Part 30 | Why should it be Him?

705 29 0
                                    

[Sebelum baca, boleh klik tombol 🌟 di pojok kiri kalian? Timaaci❤️]













Happy Reading~
★★★★★


“Shaa, ayo bangun. Wakey wakey, Princess.” Aaron berusaha membangunkan Shareeza dengan lembut. Ia mengguncangkan sedikit tubuh Shareeza, agar adiknya itu segera bangun.

Shareeza hanya melenguh sebentar, tanpa membuka matanya. Gadis cantik itu kembali tertidur dengan membelakangi Aaron.

Aaron menghela nafasnya lelah, karena adiknya tidak bangun juga. Akhirnya hanya ada satu cara ampuh, yang digunakan Aaron untuk membangunkan Shareeza. Tanpa menunggu waktu lama, Aaron langsung saja menggelitiki seluruh tubuh Shareeza. Hal itu membuat sang pemilik tubuh kegelian bukan main. “Hahahaha— iya, ampun!! Tolong lepaskan aku— hahahaaa.. Geli, Ron!! Oh My God!! Stoppp!! Iya, aku akan bangun sekarang!! Hahahahaa...”

Setelah berkata begitu, Aaron pun akhirnya berhenti melakukan kegiatan menggelitiki adiknya. “Nah! Begitu kan bagus! C'mon! Wake up, Sha.”

Shareeza hanya pasrah saat tangannya ditarik paksa oleh Aaron untuk segera bangun dari kasur. Aaron dengan semangat menyeret Shareeza bak anak sapi, menuju kamar mandi.

Sesaat mereka berdua ada di kamar mandi, Aaron langsung menyalakan shower dan mengguyur seluruh badan Shareeza yang masih merem melek.

Hal itu tentu membuat Shareeza terkejut bukan main. Bahkan ia sempat loncat ke samping untuk menghindari guyuran shower, saking terkejutnya. Belum sempat Shareeza mengembalikan seluruh nyawanya, Aaron sudah terlebih dulu kabur dari kamar mandi Shareeza. “Mandi yang bersih, Princess!!” teriak Aaron dari luar pintu kamar mandi.

“Sialan kau, Aaron!!!” umpat Shareeza hingga terdengar ke seluruh penjuru apartemen mereka.

Bukannya marah, orang yang mendapat umpatan tersebut malah tertawa kegirangan sambil melompat-lompat kecil. Ia keluar dari kamar Shareeza dengan perasaan puas. Hari Aaron tanpa menjahili adiknya itu, bagaikan nasi tanpa garam. Rasanya hambar.

Sementara di dalam kamar mandi, Shareeza menahan dongkolnya setengah mati. Jika tidak melanjutkan untuk mandi, badannya sudah terlanjur basah kuyup. Jika ia melanjutkan tidurnya, hari sudah keburu siang. Akhirnya Shareeza memutuskan untuk berjongkok di bawah shower yang sudah dimatikannya. Shareeza memilih untuk mengumpulkan seluruh nyawanya dulu, baru ia akan lanjut untuk mandi.

———————————

Hari sudah hampir sore, tapi Shareeza masih tidak bicara sepatah kata pun pada Aaron. Ia melancarkan aksi mogok bicara pada kakaknya yang kelewat jahil itu.

“Oh c'mon, Sha! Jangan seperti ini terus padaku. Bicaralah! Walau setidaknya satu kata saja. Ayolah! Apakah kau tega melakukan ini padaku?” rengek Aaron sambil terus mengguncang bahu Shareeza yang saat ini sedang duduk di sampingnya.

Shareeza tetap bergeming di tempat, tanpa menoleh sedikit pun pada Aaron. Setidaknya sekali-kali, ia harus membalas kakaknya. Dalam hati, Shareeza merasa sangat puas karena ia berhasil tak menghiraukan perlakuan kakaknya sejak tadi. Biasanya Shareeza tidak akan sanggup untuk tidak menghiraukan kakaknya, walau hanya sebentar.

Disaat Aaron memegang lengan Shareeza untuk membujuknya kembali, suara dering ponsel Aaron lebih dulu memecah keheningan diantara mereka.

Aaron membenarkan posisi duduknya. Ia tak lagi menoleh kearah Shareeza, melainkan kearah jendela besar yang menampilkan pemandangan kota Zürich yang saat ini berada di hadapannya.

Contigo Para SiempreTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang