🔴 DG | 12

19.3K 322 5
                                    

Ghia udah selesai dengan ritual mandinya. Dia menuju ranjang duduk di sebelah badan Dewa bermaksud membangunkannya.

"Dewa bangun lo, udah siang." Ghia membangunkan Dewa dari tidur nyenyaknya.

Bukannya bangun Dewa malah memindahkan kepalanya pada paha Ghia. "Tiga menit lagi."

"Gak, gak ada tiga menit tiga menitan. Bangun sekalian langsung mandi gih," seruh Ghia.

Ghia beranjak dari ranjang menuju dapur untuk memasak. Soalnya mereka telah membeli persediaan bahan masakan. Hari ini Ghia memilih untuk memasak nasi goreng spesial. Selesai mandi Dewa menyusul Ghia yang berada di dapur.

"Gak usah meluk meluk. Gua lagi masak."

"Siapa juga yang mau meluk lo, GR."

Selesai masak Ghia langsung menghidangkannya di atas meja. Mereka mulai makan, selesai makan kali ini Dewa membantu istrinya membereskan semuanya.

"Nanti kita lanjut beresin barang."

"Kita? Kemarin tu gue sendirian yang ngeberesin."

"Iya, iya. Gak usah ngambeg." ucap Dewa dan mencium bibir Ghia.

"Gak usah kiss kiss-an. Udah beresin aja." ucap Ghia mendorong tubuh Dewa.

Mereka pun memberesi semuanya. Selesai beberes mereka istirahat, menjatuhkan tubuh mereka di atas ranjang yang empuk.

Dewa memutar tubuh Ghia. Kini mereka saling berhadapan.

"Kita berangkat jam 11.30." ucap Dewa.

Ghia melirik jam. Menunjukkan pukul 11.00. Selesai bersiap mereka menuju bandara terdekat untuk pulang menuju Jakarta. Dalam penerbangan menuju Jakarta Ghia menyandarkan kepalanya pada bahu Dewa. Sesampainya di Jakarta mereka pulang ke rumah masing-masing.

• • •

Hari ini merupakan hari pengumuman kelulusannya. Shinta berdampingan dengan Ghia berjalan ke luar ruangan menemui orang tuanya masing-masing yang sudah menunggu dengan senyum manisnya.

"Aaa... anak mama, selamat," ucap Vidia sambil menghampiri Ghia. Ghia menyambutnya dengan rentangan tangan dan langsung memeluk erat tubuh mamanya.

"Buat Shinta juga selamat ya," ucap Andi. Shinta langsung bersalaman dengan Andi.

Di ujung sana seorang cowok bertubuh jangkung berdiri tegap dengan keluarganya. Sedari tadi tatapannya tertuju pada istrinya yang mengembangkan senyum manisnya. Orang tuanya memperhatikan arah pandangan anaknya itu. Hendra menepuk pelan pundak Dewa memberi isyarat untuk pergi menghampiri keluarga Ghia.

Tap...

Tap...

Tap...

"Selamat ya sayang," ucap Dinda sambil memeluk Ghia.

Ghia mengalihkan pandangannya pada keluarga yang berdiri di hadapannya. Hingga pandangannya tertuju pada seorang cowok yang menatapnya diam. Dengan cepat Ghia mengalihkan pandangannya tersebut.

"Bagaimana kalau kita foto?" saran Dinda.

Semua mengangguk setuju. Fotografer datang menghampiri ke dua keluarga itu dan memfotonya.

"Sekarang Dewa sama Ghia foto berdua." ucap Vidia.

"Tapi ma-"

Vidia menggelengkan kepalanya. Dia tahu apa yang dikatakan anaknya itu. Ghia menghela napas pasrah.

"Lebih dekat," arah fotografer tersebut.

Dewa mendekatkan tubuhnya pada Ghia. Meraih pinggang Ghia dan memeluknya possesif. Ghia yang mendapat perlakuan seperti itu memandang Dewa.

Cekrek!

"Ganti gaya dong," ucap Vidia histeris.

Mereka berdua gugup setengah mati. Kini mereka berganti menjadi gaya biasa seperti foto KTP dengan senyum terpaksa terukir di bibir masing-masing.

Setelah puas perfoto kedua keluarga itu memutuskan untuk pergi di salah satu cafe yang cukup terkenal. Letaknya tak jauh dari sana. Kabarnya sih cafe itu milik saudari keluarga Ghia.

Kini kedua keluarga tersebut telah duduk di tempat yang sudah di pesan sebelumnya. Ghia duduk berhadapan dengan Dewa. Suasana kembali canggung.

Setelah berbincang cukup lama. Kini saatnya mereka berpamitan pulang ke rumah masing-masing. Ghia berjalan menuju mobilnya, tetapi Dewa mencegah dan membawa Ghia ke mobil lamborghini vederaso yang di kendarai oleh Dewa.

"Lo mau ngapain?" tanya Ghia.

"Mau nyulik lo."

"Gue serius."

"Udah ikut aja."

Mereka menuju sebuah tempat dengan hamparan bunga yang panjang. Tujuan mereka ke situ adalah untuk melihat sunset.

Terlihat Dewa mencium kening istrinya dan memutuskan untuk pulang. Tetapi sebelum itu mereka menuju restoran untuk makan malam. Selesai makan, mereka menuju rumah yang mereka beli beberapa hari yang lalu.

Sesampainya di depan rumah mereka masuk menuju kamar. Di dalam kamar Dewa memegang dan menarik pergelangan tangan Ghia dan membuat tubuh Ghia tertarik. Kini mereka berjarak cukup dekat. Napas mereka terdengar satu sama lain.

Dewa mencium bibir Ghia, Ghia yang terbawa suasana membalas ciuman Dewa. Dewa memperdalam ciumannya. Dirasa cukup, Dewa melepas ciumannya dan sebelum Ghia meninggalkan mobil Dewa mengecup lembut puncak kepala Ghia.

"Thanks for you time, baby." ucap Dewa sebelum mereka larut dalam tidurnya masing-masing.





###

Hai hai hai para readers...
Gimana?
Sorry typo dimana-mana
Vote comment
Bingung? Sama gw juga😹

😘See you next chapter🍭

DEWA & GHIA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang