Sebenarnya itu bukan alasan utamanya. Ibuku tiba-tiba memohonku untuk kembali ke Jepang. Hanya untuk beberapa bulan, sampai ajal menjemputnya"
Hoseok sama kagetnya dengan eun ae. Ia sungguh tidak menyangka jika alasan eun ae pergi tidaklah se sepele yang ia pikirkan selama ini.
"Tepatnya Bulan November beliau meninggal. Karena aku pikir kau sudah tidak menginginkanku lagi, jadi lebih baik aku menetap disana. Setidaknya disana pula aku memiliki pekerjaan tetap. Aku tidak bisa menganggur terus" lanjutnya.
Hoseok mengangguk mengerti. Lantas, eun ae menggenggam tangan hoseok itu. "Apa kau masih marah padaku?"
Hoseok tersenyum hangat. "Tidak. Aku mengerti perasaanmu. Sudah jangan dipikirkan, ini terjadi karena salah paham saja"
Eun ae tersenyum lega. Lantas ia mengusap lembut pipi hoseok. Hatinya seketika merasa tentram melihat hoseok kembali bersikap hangat padanya. "Terima kasih. Aku bersyukur kau masih mau menerimaku, jadi temanmu lagi"
Tangan hoseok seketika bergerak menghentikan kegiatan yang dilakukan eun ae terhadap pipinya. "Yakin hanya teman?"
Eun ae langsung menyandarkan pundaknya di sofa. Ia melipat kedua tangannya di depan dan menatap hoseok sambil cemberut. "Tentu saja. Kau kan sudah punya Yunjin"
"Eh? Yunjin? Ahhh.. dia hanya temanku, kok. Dia pernah jadi backdancer nya bts, maka dari itu kami bisa dekat" hoseok terlihat sangat gemas melihat eun ae yang cemberut seperti itu. Sungguh, jika ia lelaki brengsek pasti bibir merah eun ae yang sedang cemberut itu sudah di ciumnya sedari tadi.
"Teman macam apa yang berpelukan dan menempel setiap saat?" Eun ae menatap hoseok kesal. Ia tidak sadar bahwa saat itu ia sedang menunjukkan ekspresi cemburu nya.
"Kau dan taehyung pun sama! Kalian masih saja suka berpelukan dan berduaan" balas hoseok sambil menjitak kepala eun ae.
"Lagipula kenapa kita mempermasalahkannya? Kita kan sudah putus!" Balas eun ae lagi.
Hoseok langsung membuang muka nya dari hadapan eun ae. "Ah ya, kita sudah putus! Jangan lupa hal itu"
Seketika hening. Mereka hanya bisa melirik satu sama lain. Tak tahan, hingga akhirnya hoseok mengalah dan langsung memeluk eun ae.
"Tidak bisa. Aku tidak bisa putus denganmu. Sungguh. Mau tidak mau, kita harus balikan! Ini perintah!"
Eun ae tersenyum lebar mendengarnya.
Siapa sangka? Malam 'bersama' yang pernah terjadi dulu kini terulang kembali. Mereka berdua tidur bersama lagi di klub dance neuron. Sesekali mereka mengenang masa-masa kebersamaan mereka dulu.
"Dulu aku sempat panik karena telah membawa anak orang untuk tidur diluar, haha" eun ae memasukkan sepotong kue ke dalam mulut hoseok.
Tanpa aba-aba, hoseok membuka mulutnya dan memakan kue itu. "Sungguh, itu pengalaman pertama ku. Tidur diluar dengan seorang wanita dan mulai melanggar peraturan dirumah, hahaha"
"sudah gitu paginya kau rewel karena tidak memiliki seragam sekolah untuk dikenakan. Padahal sudah ku persiapkan" ledek eun ae
"ah ya.. sampai sekarang aku pun belum tahu bagaimana cara kau mendapatkan seragamku" hoseok menopang dagu nya sambil menatap eun ae dengan mata yang berbinar.
"mudah saja. Saat kau sudah tidur, aku langsung pulang ke rumah. Diam-diam aku menyusup masuk ke rumah dan mengambil seragam kita" eun ae meninggikan pandangannya dengan sombongnya.
"rumah tidak dikunci?"
"aku masuk lewat jendela kamarku"
"astaga.. kau punya bakat jadi maling juga ternyata" hoseok lagi lagi menjitak kepala eun ae.
