23. Curi Pandang

1.3K 67 2
                                    

Pelaku penembakan belum kunjung ditemukan. Padahal, bukti sketsa sudah dikantongi polisi. Beberapa hari hotel Edzard terus mendapat pengamanan yang cukup ketat. Entah apa alasan orang tersebut mulai meneror keluarga Arion. Hal itu membuat seluruh orang di keluarganya ketar-ketir khawatir.

Peristiwa-peristiwa bersama Nara telah melupakannya pada kejadian penembakan dirinya waktu itu. Tangannya bahkan masih merasa nyeri jika ia mengangkat beban terlalu berat. Bahkan ia menghentikan kegiatan gym-nya untuk sementara waktu menunggu pemulihan tangannya. Kasusnya belum kunjung selesai karena mereka masih belum membawa pelaku itu ke depan Arion secara langsung.

"Wuy, gimana lengan lo?" tanya Aldo yang sedang berjalan santai berdampingan dengan Arion di halaman kampus Gemilang.

"Gue baik-baik aja. Gak ada yang bisa lenyapin gue selagi gue gak tau siapapun. Termasuk bajingan yang udah sia-sia beli senapan dan akhirnya tau kalau gue masih hidup."

"Terus, emm ... asisten lo mana?" Mata Aldo memencar mencari Nara. Topik Aldo telah berubah membuat Arion memicing heran menatapnya.

"Ngapain lo nanyain dia? Jangan nyuruh gue ngerjain dia lagi dengan ide brengsek lo itu."

"Maksud lo ... lo udah ngerjain dia bro? Eh gimana? Jangan-jangan lo habisin satu malem lagi buat dia."

"Saring mulut lo kalau ngomong. Gue cuma bales dendam tapi dia malah nangis. Kan gak asik. Dasar bocah!"

Aldo terkekeh karena cerita Arion.

"Serius? Lo gak suka tipe cewek kayak dia?"

"Suka? Ngapain lo nanya hal gak penting? Kenapa juga gue harus suka?"

"Mata lo kicer atau gimana sih? Punya asisten cakep, tangguh, imut lagi, dibiarin aja."

"Terus? Lo kira gue mau apain? Awetin terus dipajang di kamar gue gitu?"

"Ya masa lo gak suka apa liatnya? Gue aja walaupun dia tampangnya lugu, polos. Gue suka liat wajahnya. Bikin adem." Ucapan Aldo membuat Rion mengerutkan dahinya jengkel.

"Apa lo bilang?"

"Gue bilang, gue suka liat dia."

Arion malah melangkah meninggalkan Aldo tiba-tiba. Ia bahkan kesal karena Aldo membicarakan tentang Nara terus menerus.

"Bro, kan gue udah bilang. Udah saatnya lo jatuh cinta lagi. Jatuh cinta itu menyenangkan," ucap Aldo di sela mereka berjalan.

"Gue kan udah bilang, cinta itu kayak kulit kacang, gak guna. Cinta itu didasarkan cuma karena duit. Cinta sejati cuma itu mitos!"

"Ehey, jatuh cinta aja tau rasa lo nanti, kena karma omongan sendiri. Lagi pula, kulit kacang masih berguna kalau didaur ulang."

Di dalam kelas, Arion terlihat risih karena matanya terus menatap arlojinya.

"Ke mana sih tuh anak, masa gue ngelakuin hal ini sendiri? Males gue bawa tas." Alisnya sudah terangkat jengkel.

Nara datang dengan napas terengah-engah di depan kampus. Arion mulai keluar melihat gadis itu dengan rasa kesal yang mendalam. Pria berparas tampan itu bahkan sudah lama menunggunya.

"Dari mana aja lo?"

"Sorry, gue abis nganterin adik gue sekolah. Maaf gue telat hari ini, wali murid taekwondo gue ngajak bicara tadi." Nara belum bisa benapas tenang.

"Bawa tas gue, lo yang nyetir." Arion melemparkan tas juga kunci mobil ke Nara di detik itu juga. Ia masuk dengan tenang tanpa tahu Nara hampir saja mati karena kehabisan napas untuk berlari menghampirinya.

MILLION DOLLAR MANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang