11. 200 USD

1.7K 99 1
                                    

Sore menjelang, Arion turun dari mobil mewahnya. Langkahnya terhenti saat terdengar suara yang telah mengusik pendengarannya. Ya, siapa lagi kalau bukan suara Arga. Suaranya saja menurut Arion sudah membuatnya risih, apalagi jika melihat wajahnya dari ujung kaki hingga kepala.

"Bahkan lo gak pernah nyapa abang lo sendiri." Sindiran kuat muncul dari mulut seorang Arga yang tengah memainkan ponselnya di ruang keluarga.

"Sejak kapan lo peduli soal gue?" tukas Rion yang hendak melangkah pergi. Namun terhenti karena mendengar Arga bergumam. Tapi seperti biasa, Arga selalu mengganggunya setiap hari dengan asumsi-asumsinya yang tak bernilai bagi Arion.

"Edzard Hotel butuh orang yang cekatan untuk mengelolanya."

Ucapan Arga menghentikan langkah Arion menuju kamarnya. Ia berbalik badan dengan tatapan sinis menatap Arga yang tengah duduk begitu santai. Pria itu bahkan selalu membuatnya jengkel setiap kali melihatnya.

"Apa maksud lo?" Arion mulai menunjukkan tingkat emosionalnya. Ia mulai merasakan keanehan dari ucapan Arga.

Arga berdiri, dengan tangan lantas ia masukkan ke saku celananya. Sekarang Arga tengah berdiri menghadap Arion. Jarak mereka memang terlihat berjauhan, namun tatapan mereka serasa begitu dekat dan menusuk.

"Gue yakin laba Edzard Hotel pasti gak stabil sekarang dan itu berkat CEO baru yang baru aja diangkat pangkat." Arga membuat Rion menaikkan kedua alisnya.

"Apa maksud lo? Oh gue tau, lo iri sama gue karena ini? Hhh. Gue baru tau sekarang, bahkan keluarga sendiri pun gak dapat dipercaya. Apa perusahaan gak cukup buat lo? Apa lo takut warisan lo dicuri? Hhhh." Rion membuat Arga menatapnya tajam. Padahal niat Arga hanya untuk mengejek, dan ia jatuh menjadi emosi karena ucapan Arion barusan.

"Sekarang bahkan gak pantes buat ngomongin masalah warisan, lo liat Papa masih hidup. Kurang ajar juga ngomongin warisan di saat Papa udah baik ngasih kesempatan buat lo bisa hidup enak."

"Lo camkan baik-baik. Jangan pura-pura jadi kakak yang baik di depan gue, karena gue gak butuh itu. Dan lo, gue bakalan buktiin kalau gue gak sebodoh apa yang lo kira. Gue jamin harta lo gak bakal gue sentuh setitik jari pun!" Arion lantas melangkah pergi meninggalkan Arga yang sedari tadi menaikkan alisnya karena emosi.

"Liat aja, lo kira jadi anak Papa gue bisa nguasain semua hartanya? Lo benar, keluarga sendiri pun gak bisa lo percaya."

Memang, walaupun terlihat baik, hubungan Arion juga Arga sedikit memanas setelah diangkatnya Arion menjadi CEO muda di Hotel. Perdebatan demi perdebatan pun sudah sering mereka lakukan. Berawal dari saling mengejek karena perasaan tak suka, hingga saling tak memperdulikan status mereka yang memang benar-benar menjadi saudara saat ini. Mereka serasa tinggal di rumah terpisah, bahkan ketika mereka saling bertemu di dalam rumah.

••

"Good Morninggggggggggggg." Lengkingan suara Bu Gina telah memecah gendang telinga beberapa orang penghuni rumah. Seluruh pelayan rumah tangganya tengah berjejer dengan memakai pakaian yang begitu rapih terlihat.

Turun dari kamar atas sisi kanan, seorang Arion yang tengah mengenakan arloji di tangannya. Diikuti Arga dari sisi kiri yang tengah mengenakan dasi berwarna cokelat ke kerah bajunya.

"Semuanya, hari ini rumah kita kedatangan tamu spesial." Ucapan Bu Gina membuat kedua putranya begitu heran.

"Tamu spesial?" tanya mereka bersamaan.

"Jangan bilang teman Mama yang dari Australia itu, Rion risih karena suaranya udah kayak speaker rusak."

"Siapa Ma?" Arga penasaran.

MILLION DOLLAR MANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang