Tepat pukul 10 malam, konser mereka berakhir. Semua personil boygrup itu membungkukkan tubuhnya sebagai rasa terima kasih kepada semua fans nya yang sudah datang ke konser mereka malam itu.
Tak seperti biasanya, malam itu semua fans mereka tampak langsung meninggalkan tempat itu. Terkecuali eun ae.
Ia yang masih mengenakan pakaian kantornya, masih berdiri dengan setia disana. Mata nya menatap lurus ke area panggung yang kini sudah sepi.
Ia berharap sosok yang ia rindukan selama ini, meneriakkan nama nya dan berlari kecil ke arahnya, memeluknya, dan mengatakan umpatan rindu yang mengganas selama hampir 7 bulan tak bertemu, bahkan tidak saling berkomunikasi lagi.
Tuk tuk tuk..
Kakinya yang mulai malas berdiri lagi, mengetuk-ngetuk jail lantai yang ia pijak. "Apa memang dia tidak melihatku, tadi? Tapi aku yakin sekali! Mata kami bertemu tadi!" Gerutu eun ae kesal.
"Eun ae!"
Senyum merekah terpampang jelas di wajah eun ae. Wajahnya yang sedari tadi mengkerut kesal karena bosan menunggu, akhirnya ia mendengar nama nya dipanggil. Yang ia yakini, pria ber dimple di atas bibir lah yang memanggilnya.
Segera ia membalikkan badannya dengan semangat. Wajahnya kembali berkerut. Senyumnya seketika luntur dari wajahnya. Jelas saja, orang yang memanggilnya bukan dari mulut pria yang ia harapkan sedari tadi.
"Wahh.. kau disini rupanya. Apa kabarmu?!" Pria berperawakan tinggi dan berwajah yang terpahat sempurna menebarkan senyum lebar nya pada eun ae.
"Seok.. jin?" Bibir eun ae membentuk simbol kekecewaan yang besar.
"Sampai sekarang pun kau bersikap tak sopan padaku! Dasar" dengus pria itu kesal sambil menjitak kasar kepala eun ae.
Eun ae menunduk kecewa. Bukan karena jitakan dari seokjin, tapi karena yang datang bukanlah pria yang ia harap harapkan sedari tadi.
#######
"Wah, jadi selama ini kau di Jepang. Itu hebat, kau bahkan menjalani cabang perusahaan orang tua mu" seokjin menyodorkan segelas wine pada eun ae. Eun ae menanggapinya malas. Sungguh, lawan bicara nya saat ini bukan seperti yang ia harapkan. Ia menginginkan hoseok untuk menjadi lawan bicaranya.
"Kau sekarang lebih pendiam dan tenang ya. Ah, sungguh tak asik lagi. Apa menjadi orang penting itu berat? Sampai kau berubah drastis seperti ini" celoteh seokjin terus walaupun hanya dibalas sekadarnya saja oleh eun ae.
"Tidak juga" eun ae menunduk menatap gelas berisi wine itu sambil sesekali memainkannya.
"Ahhhh.. iya.. aku tahu! Ah maaf ya, aku berpura-pura tidak tahu. Itu karena aku ingin menghabiskan waktu sebentar denganmu. Kita sudah lama tak bertemu, ya kan? Aku juga orang penting dalam hidupmu, tau! Ingat, aku ini mantan mu. Setidaknya aku pernah menghiasi hari-harimu juga walaupun hanya 3 bulan" seokjin berlagak ramah sambil menyenggol pundak eun ae dengan menggunakan bahu nya yang lebar itu.
Eun ae hanya tersenyum tipis dan kembali menunduk.
"Aku paham, aku bukan orang yang kau harapkan untuk diajak bicara saat ini. Lagipula, kau tidak bisa menemuinya saat ini. Jadi, apa salahnya berbincang denganku dulu sebentar?" seokjin merendahkan suara nya menjadi terdengar sangat serius sekarang.
Perkataan seokjin langsung mendapat perhatian dari eun ae yang mendengarnya. Ia menatap seokjin dalam diam. Ekspresi nya mewakili kalimat yang ia akan lontarkan. Apa? Kenapa tidak bisa?
"Bodoh.. kau kan datang ke konser kami tadi. Kau lupa kalau di konser tadi J-Hope bilang bahwa ia akan menyalakan Vlive tepat saat ulang tahunnya nanti? sekarang ia sedang bersiap menyalakan aplikasi Vlive nya. Dan kau tidak bisa mengganggunya, atau ia akan marah, haha" seokjin kembali memecahkan suasana canggung nan serius tadi.
Eun ae menerjapkan kedua matanya singkat. "Bodoh.. aku terlalu fokus menatapnya sampai tidak memperdulikan kalimat yang ia lontarkan selama konser tadi"
Seketika ponsel seokjin bergetar. Langsung saja tangannya menyambar ponsel yang ada di meja. Matanya sibuk membaca pesan yang baru saja masuk ke dalam ponsel nya itu.
"Kau tunggu disini dulu ya. Kami mau mampir ke kamar hoseok untuk mengucapkan selamat ulamg tahun padanya. Jangan kemana-mana, oke?!"
Perintah dari seokjin hanya mendapatkan anggukan malas eun ae.
Mata nya melirik ke arah jam yang tergantung di kamar seokjin ini. Sudah tengah malam. Dan tanggal pun berganti disaat itu juga. 18 Februari 2019.
"Aku juga ingin mengucapkannya" gumam eun ae sedih.
#######
KRIETTT..
Eun ae membuka pintu kamar hoseok perlahan dan masuk ke dalamnya, tak lupa ia menutup kembali pintunya. Terlihat jelas disana, seorang pria yang sangat amat ia rindukan tengah merapikan semua kerusuhan yang disebabkan teman satu tim nya itu.
Bagaimana tidak? Disaat ia sedang melakukan Vlive untuk merayakan ultahnya bersama dengan fans nya, mereka, sahabat satu tim nya itu datang dan langsung membuat kasur hoseok berantakan.
Eun ae hanya bisa melihat punggung perfect itu. Hoseok membelakangi eun ae guna membereskan kasurnya yang berantakan itu.
Dengan langkah yang perlahan-lahan tapi pasti, eun ae segera memeluk nya dari belakang. Tanpa izin, eun ae juga menyenderkan kepala nya di punggung hoseok.
Hoseok hanya diam. Terkejut, mungkin? Namun tak lama, ia lanjut membereskan kasurnya yang masih berantakan itu.
Merasa tak terhiraukan, eun ae melepas pelukannya dan naik ke atas kasur guna melihat wajah lelaki nya itu.
Eun ae tersenyum lebar sekali yang mungkin bisa merobek wajah cantiknya itu. "Hey, selamat ulang tahun!" Ucap eun ae sangat bersemangat.
Hoseok tetap tidak menghiraukannya. Tangannya dan pandangannya masih sibuk merapikan seprai kasur yang terlihat kembali berantakan karena eun ae naik ke kasurnya.
"Kau punya mata, kan? Tidak lihat sedang ku bereskan?" Hoseok menatap eun ae tajam. Tanpa senyum sedikitpun dan tanpa nada bercanda sedikitpun.
"Sensi sekali, sih!" Balas eun ae. Bukannya turun dari kasurnya, eun ae malah tidur di kasurnya dan sengaja membuatnya berantakan lagi.
"Aku mau tidur disini. Tidak usah dibereskan juga tak apa" gumam eun ae dengan nada meledek.
Kesal, hoseok pun melepas genggaman tangannya dari seprai kasurnya dan berjalan mengambil jaketnya yang ada di sofa. Ia memakai jaketnya dan segera pergi dari sana. Tangan eun ae dengan cepat menahannya.
"Kau mau kemana?" Pertanyaan eun ae tidak dijawab. Bahkan, untuk menatap eun ae saja, rasanya hoseok enggan.
"Besok kau sudah pulang ke Korea. Setidaknya habiskan sisa waktumu disini denganku. Memangnya kau tidak merindukanku?" Eun ae menarik narik tangan hoseok dengan manja.
Dengan satu hentakan saja, hoseok berhasil melepaskan genggaman tangan eun ae dan kembali melanjutkan langkahnya.
Eun ae terdiam. Seketika dadanya sesak dan ingin menghembuskan napas pun susah. Ekor matanya bahkan sudah menjatuhkan butir air hangat dan kini terjun bebas di pipinya.
