10 - gimana

871 111 14
                                    


***

"JUNE! JUNE!"

"Kenapa Nan?" Tanya June dengan suara seraknya- khas baru bangun.

"LIAT NIH!"

Awalnya June hanya melirik saja, tapi begitu melihat sesuatu yang tertera disana June pun langsung duduk dan menatap Jinan. "Serius Nan?!"

"Iyaa, huhu." Ini sih Jinan antara senang atau sedih. Ya jelas dia senang hamil lagi tapi gimana sama anak-anaknya?

June pun memeluk Jinan dan mengecup pucuk kepalanya berkali-kali sambil mengucapkan 'terima kasih' berkali-kali juga. Perlakuan June membuat Jinan lupa tentang pikiran yang sedari tadi mengganggunya.

Tapi, akhirnya Jinan pun memutuskan untuk membicarakannya dengan June. "Anak-anak gimana ya Jun?"

"Mereka pasti nerima juga kok. Apalagi Doyoung, seneng pasti mau punya adek," Jawab June sesantai mungkin. Dia tahu masalah ini akan terus kepikiran sama Jinan.

"Aku takut. Byounggon juga, dia kan udah berapa kali kalo diledekin soal adek baru bilangnya gak mau terus," Jinan mencebik. Dia menggoyangkan lengan June persis seperti anak kecil.

"Gak akan sayang. Percaya deh. Udah ah jangan jadi bahan pikiran. Mending kamu sarapan sana, aku mau mandi dulu."

Mau gak mau Jinan pun nurutin perkataan June. Dia turun ke bawah dan siapin sarapan untuk keluarganya. Doyoung selalu jadi yang paling pertama turun dan menyapa Papa nya setiap pagi. Lalu disusul Jaehyuk dan Byounggon yang sudah rapih.

"Pagi Pa."

"Pagi anak-anak Papa! Sarapan yaa. Jangan lupa diminum susunya."

Ketiga anaknya hanya mengangguk dan memakan sarapannya dengan tenang. Jinan masih diam memperhatikan anak-anaknya sampai June turun dan duduk disampingnya. "Kamu udah ngomong?" Bisik June.

"Belum. Entar aja kalo mereka udah pada pulang," Jawab Jinan.

Selama sendirian di rumah, Jinan tidak bisa berhenti memikirkan bagaimana reaksi anak-anaknya nanti. Apakah mereka senang atau tidak suka?

Bagaimana nanti kalau mereka tidak suka? Jinan tidak mau keharmonisan mereka lenyap begitu saja hanya karena berita ini.

Tapi, namanya hormon ibu hamil, Jinan jadi mudah menangis. Memikirkannya saja sudah membuatnya sedih, bagaimana jika itu benar-benar terjadi?

June menelfonnya setiap 15 menit sekali setelah tahu Jinan menangis sendirian memikirkan anak-anaknya. June harus bisa membuat Jinan setenang mungkin.

Begitu anak-anaknya pulang satu per satu, Jinan malah bingung dia harus memulai dari mana. Sampai akhirnya di TV menampakkan iklan shampoo bayi sehingga kesempatan itu digunakan oleh Jinan. "Ih lucu ya bayinya."

"Iya."

"Kayak aku ya Bang?"

"Enggak, lucuan bayi itu kali daripada lo."

"Jahatnyaa abang!"

Jinan tertawa lalu mengelus perutnya. Dia masih belum bisa mendapatkan celah untuk mengabarkan berita ini. Sampai akhirnya Doyoung berkata, "Pa, masa temenku punya adek."

"Oh ya?" Jinan seneng dong. Ini kesempatan yang bagus buat ngomong.

"Iya. Kejauhan gak sih? Kan udah kelas 3 SMA masih punya adek."

"Ya enggaklah. Gue sama lo aja perbedaan umurnya jauh," Ucap Jaehyuk.

"Iya sih. Cuma kan gak sejauh temenku ini. Dianya cerita, katanya bingung nanti ke adeknya mesti gimana."

Jinan hanya mendengarkan saja selama Doyoung cerita. Tidak ingin menginterupsi sedikit pun. Sampai akhirnya Jinan ngomong, "Kalo Doyoung mau punya adek gak?"

Refleks ketiga anaknya menoleh. Jinan yang ditatap begitu langsung panik dong. "Papa nanya aja."

"Gak tau. Doyoung sih maunya gak mau," Jawab Doyoung.

Jinan langsung down dong. Tapi gak dia tunjukin didepan anak-anaknya.

"Emang kenapa?" Giliran Byounggon yang nanya.

"Aku kan udah SMA."

"Jawaban lo gak nyambung," Balas Byounggon.

"HIH!"

Tapi, jawaban Doyoung jelas tidak membuat Jinan puas. Kalau saja tidak ada anak-anaknya disini, mungkin Jinan sudah menangis.

Setelah June pulang dan selesai makan malam, Jinan pamit untuk ke kamar duluan. Dia menangis sepuasnya di kamar memikirkan kata-kata anaknya tadi atau lebih tepatnya jawaban Doyoung saat ditanya mengenai adik.

Memang yang menjadi pikiran Jinan hanya Doyoung. Jinan yakin kalau Doyoung tidak akan rela melepas status 'anak bungsu' di dirinya.

"Jinanku sayang, kenapa nangis?" Tanya June begitu lihat Jinan menangis di kasur sambil memeluk kakinya.

"Masih kepikiran?" Jinan mengangguk.

June pun memeluk Jinan. "Gak akan, Nan. Percaya sama aku."

"Tapi, tadi Doyoung bilang dia gak mau Jun."

"Toh kan adiknya bakalan lahir. Dia gak akan bisa berbuat apa-apa Nan."

"Kalo dia jadi benci sama adiknya gimana?"

"Gak akan mereka benci sama adiknya sendiri."

"Tapi Byounggon pernah."

"Itu kan dulu. Buktinya dia sekarang yang paling sayang sama adik-adiknya kan? Kita juga bisa kok lakuin hal yang sama ke Doyoung kalo dia kayak gitu juga. Tapi, aku yakin dia gak akan kayak gitu," Ucap June sambil mengelus punggung Jinan.

"Byounggon? Jae?" Tanya Jinan lagi.

"Mereka udah dewasa. Pasti bisa nerima dengan lapang. Malah aku yakin mereka bisa bantu kita kalo Doyoung macem-macem."

Tapi tidak semudah itu Jinan yakin dengan apa yang dikatakan June. Feeling kali ya. Jinan tidak ingin apa yang terjadi di masa lalu terulang kembali.

"Udah tidur. Aku gak mau kamu jadi stres dan anakku kenapa-napa."

"Hih, anakku juga."

"Makanya jangan melamun terus. Kasian dia, oke? Good night," Ucap June sambil mencium kening Jinan.

"Good night, Appa."



***

gimana gimana?

aneh? gak jelas? ya memang itu ciri khas saya wkwkwk

UDAH DIBIKIN MPREG YA.

chapter-chapter selanjutnya bakalan...

hah sudahlah.


see you next chap!

see you next chap!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Family ; junhwan [✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang