"Kamu tidur di sini?" tanya Bu Gina yang matanya memencar ke setiap sudut ruang di dalam tempat latihan Taekwondo milik Nara. Bahkan ia begitu iba mendengar bahwa putera satu-satunya itu berusaha untuk menahan segala masalahnya sendiri, di tempat yang kurang nyaman, makan seadanya dan tidur beralaskan kasur yang begitu tipis.
"Dia gak mau tinggal di rumah saya tante," tukas Aldo.
Mata Bu Gina mulai berkaca-kaca. Rasa penyesalan dan sakit hati mulai menjamahinya bersamaan.
"Maafin Mama Arion."
"Nggak. Nggak harus ada yang minta maaf Ma. Arion ikhlas hidup seperti apapun, asal Mama bahagia. Prioritas Arion adalah kebahagiaan Mama. Ma ... Arion mohon jangan pisah sama Papa. Arion tau kalian saling mencintai, saling mendukung hal baik, Arion gak mau Mama pisah sama Pak Edwin."
Nara dan Aldo hanya terdiam perihatin mendengar percakapan mereka. Nara tak betah melihat banyak luka di tubuh Arion. Ia trauma akan kejadian penembakan waktu itu.
"Arion, biar gue obatin luka lo." Nara lantas duduk di samping Arion. Ia lupa bahwa di tempat juga ada sang Nyonya besar Edzard.
"Emm maaf tante, saya lancang."
"Gak apa-apa kok nak. Kamu sudah terbiasa melayani keperluan Arion. Kamu udah nolongin anak saya, terima kasih banyak." Bu Gina mengelus lembut wajah Nara.
"Mama, sebaiknya Mama ke rumah sakit sekarang. Bagaimana pun, Arga juga sekarang anak Mama. Bukan cuma Arion yang butuh seorang ibu di saat dia lagi sakit seperti ini. Arion tau, dia udah kejam sama Arion, tapi gimana pun dia saudara Arion akhirnya."
"Kenapa kamu sebijaksana ini sayang? Mama minta maaf sekali lagi karena gak pernah ngerti perasaan kamu." Ucapan Bu Gina seraya mengelus rambut Arion.
"Ayo tante, saya antar. Aldo antar ke rumah sakit, biar Nara yang menemani Arion di sini."
Setelah beberapa menit Aldo juga Bu Gina pergi, Nara lantas membuka kotak obatnya mengambil sebuah salep, antiseptik, juga beberapa kain kasa.
"Kenapa lo harus berkelahi begini sih, pasti sakit." Nara berucap di sela tangannya membersihkan sisa darah di wajah Arion.
Arion sedikit meringis kesakitan karena hal itu. Matanya mulai menatap bagian wajah Nara. Mata berkacanya terlihat begitu menyorot terang wajah Nara.
"Setiap kali gue deket cewek, rasanya gak senyaman gue deket sama Nara. Dia rela terluka karena gue. Dia gak pernah meminta apapun dari gue. Disaat gue miskin kayak gini, dia malah obatin luka gue. Makasih Nara," batin Arion memecah fokus Nara.
Nara membalas tatapan Arion.Sungguh dalam tatapan itu serasa masuk dalam batinnya.
Deg deg deg
"Akhir-akhir ini, gue selalu aja aneh liat nih anak. Serasa kena serangan jantung tiba-tiba, seluruh tubuh gue jadi panas," batin Nara.
"Li .... liat apa lo?"
"Gue lagi diem, gak liat apa-apa. Jangan sentuh, itu sakit." Arion senyum membuat Nara semakin salah tingkah.
"Obatin sendiri, gue mau ambil air hangat." Nara melemparkan kain berisikan air hangat pada Arion. Ia pergi dengan salah tingkah.
Senyuman bahagia terlihat dari wajah Arion. Memang rasanya sakit, tapi tak terasa karena terbebani hatinya yang tengah bahagia di sela masalah rumit yang menimpanya.
"Makasih," gumam Arion menatap punggung gadis imut itu berjalan.
••
Di rumah sakit, terlihat Pak Edwin yang sedang tertunduk sendu di sebuah sofa di dalam ruangan tempat Arga terbaring lemah. Bu Gina lalu datang mengejutkannya.
"Mama, Mama dari mana Ma?"
Tanpa berkata, Bu Gina lantas menuju pada ranjang Arga. Arga terlihat sadar, namun dia terdiam seribu kata. Penyesalan memang terlihat di wajah sendunya. Namun disamping itu, ia merasa kesal karena tidak bisa mengungkapkan perasaan sedihnya sendiri. Semua jadi serba salah baginya. Semua rasa sakit tertahan di lubuknya.
"Arga ... kamu gak apa-apa?"
Arga masih terdiam.
"Arion yang nyuruh Mama ke sini." Ucapan Bu Gina membuat Arga menoleh cepat padanya.
"Arion bilang, Arga pun sekarang anak Mama. Dia butuh seorang ibu sekarang. Iya, kamu anak Mama, asal kamu tau Arga ... untuk pertama kali saat Mama menginjakkan kaki di rumah Edzard, melihat kamu berdiri tegap di samping Papa kamu, Mama sudah merasakan bahwa kamu anak yang begitu baik. Perasaan sayang juga khawatir muncul dari batin Mama. Jangan merasa kamu tidak pernah dapat kepedulian dari kami nak, Arion pun begitu ... Mama tidak mau kecemburuanmu berimbas pada orang lain, mereka gak salah. Kalau emang yang kamu benci Mama, bencilah Mama, jangan Arion. Mama sayang kamu, dan Mama juga percaya kalau kamu juga sayang sama Mama."
Pak Edwin mulai berkaca mendengar kata demi kata yang keluar dari mulut istrinya itu.
"Kasih sayang gak mudah didapat dari orang asing. Saya udah jahat sama anak kamu, saya menghancurkan hidupnya dan kamu bilang kalau kamu sayang sama saya? Kamu pikir, saya cuma anak berusia 5 tahun yang bisa diiming-imingi satu cup es krim dan lantas menerima itu? Kenapa kalian gak pernah menganggap Arga kejam sama kalian?"
"Arion pun sama, berkata apa yang kamu kata. Kalian hanya egois, Papa tau kalian dewasa, tapi apa ini pemikiran dewasa kamu Arga?" tukas Pak Edwin.
"Mama mengerti. Arion pernah bilang seperti ini, 'Ma, buat diri Mama bahagia sama Papa, walaupun Arion gak senang punya seorang saudara, tapi Arion berusaha buat menghormati juga menghargai dia dengan cara Arion demi Mama'. Dia itu anak yang begitu polos. Dia belum mengerti apapun arti kedewasaan. Maka dari itu, Mama berharap kamu bisa menjadi contoh baik buat dia," ucap Bu Gina dengan tangis yang di selingi senyum lamunannya.
"Maafin Mama, jika selama ini Mama gak pernah ngerti perasaan kamu Arga. Tapi satu hal yang harus kamu tau, Mama sayang kalian melebihi diri Mama sendiri." Bu Gina hendak pergi namun tangan Arga menahannya.
"Maafin Arga Ma." Arga menarik Bu Gina ke dalam dekapannya.
"Arga udah salah besar sama kalian, Arga mohon ampun." Ia menangis tersedu dipelukan Mama tirinya itu.
"Mudah banget kamu minta maaf setelah masalah besar yang kamu buat?" ketus Pak Edwin.
"Arga mohon maafin Arga Pa." Arga turun dari ranjangnya dan bertekuk lutut di depan Pak Edwin.
"Arga, kamu masih lemah nak." Bu Gina berusaha merangkulnya untuk berdiri.
"Pa, Mama mohon maafkan Arga. Dia anak kamu satu-satunya, kami ini keluarga. Mama percaya Arga pasti memperbaiki semuanya, dia bakal bertanggung jawab."
"Ma ... masalahnya udah sejauh ini. Bagaimana Papa bisa ... chahh. Sekarang Papa bingung harus ngelakuin apa. Minta maaf sama Arion dan perbaiki semuanya. Papa didik kamu untuk bisa bertanggung jawab atas apa yang kamu buat." Pak Edwin lantas memeluk Arga dengan erat.
Pak Herman datang menjemput Arion untuk kembali ke istana Edzard. Arion sempat menolak, karena merasa dirinya tak pantas.
"Arion, saya mohon. Demi Edzard juga demi keluargamu."
"Nar ...." Lirihan Arion membuat Nara membulatkan matanya.
"Pergi, Mama lo lagi nunggu. Jangan segan meminta maaf walaupun lo gak ngelakuin kesalahan, karena maaf bisa menyelesaikan semuanya dengan tenang."
"Gue cabut, jangan lupa kabarin gue," jawab Arion dengan senyuman hangat.
Gimana sama cerita si Rion? Kira kira Arion sama Arga bisa akur lagi gak yah?
Ikuti terus dramanya sampai Ending.
Don't forget to Voment❤❤ thx
KAMU SEDANG MEMBACA
MILLION DOLLAR MAN
Fiction généraleKisah seorang cowok Crazy Rich populer yang tidak pernah paham arti dari sebuah perasaan dan kehidupan. Hidupnya berubah ketika dirinya melempar lembaran dolar pada seorang wanita. Dan berujung untuk bertemu setiap hari karena kejadian pengeroyokan...