengecup perut Lea.

"Dih, sok tau banget," kata Lea terkekeh.

"Feeling seorang papa kuat, sayang."

Setelah itu, Lea melambai-lambaikan tangan ketika suaminya melangkahkan kaki menjauh darinya. Untuk pertama kali dia melihat pesawat yang ditumpangi suaminya lepas landas. Lea hanya mampu menatap kepergian suaminya dengan banyak harapan, yaitu selamat sampai tujuan dan kembali ke Indonesia dengan selamat pula.

...

Lea sudah berada di kafe yang biasa dikunjungi bersama teman-temannya. Mungkin dengan cara inilah dia bisa menghilangkan kegalauan yang melanda hatinya. Dia berjalan menuju tempat pemesanan dan menyebutkan keinginannya, lalu mencari tempat yang kosong. Tidak butuh waktu lama, pesanannya pun datang.

Setelah ini, dia berencana untuk ke rumah orangtuanya. Bukan untuk menginap, melainkan berkunjung karena merindukan mereka.

"Lea?" Dia menolehkan ke sumber suara dan mendapati seorang pria dengan wajah yang selalu mengesalkan.

"Lo ngapain disini, sendiri pula udah kayak jones," kata Angga.

"Sorry-sorry aja ye, gue punya suami. Lah elo, pacar aja kaga ada," balas Lea yang membuat temannya ini langsung kicep.

"Sombong sekali kau ini," kata Angga. Dia duduk di hadapannya. "Gue denger katanya si Milo berangkat ya?" lanjutnya yang bertanya.

"Ho'oh, parah banget kan?" Lea menyeruput kopinya, "udah gitu ya, Ngga, gue di prank dulu dong. Kesel banget sumpah dah gue. Tapi gue takut kalau si susu itu melirik cewek-cewek yang lebih cantik daripada gue."

Arranged Marriage With My SeniorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang