"AISHHH!!! JUNG EUN AE BANGUN!!"
Pagi itu adalah pagi yang sangat berisik dan gaduh. Hoseok yang baru saja terbangun seketika terkejut melihat jam sudah menunjukkan pukul 06.20
Hoseok terus mengguncang-guncangkan tubuh eun ae yang sedang tidur dengan nyenyaknya.
"AISH.. ada apa sih" balas eun ae yang masih setengah sadar.
"KITA TELAT!" Teriak hoseok panik.
Dengan malas eun ae melihat jam di ponsel nya.
"Belum jam 7 ini, kok" ucap eun ae santai.
"AISH! Oiya seragam nya gimana?!?! Masa pakai seragam yang kemarin sih?!?! Aish" gerutu hoseok.
"AISH JUNG HOSEOK KAU BERISIK SEKALI SIH?!" Ucap eun ae kesal.
"Gara-gara kau juga ajak aku tidur di luar! Jadi ribet kan masalahnya!" Balas hoseok.
"URGH! BAWEL!" Eun ae berdiri dan mengambil seragam hoseok yang ada di tas nya dan langsung melemparnya ke arah hoseok.
"Oh? Kau dapat darimana?" Ucap hoseok terkejut.
"Sudahlah itu tidak penting" gumam eun ae dan mencoba untuk tidur lagi.
"Aish yasudah! Aku mandi duluan!" Ucap hoseok dan segera berlari ke toilet.
#######
Hoseok yang sudah mandi dan berseragam akhirnya keluar dari toilet.
Di sofa sudah ada eun ae yang sudah rapih dengan seragamnya sedang menunggunya.
"Kau mandinya lama sekali sih?! Tadi heboh karena sudah telat" oceh eun ae.
"Jangan bilang kau tak mandi?" Tanya hoseok.
"Memang tidak~" balas eun ae santai dan langsung keluar klub untuk menyiapkan motornya.
"Jorok sekali" gumam hoseok heran.
#######
Setelah pulang sekolah, seperti biasa eun ae menjemput hoseok dari sekolahnya.
"Kok aku jadi takut untuk pulang, ya?" Hoseok mendekatkan wajahnya di telinga eun ae yang sedang fokus berkendara.
"Sudah kubilang, santai saja. Ada aku ini, aku yang akan bertanggung jawab" balas eun ae sambil sesekali melirik hoseok.
"Tetap saja.. nanti malah kau yang dihukum ibu dan ayah"
Hoseok menunduk merasa khawatir. Ia tahu betul seperti apa ayahnya jika marah. Sangat amat menyeramkan."Apa kau mengkhawatirkanku?"
"Tentu saja" hoseok kembali mengangkat wajahnya.
Tanpa sadar, senyuman gembira terlukis di wajah eun ae. Seketika ia merasa spesial karena hoseok khawatirkan.
Padahal, hoseok mengkhawatirkannya karena dia sudah seperti adiknya sendiri. Jadi ia tidak ingin adik kesayangannya dihukum.
Sesampainya dirumah..
Kali ini sidang dimulai lagi. Tn. Jung dan Ny. Jung terlihat duduk di sofa sambil menatap tajam ke arah eun ae dan hoseok yang tengah berlutut di hadapan mereka.
"Kemarin, 19 Februari 2011.. kalian kemana? Kenapa tidak pulang? Apa saja yang kalian lakukan? Siapa yang mau menjelaskan?" Tn. Jung menatap eun ae dan hoseok secara bergantian dengan tatapan yang sangat tajam.
"Saya!" Eun ae mengangkat tangan kanannya dengan lantang.
"Jelaskan se detail-detailnya dan sejujur-jujurnya!" Tn. Jung lantas menatap eun ae tajam sambil sesekali membenarkan kacamata yang ia kenakan.
"Jadi, setelah kami pulang sekolah, aku mengajak hoseok ke makam hae ra. Karena hoseok terlihat sangat menyedihkan, jadi aku mengajak nya bersenang-senang" mata eun ae menerawang ke atas guna mengingat ingat apa saja yang ia dan hoseok lakukan.
"Be.. bersenang-senang?? Apa saja yang kalian berdua lakukan, ha?!" Ny. Jung sedikit tersentak mendengar kata 'bersenang-senang'. Sepertinya ia memahami hal yang berbeda dari apa yang sebenarnya.
"Eum.. kami karaoke an dan bernyanyi bersama, kami makan di tempat makan favorite ku, lalu aku mengajak hoseok berjalan-jalan pakai motor ayah, dan berakhir.. kami ke klub dance untuk menonton tv. Karena aku takut hoseok sedih lagi saat tidur sendirian dirumah, maka dari itu aku mengajaknya tidur bersama di klub dance" eun ae dengan santai menjelaskan dengan sangat jujur, tapi sayangnya membuat orang yang mendengarnya ambigu.
Tn. Jung, Ny. Jung, bahkan hoseok pun terkejut.
"A.. apa?! Tidur.. bersama? Di klub dance?!?!" Tn. Jung bahkan sampai berdiri saking terkejutnya.
"Ah bukan, bukan seperti itu, ayah.. ibu. Ini tidak, seperti yang kalian pikirkan!" Hoseok dengan cepat menggelengkan kepalanya guna menghentikan ke ambiguan tersebut.
"Hey jung eun ae! Perkataan mu itu membuat mereka ambigu, bodoh!" Hoseok memukul lengan eun ae dengan kesal
"Apa? Memang benar, kan?" Eun ae mengindikkan bahu nya santai.
"Aku bisa gila jika berhadapan dengan kalian terus" Tn. Jung memijit pelipisnya. Sepertinya ia sudah kehabisan akal menghadapi sikap mereka.
Tn. Jung langsung pergi ke kamar nya.
Ny. Jung kini mendekati eun ae. Hoseok sudah ketakutan, karena ia pikir ibu nya akan memukul eun ae. Tapi ternyata, Ny. Jung malah memeluk eun ae.
"Nak, maafkan sikap hoseok yang bodoh itu, ya. Apapun yang sudah terjadi, sudah terlanjur terjadi. Kau tenang saja, kami akan bertanggung jawab atas kehamilanmu" Ny. Jung mengusap lembut punggung eun ae.
"A.. apa maksudmu? Ah, aku pikir kau salah paham. Aku bilang, aku dan hoseok hanya tidur bersama di sofa klub, bukan nya melakukan hal 'itu'. Ibu ini, ada-ada saja" ucap eun ae kebingungan.
Spontan, Ny. Jung melepas pelukannya. Karena kesal, Ny. Jung menjitak kepala eun ae dengan kasar.
"Aw! Aish.." ucap eun ae sambil mengusap kepala nya.
"Jangan kalian ulangi lagi, mengerti!" Ny. Jung langsung pergi juga ke kamar.
"Aish.. lebih baik aku bilang kalau aku hamil saja, daripada dijitak seperti ini. Aw, kepala ku" gerutu eun ae.
"Pftt, HAHAHAHA!" Hoseok tertawa keras sekali melihat eun ae menderita.
Tatapan tajam dan sinis eun ae membuat hoseok berhenti tertawa.
"Hey.. aku lapar" hoseok menatap eun ae penuh harapan.
"Ayo ke dapur. Ibu pasti sudah memasakkan sesuatu untuk kita" eun ae merangkul hoseok dan pergi ke dapur.
Dan, ternyata kosong. Di meja makan tidak ada makanan apapun.
"Hey.. kau masak, sana" pintah hoseok.
"Okay okay.. kau juga bantu aku biar kita bisa cepat makan!"
"Siap!"
