5

164 20 2
                                    

Tepat pukul 18.00 semua anggota klub sudah berkumpul. Kecuali eun ae. Ia langsung tertidur setelah menghabiskan bekal milik hoseok.

Saat itu hoseok lupa melakukan pemanasan terlebih dahulu sebelum latihan. Alhasil, kaki kiri nya cedera saat latihan berlangsung.

Awal nya tidak terasa sakit, tetapi semakin lama kaki nya makin terasa sakit. Hoseok berpura-pura baik-baik saja di depan temannya karena ia tidak mau mereka khawatir.

Dan setelah latihan selesai, seperti biasa hoseok mandi dulu sebelum pulang kerumah. Saat ia keluar dari toilet, ia melihat eun ae yang sedang mencuci kotak makan hoseok tadi.

"Oh, kau sudah bangun ternyata" hoseok menghampirinya sambil terus mengeringi rambut nya yang basah.

"Hooh.. ini, sudah bersih. Makasih ya!" Ucap eun ae sambil menyodorkan kotak makannya.

"Besok aku akan membawakannya lagi untukmu"
Ucap hoseok sambil memasukkan kotak makannya kedalam tas.

"Tunggu.. kaki mu kenapa?" Ucap eun ae khawatir saat ia melihat jalan hoseok yang sedikit pincang.

"Ah, ini.. tadi, cidera, hehe" ucap hoseok cengengesan.

"Bodoh! Kau pasti tidak melakukan pemanasan dulu, kan?" Omel eun ae.

"Hmm, ya.. aku lupa"

Eun ae menghampiri hoseok yang sedang duduk di sofa dan ia langsung duduk disampingnya.

"Aku akan mengantarmu pulang"

"Tidak usah.. ini sudah malam. Malah bahaya jika keluar malam malam seperti ini untukmu. Kau kan perempuan"

"Haha, kau menganggapku perempuan?" Ucap eun ae tak percaya.

"Tentu saja. Kau kan memang perempuan. Yaah.. se tomboy apapun kau, se kasar apapun kau.. aku akan tetap menganggapmu sebagai seorang perempuan" jelas hoseok.

"Waw.. itu menganggumkan. Kau satu-satunya manusia yang menganggapku sebagai seorang perempuan, hahaha" ucap eun ae terlihat sangat senang.

"Ah, serius?? Wah, jahat sekali mereka yang menganggapmu sebagai laki-laki" hoseok menggelengkan kepala nya tak percaya.

"Yah, seperti itulah" gumam eun ae.

"Ah tapi, aku serius penasaran, deh. Sikapmu itu.. berubah drastis setelah aku meminjamkan mu bantal dan selimutku. Benar-benar, tak bisa dipercaya"

"Yah, itu karena hanya kau yang memperlakukanku seperti itu" gumam eun ae hampir tak terdengar

"Apa??"

"Ah tidak.. itu karena, yah.. kau memberikannya disaat yang tepat. Waktu itu aku memang sedikit kedinginan. Dan kau dengan berbaik hati memakai kan ku bantal dan selimut. Padahal sebelumnya, aku bersikap kasar padamu" jelas eun ae.

"Hey! Padahal itu hal yang sederhana, hahaha"

"Iya, tapi berharga untukku"

Eun ae dan hoseok masih saja asik mengobrol. Sampai akhirnya, jarum jam menunjukkan pukul 23.00. Jadi mau tidak mau, hoseok pulang diantar dengan eun ae.

Eun ae menuntun jalan hoseok menuju parkiran. Disitu eun ae meletakkan motor kesayangannya.

Dengan diboncengi eun ae, akhirnya hoseok dapat pulang dengan selamat.

Eun ae menghentikan motornya tepat di depan rumah hoseok.

"Terima kasih ya.." ucap hoseok yang sudah turun dari motor.

"Sama-sama"

"Ah ya.. di rumahku ada kamar tamu, kau menginap saja dulu di rumahku. Aku masih khawatir jika kau kembali ke klub se larut ini, sendirian"

"Serius? Bolehkah?" Ucap eun ae dengan mata yang berbinar-binar.

"Hahaha, iya.. tentu saja. Ayo"

Dengan dituntun eun ae, hoseok mengarahkan eun ae ke kamar tamu.

"Selamat malam. Tidur yang nyenyak, ya" saat sampai di depan pintu kamar, hoseok membuka kan pintu nya untuk eun ae.

"Eumm, okay" gumam eun ae.

Hoseok pun lekas pergi dari sana menuju kamarnya.

Tapi baru beberapa langkah, eun ae memanggil hoseok lagi.

"Hoseok"

"Eum?"

"Maaf aku tidak bisa mengobati cedera mu. Aku tidak terlalu mengerti tentang itu. Tapi, coba kau rendam kaki mu dengan air hangat! Karna dulu aku juga pernah seperti itu" jelas eun ae.

Hoseok hanya tersenyum dan mengangguk. Ia pun melanjutkan perjalanannya menuju kamar.

#######

Malam itu benar-benar terasa panjang bagi eun ae. Ia tidak bisa tidur sedari tadi. Ia sibuk membolak-balikan badannya, berharap menemukan posisi yang nyaman dan segera tidur.

Tapi itu mustahil.

Bukan ia tak nyaman dengan kamar nya, tapi dengan pikirannya.

Entah lah, saat itu pikiran eun ae penuh dengan hoseok. Semenjak hoseok meminjamkan bantal dan selimutnya, cara ia menilai hoseok seketika berubah.

Eun ae melihat ke arah luar jendela. Pikirannya terbayang terus akan sikap hoseok padanya hari ini.

Dari meminjamkan bantal dan selimutnya, memberinya bekal miliknya, dan tersenyum padanya.

Hal itu terbayang terus dipikiran eun ae.

Satu hal yang spesial bagi eun ae. Yaitu perkataan hoseok yang menganggapnya sebagai wanita. Hoseok satu-satunya pria yang memperlakukan eun ae sebagai wanita.

"Jung hoseok.. kenapa kau baik sekali padaku? Kau.. membuatku bingung" gumam eun ae sambil terus tersenyum.

Sementara itu, hoseok yang sedang merendamkan kaki nya di air hangat juga sedang memikirkan seorang wanita.

Tapi wanita itu bukanlah eun ae. Melainkan kekasihnya, Park Hae Ra.

Sedari tadi ia sibuk mengecek ponselnya, berharap hae ra, sosok yang ia rindukan mengabarinya. Tetapi ternyata tidak.

Sejak kemarin hoseok tidak bisa menghubungi hae ra. Beratus-ratus pesan dari hoseok pun belum hae ra baca.

"Park Hae Ra.. aku sangat merindukanmu. Tolong jangan buat aku cemas seperti ini" gumam hoseok.

Matanya mulai berbinar-binar saat ia melihat foto hae ra di ponsel nya.

Just HopeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang