Kota kembali pagi. Udara begitu sejuk tak sesejuk hari Nara saat itu. Nara sudah berada di depan rumah Arion. Berpakaian sebagaimana dia berpakaian sehari-hari. Keluarlah laki-laki berwajah visual itu. Terlihat seperti rantai motor tengah menghiasi celananya. Bukan, itu bukan rantai motor. Hanya saja, Arion selalu menjaga fashionnya dengan baik. Ia selalu tampil fashionable. Apapun outfit yang dipakai, pasti selalu cocok dengan tubuh kekarnya.
"Lo yang nyetir!" Arion melemparkan kunci mobil pada Nara. Ia bahkan tak tahu jika Nara saat itu bisa menyetir atau tidak.
"Untung gue pernah ikut Ayah jadi supir dan belajar gratis pake mobil majikan. Kalau nggak, si simpanse pasti udah pecat gue saat ini juga." Nara bahkan selalu membatin untuk memaki Arion. Ia tak ingin terkena masalah di awal pekerjaannya.
Nara menghentikan laju mobil Arion ketika mereka sampai di halaman kampus. Yang aneh sedari tadi ialah, Arion terus tersenyum dengan begitu bahagia terlihat, membuat bibir Nara menyeringai aneh meliriknya. Setelah Nara memarkirkan mobilnya, ia lantas mendapat lemparan tas dari Arion yang sedari tadi melirik senyum sinis terhadap dirinya.
"Kok gue yang bawa?"
"Lo kan asisten gue, apa tugas asisten kalau gak begini?"
"Gue lebih baik pengangguran dari pada ngadepin orang yang songongnya minta ampun kayak dia."
Semua mata tertuju pada Nara. Mereka tak habis pikir, bahwa Arion membawa seorang gadis yang terlihat mengikuti langkahnya tanpa khawatir. Ya, berita menyebar begitu cepat. Nara akhirnya terkenal karena menjadi asisten Arion.
"Beruntung banget sih dia, jadi asisten si Arion."
Desas-desus gosip Nara menyebar di kampus. Memang aneh melihat gadis biasa yang melangkah di samping Arion. Menurut mereka, tak masuk akal jika Arion yang mau. Jika memang untuk menjadi babunya, orang-orang baru akan percaya.
"Heh, lo bego atau apa sih. Cewek kayak kita aja gak dilirik sama Arion, apalagi cewek itu yang modelnya kayak babu."
Selang-seling gosip bertebaran di kampus Gemilang.
"Oh My Gosh, Nara jadi asisten Arion?" Bella terkejut setelah mendengar info daily kampus Gemilang hari itu. Ia segera bergegas lari mencari Nara di sekitar kampus.
"Nara?" panggil Bella dengan raut wajah setengah pucat.
Mereka mulai berbincang empat mata di kantin kampus. Walaupun Nara agak sedikit malu ketika ia diperhatikan beberapa orang di kantin.
"Kenapa bisa begini Nar?"
Nara berusaha menjelaskan semuanya secara detail pada Bella kala itu. Walau dengan keterpaksaan yang mengharuskan Nara untuk melakukannya. Kondisi keluarga yang selalu diambang tidak mampu, membuatnya harus menghilangkan sedikit rasa malunya sebagai seorang wanita yang dikenal memiliki gengsi yang tinggi.
"Mau gimana lagi Bell, demi Kaffa. Cuma dia saudara yang gue punya kan."
"Gue takut lo kenapa-kenapa Nar."
"Tenang, lo tau kan gue udah dapet sabuk hitam Taekwondo. Dia macem-macem gue poomsae langsung."
"Poomsae apaan ya?"
"Ya .... pokoknya gitu deh."
Di sela-sela berbicara, Bella mulai mendekati Nara hingga badan mereka saling bersentuhan.
"Lo yakin gak bakalan naksir si Arion? Gue liat dari jauh aja dia keliatan ganteng banget, apalagi dari deket coy," bisik Bella membuat Nara tidak nyaman.
"Ih apaan sih lo, gue naksir cowok macem dia? Buat apa? Gue kan punya kak Obi, dia belahan jiwa gue," jawabnya seraya tersenyum manis membayangkan sosok Obi pujaannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MILLION DOLLAR MAN
Fiction généraleKisah seorang cowok Crazy Rich populer yang tidak pernah paham arti dari sebuah perasaan dan kehidupan. Hidupnya berubah ketika dirinya melempar lembaran dolar pada seorang wanita. Dan berujung untuk bertemu setiap hari karena kejadian pengeroyokan...