Tepat pukul 3 pagi, tiba-tiba eun ae terbangun. Tubuhnya terasa sangat sakit.
Eun ae keluar dari kamarnya untuk mendapatkan segelas air minum. Saat melewati sofa depan, ia melihat hoseok tertidur disana.
"Astaga.. pria ini"
Eun ae menatap nya lama. Tiba-tiba hoseok terbangun. Mata nya menatap eun ae dalam.
"Kenapa kau marah padaku?" Ucap hoseok dengan suaranya yang serak. Saat itu ekspresi hoseok benar-benar merasa bersalah.
"Kenapa juga aku harus marah padamu?" Balas eun ae.
Hoseok menarik eun ae untuk duduk di dekatnya. Ia melihat sebuah luka di tangan kiri eun ae.
"Tunggu disini. Aku mau ambil obat merah" ucap hoseok.
"Tidak perlu!"
"Kim Eun Ae! Bisa tidak sekali saja kau nurut padaku?! Kau tidak tahu seberapa khawatirnya aku!" Ucap hoseok dengan nada yang sedikit membentaknya.
"Kenapa juga kau harus khawatir padaku?! Memangnya aku ini adik kandung mu apa?!" Balas eun ae emosi.
"Kau.. ck! Benar-benar!" Gumam hoseok. "Tunggu disini atau aku akan benar-benar marah padamu!" Gumam hoseok dan langsung pergi.
"Kenapa jadi dia yang marah padaku? Sial!" Gerutu eun ae.
Tak lama hoseok kembali dengan membawa peralatan medis nya itu.
Hoseok memegang tangan eun ae dan mencari letak luka nya. Di tangan kiri eun ae terdapat 4 luka kecil. Pertama kali yang hoseok lakukan ialah membersihkan luka nya.
Setelah itu hoseok memberikan obat merah pada luka nya dengan menggunakan kapas.
"Aww!" Ringis eun ae kesakitan.
"Ah, pelan-pelan sedikit" gumam eun ae.
"Sakit sekali kah? Padahal aku sudah pelan-pelan loh" ucap hoseok.
Hoseok dengan telaten dan penuh perhatian mengobati semua luka di tangan eun ae.
Eun ae pun sudah mulai terbiasa dengan rasa sakitnya, sehingga ia tidak meringis lagi.
Eun ae menatap hoseok yang sedang serius mengobati luka nya.
"Kenapa aku harus bertemu pria sebaik ini? Ya tuhan.. aku ingin sekali memiliki nya" batin eun ae.
"Sudah selesai.. tangan kanan mu ada luka juga?" Tanya hoseok.
Eun ae menggeleng pelan.
"Kaki mu?"
"Ah, kalau luka di kaki.. aku akan mengobatinya sendiri" ucap eun ae pelan.
"Kenapa?"
"Masalahnya.. luka nya ada di paha ku" ucap eun ae.
"Ah, begitukah? Apa.. mau dibantu ji wo noona?" Ucap hoseok gugup.
"Tidak.. tidak usah. Aku bisa sendiri"
Seketika suasana hening.
"Apa.. kau masih marah, padaku?" Hoseok membuka pembicaraan
"Eum.. yah, sebenarnya kau tidak salah apa-apa.. pemikiranku saja, yang salah" eun ae menggaruk-garuk kepala nya yang sebenarnya tak gatal.
"Memangnya kau memikirkan apa??" Hoseok mendekati eun ae karena ia sangat penasaran.
"Tidak.. kau tidak perlu tahu" eun ae menghindari tatapan nya hoseok.
"Lagi-lagi menyembunyikan sesuatu dariku" hoseok memanyunkan bibirnya cemberut.
"Haha.. ah, sudah lupakan saja! Aku, kembali ke kamar ya.. kau, juga harus kembali ke kamar mu dan tidur" eun ae beranjak dari duduknya.
"Ah iya.. selamat ulang tahun, ya" ucap eun ae lagi.
Eun ae langsung pergi ke kamarnya. Meninggalkan hoseok sendirian yang masih bingung dengan apa yang terjadi.
#######
Paginya, hoseok dikejutkan oleh banyaknya makanan di atas meja makan. Tapi, rumahnya terlihat sangat sepi.
"Siapa yang memasak makanan sebanyak ini?? Lagipula, pada kemana semua manusia disini?" Gumam hoseok kebingungan.
Tak lama, datanglah eun ae yang baru saja selesai mandi. Langsung saja hoseok menghampiri nya.
"Ayah, ibu, kakak.. kemana mereka semua?" Tanya hoseok.
"Hei.. pijitkan pundakku dulu. Aku lelah sekali" pinta eun ae.
Dengan mudahnya hoseok menurutinya. Hoseok memijatkan pundak eun ae dengan kencang.
"HEY! PELAN SEDIKIT, ASTAGA! KAU BISA MEREMUKKAN TULANG KU, TAHU!" Teriak eun ae.
"Ah, maaf.. hei, jawab pertanyaan ku! Kemana mereka??" Ucap hoseok.
"Ortu mu jalan-jalan, kakakmu pergi kerumah temannya" jelas eun ae bohong. Padahal ji wo sedang menjemput hae ra yang baru saja tiba di gwangju, untuk menemui hoseok.
"Oohh.. oh ya, terima kasih. Kau adalah orang pertama yang mengucapkan selamat ulang tahun padaku. Ck, hae ra ku saja belum mengucapkan nya. Tumben sekali" jelas hoseok.
Eun ae memutar kedua mata nya
"Apa-apa hae ra.. selalu saja hae ra" pikir eun ae."Apa kau yang memasak semua itu?" Tanya hoseok.
"Tentu saja"
Tak lama, datanglah ji wo dan hae ra. Hoseok terlihat sangat terkejut atas kedatangan hae ra yang sangat tiba-tiba.
Spontan, hoseok berhenti memijat pundak eun ae dan menghampiri hae ra.
"Kau.. benar-benar, hae ra, kan? Aku, tidak sedang bermimpi kan??" Tanya hoseok masih tak percaya.
Hae ra hanya mengangguk pelan sambil terus tersenyum.
"Ah, mereka tidak memberitahu ku kalau kau akan datang.. jadinya, aku belum mandi" hoseok terlihat sangat malu.
Hae ra langsung saja memeluk hoseok dengan erat. Hae ra ingin menunjukkan jika ia tidak peduli bagaimana penampilan hoseok saat itu.
Hoseok pun membalas pelukan hae ra. Mereka berpelukan lumayan lama.
"Ayo kita sarapan dulu! Hae ra, ayo.. kau pasti belum sarapan,kan?" Perkataan ji wo membuat hoseok dan hae ra berhenti berpelukan.
Hae ra hanya mengangguk.
