🔴 DG | 28

12.1K 172 3
                                    

Sinar mentari menembus masuk melalui celah-celah yang ada pada kamar Dewa dan Ghia.

Terlihat Ghia yang tengah asyik dengan mimpinya terbangun karena sinar mentari mengenai wajahnya. Sesaat setelah bangun Ghia baru menyadari bahwa sang suaminya sudah tidak ada di atas ranjang. Menemaninya tidur.

Ghia berjalan dengan keadaan mata yang belum sepenuhnya optimal dan berjalan menuju sofa yang berada di ruang keluarga. Ghia meletakkan tubuhnya pada sofa dan bersandar.

"Dewa, kamu kemana sih?" ucap Ghia menguncir rambutnya satu. Menampilkan lekuk tubuhnya saat tangannya keatas menguncir rambutnya.

Tak lama kemudian suara pintu terbuka dan membuat Ghia melihat kearah sumber suara. Menampilkan Dewa dengan keringat yang bercucuran ditubuhnya.

Dewa datang menghampiri Ghia bermaksud untuk memeluk istrinya tercinta.

"Ett mau apa?" tanya Ghia dengan tangan terlipat di depan dadanya.

"Tumben kamu olahraga, kenapa? Ada acara apaan?" tambahnya.

"Gak. Gak ada acara apa-apa. Biar tubuhku tetap terjaga dan tetap atlethis aja. Kan nantinya kamu juga yang suka, memiliki suami berbadan besar dan berisi." jelas Dewa.

"Mandi dulu gih..." suruh Ghia.

"Kiss dulu," ucap Dewa menyentuh bibirnya tanda untuk Ghia agar mendaratkan ciumannya di sana.

Ghia menurunkan tangannya. "Aelah ribet amat sih,"

Ghia menghela nafas dan cupp, Ghia mencium bibir Dewa mesra.

"Makasih sayang," ucap Dewa dan langsung meninggalkan Ghia bergegas menuju kamar mandi untuk membersihkan badan.

Ghia memilih untuk pergi ke dapur. Memasak dan menyiapkan sarapan untuk dirinya dan juga suaminya. Ghia memasak semur daging karena pengolahannya yang sangat mudah baginya.

Selesai masak Ghia menghidangkannya diatas meja. Dari arah depan Dewa datang dengan pandangan tertuju pada layar ponselnya. Dewa duduk dan jarinya masih sibuk mengetik sesuatu pada ponselnya.

"Gak usah main ponsel mulu, makan dulu. Gak usah sok sibuk kayak ada yang nge-chat aja." ucap Ghia dengan tangannya yang sibuk mengambilkan nasi untuknya dan Dewa.

"Makan," ucap Ghia menaruh piring Dewa yang berisi nasi lengkap dengan semur daging.

Dewa langsung menutup ponselnya, menaruhnya di atas meja dekat dirinya dan mulai memakan makanan yang ada dihadapannya.

Di tengah-tengah kenikmatan menyantap masakan Ghia ponsel Dewa berbunyi. Dewa menghentikan makannya.

"Makan dulu. Habisin," ucap Ghia.

"Takutnya ini penting sayang." jawab Dewa mencubit pelan pipi Ghia.

Dewa mengecek ponselnya. Menampilkan nama Max di layar ponselnya. Segera Dewa menjawab panggilan itu.

"Hallo, kenapa bro telepon? Ganggu momen aja."

"Sorry Dew, lo bisa gak ke caffe MILLAN? Secepatnya, gue tunggu sama anak-anak lainnya. Ajak istri lo juga."

"Iya-iya, gue segera kesana."

Tutt tutt tutt

Sambungan telepon terputus. Dewa meletakkan kembali ponselnya.

"Habis ini kamu mandi siap-siap. Kita ke caffe MILLAN." ucap Dewa dan melanjutkan makannya.

"Kenapa?" tanya Ghia.

"Aku juga gak tahu. Udah kelarin makan terus mandi, siap-siap end meluncur," jawab Dewa.

Mereka menyelesaikan makannya dan Ghia bermaksud untuk membersihkan piring kotornya. Namun Dewa mencegahnya.

"Udah mandi gih biar aku yang beresin semua sekalian mencucinya." ucap Dewa.

Ghia bergegas menuju kamar mandi untuk membersihkan badan. Selesai mandi Ghia langsung bersiap-siap. Dewa pun sudah selesai dengan pekerjaannya.

Mereka segera turun menuju parkiran dan bergegas ke caffe MILLAN.

Beberapa menit berpaju dijalanan mobil itu kini sampai di caffe MILLAN dan Dewa segera memarkirkan mobilnya. Di parkiran Dewa dan Ghia melihat sebuah mobil polisi di sudut parkiran. Tetapi mereka tak begitu memikirkannya.

Terlihat semua sahabat Dewa berkumpul di sudut ruangan dengan dua polisi menyertai mereka. Segera Dewa dan Ghia mempercepat langkahnya.

"Ada apa ya pak?" tanya Ghia.

"Lo buat masalah?" tanya Dewa ke semua sahabatnya.

Semua sahabat Dewa kompak menjawab dengan gelengan kepala.

"Kita juga gak tahumenahu akan hal ini Dew," ucap Alex.

"Begini pak, bu, kami menerima laporan kalau beberapa minggu yang lalu telah terjadi kecelakaan. Kami disuruh atasan kami untuk menyelidiki kasus ini lebih lanjut." jelas salah satu polisi tersebut.

"Siapa sih yang buat laporan ini?" tanya Dewa lalu mengacak rbutnya asal.

Di ambang pintu terlihat seorang cewek tengan melangkah menuju ke arah Dewa, Ghia dan semuanya berdiri.

"Savinka?" ucap Ghia pelan.

"Gue. Gue yang buat laporan ini." ucap Savinka.

"Lo kenapa buat laporan ini? Yang udah lalu biarlah berlalu, hiduplah seperti air yang selalu mengalir." ucap Ghia.

"Gua gak bisa. Gue gak mau lihat lo nantinya disakitin sama Linda, biarin cewek itu menjadi buronan polisi." jawab Savinka.

"Pak, saya batalkan laporan itu. Cukup sampai disini." ucap Ghia pada kedua polisi.

"Ibu siapa ya? Kan bukan ibu yang membuat laporan ini, lantas kenapa ibu yang membatalkan dan menghentikannya?" tanya salah satu polisi.

"Saya adalah korbannya. Saya tidak mau mengusut kasus ini lebih lanjut. Biarlah menjadi begini untuk sementara waktu." jelas Ghia.

"Baiklah kalau begitu, saya dan rekan saya pamit. Terimakasih," ucap polisi itu dan melangkah menjauh meninggalkan mereka.

"Gue udah gak papa, lo jangan buat gue mengingat masa-masa itu." ucap Ghia kepada Savinka.

Savinka menundukkan kepalanya. "Sorry Ghi, gue cuman mau lo itu bahagia. Gak ada yang ngeganggu lo." jawab Savinka.

"Gue paham. Gue hargain usaha lo, terimakasih. Tapi untuk kali ini biarin gue yang menghadapi masalah ini bersama suami gue." jelas Ghia. Pandangan Ghia di ubah melihat ke Dewa saat menyebut kata-kata terakhir dari kalimat itu. Dewa tersenyum dan memegang pundak Ghia, mengusapnya perlahan.

"Ya udah gue cabut dulu." ucap Savinka berpamitan.

Savinka mulai melangkah meninggalkan caffe MILLAN.

"Bro lo tahu gak-" ucap Dewa.

"Gak tahu. Lo aja gak ngasih tahu gimana kita tahu." potong Joy.

"Gue belum selesai ngomong kunyuk. Lo tahu gak kalau istri gue ini tengah hamil." sambung Dewa.

"Ghia, lo hamil?" tanya Max tak percaya.

Ghia menjawab dengan anggukan dan senyum bahagia.

"Hari ini gue traktir karena babang kita yang satu ini akan punya anak dari pernikahannya dengan Ghia. Kita pesta di club biasa, club paman Dalton." ucap Alex semangat.

"Thanks bro, seharusnya gue yang traktir lo pada," ucap Dewa menepuk pundak Alex dan pandangan tertuju pada semua sahabatnya.

"It's ok, gue juga baru dapet kiriman uang dari bokap gue,. Gak apa-apa." jawab Alex.





###
Hai hai hai
Gue comeback
Banyakin vote coment
Jangan lupa rekomendasikan cerita ini pada temen kalian
Sorry typoo gaess

See you readers
Love you💋

DEWA & GHIA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang