Sesampainya dirumahnya, Dewa senyum-senyum sendiri dan gak sabar menunggu hari H-nya. Dia pun masuk kekamar dan mendaratkan tubuhnya diranjang yang empuk dan tidur pulas.
• • •
Mentari mulai muncul perlahan memaparkan cahayanya yang tegas dilangit timur. Langit memang masih kelabu, dan sedikit lembab. Menyisahkan abu-abu dilangit dengan warna jingga yang menyoroti pagi ini. Perlahan udara dingin malam mulai tergantikan dengan hadirnya sang surya yang semakin tegas dan memperlihatkan kemunculannya dari balik ufuk timur.
"Sayang bangun udah pagi." kata mama Dewa.
"Iya ma bentar."
"Kamu hari ini harus jemput calon istri kamu, ajak berangkat bareng."
Dewa yang mendengar hal itu menjadi semangat dan segera bangun dari ranjang, bergegas menuju kamar mandi untuk membersihkan badannya.
"Pagi Ma, Pa." sapa Dewa dimeja makan.
"Pagi sayang, buruan makan nanti terlambat jemput Ghia." kata Dinda mamanya.
"Iya, gak baik membuat calon istri nunggu lama gara-gara nungguin makan kamu kelar." tambah papa Dewa.
"Iya-iya."
Dewa pun menyantap cepat masakan mamanya dan bergegas menyambar kunci mobil menuju rumah Ghia.
Sesampainya dirumah Ghia.
"Assalamualaikum tante," sapa Dewa saat melihat calon mertua menyapu ruang tamu.
"Waalaikumsalam, sebentar Ghianya masih rapi-rapi. Duduk dulu."
"Iya tante." jawab Dewa dengan senyum diwajahnya.
"Ghia buruan nak Dewa undah nunggu kamu."
"Iya mah bentar." jawab Ghia.
Kenapa Dewa kerumah? Mau apa dia? Batin Ghia.
Ghia turun sarapan dan berbegas menemui Dewa yang ada di ruang tamu.
Dewa terkaget melihat penampilan calon istrinya yang begitu cantik hari ini.
"Cantik banget lo hari ini."
"Lo mau apa kesini?"
"Mama nyuruh gue buat ngajak kamu bareng dan gak ada penolakan atas ini soalnya mama yang mau."
"Ok, buruan nanti terlambat."
Mereka bergegas masuk ke mobil. Dewa masuk ke mobil dan Ghia masuk tidak duduk di sebelah Dewa melainkan di belakangnya.
"Kok lo duduk disitu sih, bukannya di depan. Nanti pada ngira kalau gue ni sopir lo. Maju sini duduk depan." suruh Dewa.
"Iya, iya bawel amat sih." Ghia pun pindah posisi yang tadinya dibelakang sekarang sudah disebelah Dewa.
"Thanks." senyum kecil terlukis diwajah Dewa.
Dan mereka pun bergegas berangkat ke sekolah. Sesampainya di sekolah.
"Lo gak usah nganter gue ke kelas, gue bisa sendiri."
"Siapa juga yang mau nganter lo ke kelas. GR amat sih."
"Ya udah gue mau parkirin nih mobil dulu." tambah Dewa.
"Iya."
Dewa meninggalkan Ghia dan Ghia berjalan menuju kelasnya, kelas XI IPA 2. Sesampainya dikelas.
"Hai gaes," sapa Ghia ke Nikaela dan Shinta datar.
"Tumben amat lo gak teriak-teriak kayak biasanya. Kesambet lo?" tanya Shinta.
KAMU SEDANG MEMBACA
DEWA & GHIA [END]
Teen Fiction[ TERSEDIA VERS. E BOOK ] Ghia berada di kehidupannya yang tidak beruntung. Hidup Ghia berubah setelah dijodohin sama Dewa, cowok bad boy, play boy dan memiliki nilai plus yakni sebutan Mr. Mesum. "Kenapa sih gue mau dijodohin sama orang yang gak j...