30

106 16 0
                                    

"Siapa ini?"

"Syukurlah kau mengangkatnya.. aku benar-benar sangat bersyukur kau mau mengangkatnya"

Eun ae merasa sangat terkejut setelah mendengar suara si penelepon.

"I..bu?"

"Anakku.. ibu sangat merindukanmu"

"Darimana kau mendapatkan nomor ku?"

"Nak.. ibu mohon.. maafkan lah ibumu yang bodoh ini"

"Ah, pasti dari ayah, kan?"

"Ibu hanya ingin.. menghabiskan sisa umurku denganmu. Ibu ingin hidup bersamamu lagi"

"Dokter mengatakan kanker ku sudah stadium 4. Aku harap, kau mau menemuiku dan tinggal bersamaku lagi di Jepang. Hanya untuk 1 tahun.. tolonglah"

"Disaat ajal mu sudah dekat, kau baru memikirkanku dan mengingatku?"

"Perkataanmu tetap kejam seperti dulu. Kau tidak berubah, Fujji"

Eun ae terdiam. Yah, kalau dipikir-pikir, untuk apa ia masih ada di Korea? Disini ia sudah tidak memiliki siapapun lagi. Lebih baik ia menemui ibunya di Jepang. Ibunya yang sangat membutuhkannya.

"Beri aku waktu. 1 bulan"

"Kau tahu? Aku sangat senang mendengarnya. Aku pikir kau tidak akan mau bertemu lagi denganku. Syukurlah, sisi baikmu masih tetap ada dihatimu. Ok, aku akan menunggunya!"

"Sudah dulu. Bye"

Eun ae mematikan ponselnya. Sejenak, ia melirik ke arah meja kecilnya yang berada di sampingnya. Disana terdapat fotonya dengan hoseok yang dibingkai dengan sangat bagus.

Eun ae menunduk. Air matanya kini tak bisa ia bendung lagi. Ia menangis sejadi-jadinya.

#######

Eun ae menghabiskan waktu 1 bulan ini hanya dirumah. Ia bersenang-senang sendirian. Bahkan rumahnya terlihat sangat amat berantakan. Ia masih tidak peduli tentang kebersihan rumahnya.

"Ugh, berantakan sekali ya. Haha" gumam eun ae yang sudah sedikit mabuk.

Ia mengangkat botol sojunya. "Botol terakhir! Haha" eun ae langsung meminumnya.

Setelah itu ia ambruk. Ia menatap langit rumahnya yang kosong.

Seketika, pikirannya teringat dengan semua omelan yang pernah dilontarkan hoseok padanya dulu.

"JANGAN MENUMPUK PAKAIAN KOTOR SEPERTI INI!"

"URGH, SEMENJAK KAU MEMELIHARA KUCING INI, RUMAH MU JADI MAKIN KOTOR, TAU!"

"SETIDAKNYA MANDI LAH WALAUPUN 1 KALI SEHARI! KAU KOTOR DAN JOROK SEKALI!"

"KALAU KAU TIDAK MENARUH SEPATU MU DI RAK SEPATU LAGI, AKU AKAN MEMBUANGNYA!"

"AKU TAHU KAU SUKA MAKANAN PEDAS, TAPI JANGAN TERLALU SERING MEMAKANNYA!"

"KENAPA KAU LEBIH MEMILIH BERMAIN BASKET DENGAN SUGA HYUNG DARIPADA MEMBACA BUKU DENGANKU?!"

"DILUAR CUACA NYA DINGIN, DAN KAU MASIH MAU BERENANG? KAU GILA!"

"KAU KAN TAHU AKU TIDAK SUKA MENONTON FILM HORROR, TAPI KENAPA KAU BERSIKERAS SEKALI SIH INGIN MENONTONNYA! KENAPA KITA TIDAK MENONTON FILM ROMANCE SAJA SIH?!"

Eun ae menutup wajahnya dengan kedua tangannya. "Kenapa aku merindukan semua ocehan berisikmu itu, hoseok-ah?" Gumamnya kembali sedih.

#####

Paginya, eun ae menghempaskan tubuhnya di atas sofa. Tangan kanan nya sibuk memijat pundak kiri nya yang terasa pegal.

"Pakaian sudah masuk semua. Sekarang tinggal menunggu jam penerbanganku" gumamnya sambil menatap sebuah koper dihadapannya.

Lalu, ia menatap sendu ponselnya itu. Ia masih mengharapkan hoseok menelponnya dan mencegahnya pergi. Tapi nihil. Selama 1 bulan ini, hoseok tidak menghubunginya lagi.

"Kau sungguh sudah melupakanku, ya? Baiklah! Aku juga harus seperti mu! Aku tidak bisa terus menerus jadi bodoh hanya karena cinta" gumam eun ae sambil melempar ponselnya ke kasur.

Setelah sudah siap, ia segera pergi. Ia meninggalkan rumahnya yang masih penuh dengan barang-barang pemberian hoseok serta foto-foto nya bersama hoseok.

Ia bahkan meninggalkan ponselnya disana.

7 menit kemudian, ponselnya yang ia letakkan begitu saja di kasurnya bergetar

Panggilan tak terjawab
'Stupid Horse'

#######

6 November 2018
Fukuoka, Jepang.

Eun ae meletakkan sebuah bunga diatas makam ibunya. Ya, ibu nya mengatakan hal yang benar. Bahwa waktunya di dunia ini hanya sebentar.

Ayah eun ae pun hadir. Ia mengusap punggung putrinya itu. "Maafkanlah ibumu.. aku tahu sulit, tapi setidaknya ia sudah melahirkanmu ke dunia ini"

Eun ae menoleh ke arah ayahnya. Senyuman tipis terlukis jelas di wajah nya. "Kau tidak perlu khawatir. Aku tidak pernah membencinya"

Ayahnya langsung memeluk eun ae erat. "Maafkan ayah juga. Yang jelas, maafkan kami. Kami bukan orang tua yang baik untukmu. Dari kecil kau tidak pernah merasakan kasih sayang dari kami. Aku selalu sibuk mengurusi perusahaanku, ditambah ibu mu yang seorang pramugari yang jarang sekali pulang. Maafkan kami"

Eun ae membalas pelukan ayahnya itu. Ia menepuk nepuk pelan punggung ayahnya. "Kalian jangan khawatir. Aku baik baik saja"

"Ah iya.." ayah eun ae melepas pelukannya. Ia memegang erat kedua bahu eun ae sambil menatapnya sendu. "Kau mau, kan? Kembali tinggal di Turki dengan ayah? Hm?"

Eun ae terdiam. Sungguh, ia tidak bisa tinggal dengan ibu tiri serta adik-adik tiri nya itu. Eun ae pasti selalu merasa emosi setiap melihat mereka.

Eun ae menggelengkan kepalanya. "Kau mau nantinya aku dan istri baru mu itu bertengkar terus? Lebih baik aku disini saja selamanya"

"Kau serius ingin menetap di Jepang?" Tanya ayahnya.

Eun ae mengangguk mantap.

"Kalau begitu, bantu ayah menjalankan perusahaan ayah yang ada disini. Ayah punya cabang di Jepang. Kau yang urus ya. Kau bisa memiliki semua pendapatan yang kau peroleh" tawar ayahnya.

Eun ae sangat senang. Setidaknya ia memiliki pekerjaan tetap saat ini.

"Ya, aku mau"

Just HopeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang