Mobil melaju cepat alih-alih kondisi layaknya sedang darurat. Arion dan Nara sudah terduduk di kursi belakang berdua. Wajah tak tega Nara fokuskan pada Arion yang terus menundukkan sedikit kepalanya, memejamkan kedua matanya, juga melipat kedua tangannya ke dada. Ia terlihat seperti menahan sesuatu yang membuatnya tak nyaman. Nara berusaha menyentuh lengan Arion, namun laki-laki yang tengah merasakan sakit itu menggubris perlahan tangan Nara.
"Gue gak apa-apa," jawab Arion sedikit menekan nada kesal.
"Tapi kenapa tadi lo muntah?"
"Non Nara, apa yang Den Arion minum tadi?" tanya Mang Ridwan yang sibuk menyetir di depan mereka. Layaknya tahu apa yang tengah Arion rasakan, Mang Ridwan sudah menyangka pasti terjadi sesuatu pada mereka.
"Minum apa? Arion cuma minum susu stroberi milik saya. Soalnya dia bilang, gak bawa air mineral."
"Maaf sebelumnya, Den Arion punya alergi sama susu sapi Non." Ucapan Mang Ridwan membuat mereka berdua melotot. Mata Arion melebar menatap Mang Ridwan yang masih menyetir dengan mata fokus ke depan.
"Diem lo!" ketus Arion.
Layaknya sudah ketahuan, Arion menundukkan lagi kepalanya dengan kesal karena ucapan Mang Ridwan. Mang Ridwan tahu, Arion sangat benci dibilang lemah oleh siapapun. Tapi dalam kondisi darurat seperti itu, Mang Ridwan terpaksa membongkarnya depan Nara. Gadis itu masih bergeming dengan mulut terbuka setelah Mang Ridwan mengatakan semuanya.
"Maaf Den, saya takut Den kenapa-kenapa. Saya lupa berpesan sama Non Nara."
Arion hanya bergeming merasakan mualnya. Sial, sekarang gadis itu tau kelemahannya. Dirinya terlihat lemah setelah beberapa kali memuntahkan isi perutnya. Wajahnya masih memerah terlihat.
"Mang Ridwan, apa kita gak bawa Rion ke rumah sakit aja?"
"Gak, gue gak mau," jawab Arion seraya matanya terus terpejam.
"Nanti lo makin parah."
"Tolong ambilin bantal gue."
"Ah sebaiknya lo tidur di sini, gue gak apa-apa kok. Cepet baringin kepala lo." Nara memaksa Arion untuk tidur di pangkuannya beralaskan sebuah bantal.
Dengan lemah Arion mulai tertidur di pangkuan Nara walaupun itu sebuah keterpaksaan yang memalukan dalam dirinya.
"Nih cewek perhatian banget, biasanya dia ogah banget gue tempelin," batin Arion seraya mata sebelahnya melirik Nara.
Nara masih terlihat cemas, dirinya menunduk melihat kondisi Arion kala itu. Dengan sergap Arion memejamkan kembali matanya.Tangan lembut Nara terus menyelimuti tubuhnya saat itu. Diam-diam Arion tersenyum karena terlalu nyaman di pangkuan Nara. Mang Ridwan hanya bisa ikut tersenyum melihat peristiwa itu.
"Non Nara baik banget sama Den Rion. Mereka keliatan cocok," batin Mang Ridwan.
Sampai di rumah, wajah cemas dari Bu Gina mulai terlihat saat melihat wajah puteranya memerah seperti stroberi.
"Arion, kamu gak apa-apa?"
"Susu," bisik Mang Ridwan.
"Auhhh, ayo masuk. Biar Mama bikinin teh hangat dulu."
Nara marangkul Arion memasuki istana Edzard. Mereka terduduk di sofa.
"Ini semua gara-gara lo!" ketus Arion.
"Kok salah gue? Gue kan gak tau kalau lo punya alergi susu sapi, lagian lo kayak bayi aja."
"Apa? Apa lo bilang?"
"Nih kamu minum." Bu Gina menyodorkan secangkir teh hangat beserta racikan herbal untuk Arion.
"Arion mandi dulu Ma," jawabnya lantas bergegas menuju kamar mandi.
"Nara, emangnya Arion minum susu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
MILLION DOLLAR MAN
General FictionKisah seorang cowok Crazy Rich populer yang tidak pernah paham arti dari sebuah perasaan dan kehidupan. Hidupnya berubah ketika dirinya melempar lembaran dolar pada seorang wanita. Dan berujung untuk bertemu setiap hari karena kejadian pengeroyokan...