17. Anak Ingusan

1.4K 67 0
                                    

Toilet itu malah menjadi tempat singgah nyaman bagi Arion yang masih syok ketika harga dirinya terluka hanya karena sebuah celana boxer warna kuning yang dilihat oleh asisten pribadinya. Dirinya masih merasa malu akan kejadian itu, apalagi di depan seorang gadis. Wajah memerahnya belum juga padam. Ia bahkan merutuki dirinya terus menerus dalam hati.

"Duh, reputasi gue bisa ancur, harus apa gue di depan dia?" batin Arion cemas, ia masih terduduk di kloset kamar mandi kantornya.

"Heh Arion, eh maksud gue Bos, ini udah dua puluh menit. Kenapa gak mau keluar? Pak Herman nanyain nih," teriak Nara dari luar toilet. Ia tepat berdiri di depan pintu toilet yang di dalamnya tengah ada seorang pria yang sedang mendengar suaranya dari luar.

"Ah elah, kursi rongsokan masih aja dipake. Gue minta kursi baru, kalau bisa di impor dari Amerika. Gimana bisa properti kantor ada pakunya?" batinnya. Ia terus memeriksa kondisi celananya yang telah sobek.

"Si Rion kenapa gak mau keluar ya? Apa dia masih malu? Gue kasih celana baru deh."

"Rion buka, gue bawain celana buat lo!" Teriakan Nara dari luar membuat Arion celangak-celinguk mendengarkannya. Ia memegang handle pintu toilet perlahan.
Membuka sedikit celah untuk bisa mengeluarkan setengah badannya.

"Dapet dari mana tuh celana?"

"Ini .... ini celana latihan gue. Pake aja dulu, dari pada lo pake itu." Nara membujuknya dengan terus menyodorkan celananya tanpa menatap Arion saat itu. Ia pun masih canggung karena sobekan celananya Arion mampu menodai matanya.

"Heh, itu kan celana cewek, pokoknya cariin gue celana yang layak sekarang!"

"Heh, ini udah jam berapa? Client lo banyak yang nanyain lo. Terpaksa gue bilang pak Herman kalau lo sakit perut. Kalau mau pake, ambil. Kalau gak mau ya udah."

Dengan seketika tangan kekar Arion meraih celana di tangan Nara. Arion keluar dengan gagah, tanpa memikirkan malunya lagi kala itu. Nara terkekeh ketika melihat Arion yang begitu aneh terlihat, dengan celana taekwondo miliknya yang berjenis katun kulot tersebut. Sungguh, tak pernah ia pungkiri, baru kali ini dirinya melihat seorang CEO berpenampilan begitu aneh hingga rasanya membuat dia ingin tertawa keras.

"Ngapain lo ketawa? Ikut gue sekarang." Arion menarik tangan Nara dengan paksa. Ya, selalu saja begitu. Nara bahkan sudah berpikir, Arion pasti akan menghukumnya karena celana itu.

Seluruh karyawan juga para staf terkekeh melihat Arion yang berjalan di koridor, tak terkecuali Pak Herman sendiri. Ia melotot kaget dan lantas mengikuti langkah Arion berjalan.

"Ada apa Arion? Kenapa pakaian kamu jadi kayak gini?"

Pak Herman berusaha menahan tawanya sambil terus mengikuti Arion berjalan menuntun Nara.

"Ah diem lo, sana-sana." Arion menyingkirkan tubuh seorang Pak Herman dengan sengaja.

Sampai di sebuah Mall, Arion mencari celana ditemani Nara. Gadis itu tak menduga jika Rion membawanya ke sebuah mall. Padahal, Nara sudah mengira ia akan dihukum.

"Tuh, ambil celana butut lo itu, nanti kaki gue gatel-gatel lagi." Ia melemparkan celana milik Nara setelah berganti celana yang baru saja diambil dari salah satu stand fashion brand yang cukup terkenal. Ia bahkan tak diusir walau mengambil celana itu secara paksa.

"Pak Herman yang bakal urus. Bilang aja Arion yang suruh," ucap Arion pada salah satu SPG stand fashion itu.

"Baik Pak."

"Luar biasa juga nih anak ingusan. SPG mall aja sampe patuh sama dia, waaaahhh Edzard Group emang luar biasa, tapi sayang punya CEO yang mirip simpanse begini," batin Nara.

MILLION DOLLAR MANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang