Part 26 | Going Home

671 32 0
                                    

[Sebelum baca, boleh klik tombol 🌟 di pojok kiri kalian? Timaaci❤️]


Happy Reading~
★★★★★

“Kapan sampainya, kak??” keluh Shareeza yang sepertinya benar-benar sudah merasa bosan dan lelah.

“Sebentar lagi kita akan sampai Laussane. Bersabarlah sedikit.” Aaron membalas ucapan Shareeza sambil mengusap lembut pucuk kepala adiknya itu.

Ya! Kali ini mereka akan menuju ke Lausanne. Salah satu kota terindah di Swiss, yang juga menjadi tanah kelahiran Aaron.

Biasanya jika berkendara dari Zürich menuju Lausanne hanya akan memakan waktu sekitar dua setengah hingga tiga jam, itupun jika jalanan lancar.

Namun kali ini sepertinya mereka harus sedikit bersabar. Kemarin malam mereka sudah merencanakan bahwa perjalanan yang mereka tempuh tidak akan lebih dari tiga jam. Tapi sepertinya dewi fortuna sedang tidak berpihak kepada mereka. Karena nyatanya, saat ini mereka sudah hampir empat jam berada di jalan, dan belum memasuki kota Lausanne. Selain terlambat dikarenakan mereka yang terlalu sering mampir —entah membeli camilan ataupun makan di rest area— ,jalanan juga hari ini tampaknya agak kurang kondusif. Sebab terjadi kecelakaan lalu lintas yang membuat jalanan cukup macet karena terdapat beberapa pengalihan jalan.

—————————

Setelah hampir tiga puluh menit, mereka akhirnya berhasil terbebas dari macetnya jalanan. Di depan mata sudah tampak papan besar —yang terbentang di atas dua beton kokoh di kedua sisi jalan— yang bertuliskan 'WELCOME TO LAUSSANE'.

Shareeza terpaku dengan pemandangan di sekitarnya. Ia mulai sibuk melihat ke sisi kanan dan kiri jalan dengan sangat antusias.

“Wah!! Laussane!!! Akhirnya aku bisa kemari lagi!! Ah.. Indahnyaa!!!”

“Tetap indah seperti terakhir kali kita kesini, bukan?”

“Ya! Kau benar, Ron! Disini tetap sama. Walaupun Zürich juga indah, namun Laussane selalu berhasil meninggalkan kesan tersendiri untukku.”

“Yap! Jadi, sekarang bersiaplah! Sebentar lagi kita akan sampai di rumah.”

Shareeza hanya mengangguk patuh tanpa menjawab perkataan Aaron dengan senyum yang terus mengembang di wajah cantiknya.

—————————

Aaron memarkirkan mobilnya di depan sebuah rumah yang cukup megah dan nampak sangat asri.

Setelah memastikan mobilnya terparkir dengan benar, Aaron keluar dari mobilnya. Namun belum sempat ia sampai ke bagian samping mobil —untuk membukakan Shareeza pintu— ternyata Shareeza sudah membuka pintunya sendiri, dan langsung berlari ke depan pintu utama rumah tersebut.

Sedangkan Aaron terdiam di tempat seketika karena terkejut akan aksi adiknya itu. Tak lama setelah Shareeza berteriak dan menggedor rumah —seakan pintu rumah dan segala isinya bisa saja roboh karena ulahnya— pintu berbahan kayu jati yang kokoh tersebut terbuka perlahan. Nampak seorang wanita paruh baya yang masih sangat cantik di usianya, menyambut Shareeza hangat.

“Astaga! Hai, anak mom! Apa kabar, nak?” 

“Mom!!! Shasa kangen banget, Mom!!” Shareeza memeluk erat sang ibu dengan senyum bahagia yang tak lepas sedetikpun dari wajah cantiknya.  “Kakak nyebelin banget! Dia baru bisa ajak Shasa kesini sekarang. Padahal Shasa udah lama banget pengin kesini karena kangen banget sama Mom.”

Padahal akulah yang duluan mengajaknya kemari,” gumam Aaron dalam hati.

“Iya! Kakak kamu memang menyebalkan. Yaudah, biarkan saja dia disini. Kita masuk yuk! Kamu lapar nggak, sayang?” tanya sang ibu sambil menggiring Shareeza masuk ke rumahnya.

Contigo Para SiempreTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang