Malam ini adalah malam terakhir buat Ghia berlabelkan gadis mungkin juga perawan. Esok adalah hari yang paling di tunggu oleh semuanya dimana hari itu adalah hari pernikahannya dengan Dewa. Semua saudara Ghia sudah mulai berdatangan, sementara Ghia sedari tadi hanya duduk berdiam diri di dalam kamar dan merasa gugup untuk hari esok.
Ceklek
Pintu kamar Ghia terbuka dan Vidia masuk dan menghampiri putrinya. Besok adalah hari di mana putrinya itu akan menyandang status sebagai istri. "Ghia,"
Ghia menoleh ke arah Vidia. "Ma," Ghia langsung memeluk erat tubuh Vidia dan Vidia tentu saja membalas pelukan putrinya. Seketika tangis Ghia pecah bersamaan dengan pelukan itu.
"Ma, Ghia belum sipa deh."
"Alala anak mama, gak usah manja. Udah strong dong. Kan anank mama hebat." ucap Vidia memberi semangat dengan tangannya mengusap pelan kepala Ghia. Vidia tak sadar sejak kapan benda bening itu mulai membasahi pipinya. Besok Vidia harus merelakan, melepaskan Ghia sang putri tercinta.
Vidia melepas pelukannya. "Udah jangan nangis lagi, tidur gih persiapan buat besok." ucap Vidia sambil mengusap air mata Ghia yang ada di pipi.
"Good night sayang," ucap Vidia sambil mengecup manja kening putrinya.
Vidia menutup pelan pintu kamar Ghia. Ghia kembali merengkuh dan menangis. Dia menatap dinding kamarnya dan berusaha memutar kembali memory, kenangannya yang telah dia rangkai selama ini di hidupnya. Setelah merasa lega, Ghia menarik selimut dan mulai terpejam.
• • •
Ghia menatap pantulan dirinya di cermin. Lengkap dengan gaun yang telah dia pilih waktu itu di butik tante Marya. Dia merasa gugup setengah mati karena sebentar lagi dia akan menjadi istri dari Dewangga Wirawan.
Entah hal apa yang terjadi selanjutnya pada dirinya setelah menjadi istri cowok bad boy, play boy and Mr. Mesum itu. Dia kembali mengusap air matanya dengan tisu.
Ghia menuruni tangga dengan anggun bak seorang putri kerajaan. Dia menatap sekeliling. Melihat tamu undangan. Memang tidakbegitu banyak, hanya kerabat dari Dewa, kerabatnya dan teman-temannya. Memang acara ini sengaja di buat tertutupkarena mengingat umur pengantin yang masih begitu muda. Fei duduk di samping Dewa sang mempelai pria. Suasana dalam ruangan tampak begitu tegang.
"Saya terima nikahnya Ghia Mawarose binti Andi Hermawan dengan seperangkat alat sholat dan uang senilai 1m dibayar tunai." ucap Dewa mantap dan percaya diri.
"Gimana para saksi? Sah?" tanya pak penghulu pada semua tamu undangan yang ada di dalam ruangan.
"Sahh." sorak semua tamu undangan.
"Alhamdulilah," ucap pak penghulu dan berdoa.
Dinda datang dengan kotak cincin di tangannya. Dewa mulai membuka kotak itu, mengambil dan memasangkannya pada jari tengah Ghia. Begitupun dengan Ghia. Ghia mencium tangan Dewa dan Dewa mencium pelan kening istrinya itu. Setelah itu mereka menyalami tamu undangan yang hadir pada acara ini.
Selesai, Ghia menuju kamar dan berganti pakaian. Setelah semua dirasa beres, Ghia membaringkan badannya di atas ranjang dengan dekorasi dan aksesoris yang indah. Dewa datang membuka pintu kamar dan dia menghampori sang istri. Dewa mendekatkan kepalanya berniat untuk mencium bibir Ghia. Ghia merubah posisi yang semula terlentang menjadi menghadap kanan. Dewa pun mengirungkan niatnya. Mereka tertidur lelap karena kecapekan.
Pukul 16.30.
Ghia bangun dari tidur lelapnya. Dia membalikkan posisi badannya dan mendapati Dewa yang masih tertidur. Ghia memandang lekat wajah itu dari ujung rambut hingga kini pandangannya terfokus pada bibir manisnya. Bibir itu sangat menggodanya. Dewa terbangun dan memandang Ghia. Langsung Ghia gelagapan dan membalikkan badannya. Dewa mengangkat satu alisnya dan menyerngit.
KAMU SEDANG MEMBACA
DEWA & GHIA [END]
Teen Fiction[ TERSEDIA VERS. E BOOK ] Ghia berada di kehidupannya yang tidak beruntung. Hidup Ghia berubah setelah dijodohin sama Dewa, cowok bad boy, play boy dan memiliki nilai plus yakni sebutan Mr. Mesum. "Kenapa sih gue mau dijodohin sama orang yang gak j...