Part 23 | Touching Moment

909 30 0
                                    

[Sebelum baca, boleh klik tombol 🌟 di pojok kiri kalian? Timaaci❤️]

A/N : aku rasa ini lagu bener-bener tentang persaudaraan banget. Aku saranin kalian kalau mau baca wattpad sambil denger lagu yang di sediain di mulmed, kalian bisa baca lewat browser. Karena waktu ini aku sempet coba dan bisa, sedangkan di wattpad ngga bisa. Hehe.. udah segitu aja cincongnya. Capcus to the story~








Happy Reading~
★★★★★

Setelah seminggu dirawat di rumah sakit, Shareeza akhirnya diijinkan untuk pulang. Segala rayuan maut yang biasanya ampuh, di keluarkan Shareeza agar bisa terbebas dari tempat bernuansa putih yang memuakkan itu.

Alardo selalu bersikeras menyuruh Shareeza untuk istirahat di rumah sakit hingga Shareeza sembuh total. Padahal Shareeza merasa baik-baik saja, dan dokter pun mengatakan, tak ada hal serius yang perlu dikhawatirkan dari keadaan Shareeza. Jadi untuk apa dia menghabiskan uang dengan membayar seluruh fasilitas VVIP? benar-benar hal yang sangat konyol.

Walaupun seluruh biaya di tanggung oleh Alardo, tapi tetap saja Shareeza merasa terbebani. Kenal belum ada sebulan saja, Shareeza sudah merasa berhutang budi kepada pria itu. Apalagi kenal sebulan?

Jadi bukankah lebih baik ia kembali ke habitat asalnya? Karena pada kenyataannya Shareeza sehat walafiat, kan?

Sekarang Shareeza bersama dengan Aaron menuju hotel untuk menginap sementara waktu.

Sejak kejadian 'introgasi' itu, Aaron jadi tidak terlalu banyak bicara disaat ada Alardo. Bayangkan saja?! Seorang Aaron 'bawel' Blenda menjadi pendiam?! Hell!! Itu adalah sebuah keajaiban! Namun keajaiban itu tak di syukuri oleh Shareeza, karena nyatanya ia benar-benar merasa bingung harus berbuat seperti apa.

Jangan tanyakan bagaimana David, tentu saja ia tidak lebih baik dari Aaron.

Jika Aaron masih berbicara ketika sedang tidak ada Alardo, lain halnya dengan David. Pria itu justru akan tetap terdiam seribu bahasa, dan hanya mengamati dalam diamnya.

David memang tidak se-cerewet Aaron, namun setidaknya dia bukanlah type pria cool yang irit bicara.

"Apa yang kau pikirkan?" tanya Aaron tiba-tiba saat mereka sampai di kamar hotel.

Shareeza cukup terkejut dengan pertanyaan tiba-tiba yang keluar dari mulut Aaron, namun tak berselang lama, Shareeza kembali menetralkan wajahnya. "Tidak ada," jawabnya santai.

Di luar dugaan, reaksi Aaron benar-benar tidak seperti biasanya.

Pria itu hanya menatap Shareeza sebentar, lalu menganggukkan kepalanya, dan melenggang pergi begitu saja. Meninggalkan Shareeza yang terpaku di tempat, dengan mulut terbuka lebar.

Fix! Ini tidak baik! Kakaknya harus kembali seperti semula, Shareeza tidak ingin kehilangan kakak bawelnya dan juga pangeran kodoknya yang perhatian.

Membayangkan kedua pria itu jauh darinya saja, Shareeza tak sanggup, apalagi bila hal itu menjadi kenyataan? Shareeza tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi padanya.

Okay! Shareeza sudah memutuskan, bahwa ia akan kembali ke Swiss. Pergi jauh dari pria yang telah menyelamatkannya, dan kembali hidup normal seolah hal yang belakangan ini terjadi padanya hanyalah mimpi, begitu pikirnya.

Shareeza memutuskan untuk membersihkan dirinya terlebih dahulu, ia butuh aliran air dingin untuk menjernihkan pikirannya yang kalut.

Bahkan otak 'kancil'-nya terasa seperti benang kusut. Shareeza tidak bisa memikirkan apapun. Semuanya berjalan dengan sangat cepat, tanpa bisa dimengerti olehnya.

Contigo Para SiempreTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang