Matahari menyorot mansion yang di dominasi oleh warna putih dan beige di salah satu komplek mewah di kota Bandung. Kota Bandung yang terkenal asri dengan keramahan orang-orangnya, ternyata memiliki sisi lain kehidupan orang-orang kelas atas yang jarang terekspos. Salah satunya, orang yang terlihat masih tertidur di atas singgasana kamarnya. Badannya menampilkan otot-otot seksi disekujur tubuhnya ketika ia tidur tanpa mengenakan baju. Dan celana boxer itulah yang selalu menemaninya ketika malam. Di sisi lain, berkas skripsi masih tergeletak dengan aman tanpa ada bekas tangan yang mengerjakannya.
"Arion, bangun. Selesain skripsi kamu, biar kamu cepet-cepet wisuda terus kelola hotel dengan baik. Kamu tau gak, kamu itu CEO termuda di Indonesia. Jangan sampe kamu malu-maluin keluarga Edzard." Ocehan Bu Gina membuat dirinya terusik. Bu Gina bahkan selalu memiliki kunci cadangan kamarnya walaupun Arion sudah menggantinya beberapa kali. Mamanya selalu punya cara untuk mengatur hidupnya.
"Apaan sih Ma ... Rion masih ngantuk. Rion selesain kok skripsinya nanti," jawabnya dengan lemah seraya matanya terpejam kuat.
"Nanti ... nanti ... kapan? Nara udah nungguin kamu di luar. Kasian dia."
Matanya melotot sempurna dengan tiba-tiba membuat Bu Gina sendiri kaget karenanya. Mulut Bu Gina pun masih menganga kaget karena Arion terlihat seperti mumi yang telah bangun setelah berabad-abad.
Arion menoleh pada sang Mama dengan datar. Dirinya bergegas menuju kamar mandi membuat Bu Gina bingung sendiri.
"Kenapa dia? Nyebut si Nara aja langsung bangun. Udah kayak mumi aja. Dasar."
Paras menawan seorang lelaki terlihat memancar ketika ia melangkah menuju seorang asisten yang menunggunya seperti biasa. Nara bahkan harus terus ke mansion Arion walau kejadian malam itu masih membuatnya jengkel dengan pria yang memiliki visual tampan tersebut.
Nara mengendus beberapa parfum yang tercium oleh hidungnya.
"Bau apaan nih? Gini banget baunya."
Arion melirik Nara sejenak. Ia tahu malam itu Nara memang menangis. Sikapnya terlihat begitu canggung depan Nara. Tentu saja, penampakan yang tak biasa yang Nara lihat. Arion serasa menyimpan banyak kata tapi ia tak lontarkan padanya. Biasanya, list daftar untuknya bertugas akan disebutkan satu persatu oleh Arion, sampai rasanya seperti sebuah radio yang tengah diputar tak henti.
Arion menggaruk tengkuknya sejenak walau ia tak merasa gatal pada bagian tersebut. "Itu ..." Arion mengeluar kata yang terpotong membuat Nara aneh melihat sikapnya.
"Lo kenapa nangis lagi malem?" Ya, akhirnya Arion mampu menanyakannya pada Nara. Ia bahkan berusaha mengumpulkan niatnya hanya untuk bertanya seperti itu pada Nara.
Mata Nara melebar sempurna. Nara tentunya kaget jika Arion bahkan peduli dengan kejadian malam itu. Nara pikir, ia akan amnesia seketika dan tak akan memperdulikan apapun kecuali hidupnya sendiri.
"Gue nangis? Nggak. Gue cuma ngantuk."
"Udah jelas lo nangis lagi malem! Pake nyangkal segala," ucap Arion menimpali langsung ucapan Nara tanpa ada jeda. Ia menyeringaikan mulutnya dan matanya menghindar malas pada Nara.
"Gue bilang gue cuma ngantuk. Kenapa lo nanyain itu? Lo kan orangnya gak pernah peduli soal ..."
"Sorry!"
Petir terdengar keras di kepala Nara. Jantungnya serasa terkena serangan jantung yang mendadak dan mampu mematikannya saat itu juga. Matanya melotot sampai ingin keluar, dan telinganya langsung berdengung ketika Arion Edzard mengucap kata 'maaf' yang ia lontarkan dengan bahasa inggris di depannya. Hari itu, mungkin keajaiban telah datang dan cahaya kebaikan telah merasuki seorang Arion.
KAMU SEDANG MEMBACA
MILLION DOLLAR MAN
General FictionKisah seorang cowok Crazy Rich populer yang tidak pernah paham arti dari sebuah perasaan dan kehidupan. Hidupnya berubah ketika dirinya melempar lembaran dolar pada seorang wanita. Dan berujung untuk bertemu setiap hari karena kejadian pengeroyokan...