02ㅡKeingintahuan

4.5K 549 51
                                    

Ye Seo POV

Dulu, saat usiaku menginjak sembilan tahun, ayahku pernah berkata "Jungkook itu anak yang baik, ayah selalu tenang saat dia bersamamu. Rasanya seperti ayah sendiri yang menjagamu kalau Jungkook ada di dekatmu."

Aku tidak terlalu ingat apa awal cerita yang menyebabkan ayahku berkata demikian. Yang aku tahu hanya kenyataan bahwa setelah kepergian ayah, beliau mempercayaiku pada Jungkook sepenuhnya.

Harus selalu jujur pada Jungkook, tidak boleh menyakiti Jungkook, kalau bisa saat berpergian harus dalam pengawasan Jungkook, apapun harus melibatkan Jungkook.

"Yya Kang Ye Seo! kau tidak bisa terus-terusan mengkonsumsi cokelat ini!"

Aku hanya berusaha mengacuhkan.

"Kau itu tuli ya! Bagaimana kalau ayahmu tahu bahwa anaknya sakit hanya karena cokelat gila ini!"

Dia membawa-bawa ayahku, lagi.

Yang aku lakukan?

Tentu saja menangis, membuang cokelat itu ke sembarang arah. Membuang muka dari hadapan Jungkook,

Jungkook terkejut, ia mungkin tidak akan menyangka bahwa bicaranya akan membuatku menangis sekencang ini.

Dia berjalan ke arahku, lalu mendekapku erat. "Maaf, aku tidak bermaksud berteriak padamu. Aku salah, kau boleh memukulku. Tapi jangan menangis, kumohon."

Lucunya, itu pertengkaran terhebat kami.

Pada usia sembilan tahun, tentunya.

Sekarang, setelah menginjak umur tujuh belas tahun, aku banyak mengerti tentang larangan Jungkook, juga tentang ayah yang selalu berkata bahwaㅡJungkook itu anak yang baik. Dia bisa menjagaku seperti apa yang ayah lakukan.

"Kalau sudah dewasa nanti, aku akan mencari kekasih. Bosan kalau terus bersamamu."

Dia benar-benar mengatakan hal itu saat kami berada di bangku sekolah dasar.

Awalnya kupikir itu hanya gurauan belaka. Sebab, usia kami bisa terbilang cukup aneh untuk sekedar berbincang tentang memiliki kekasih, sebagai alasan bahwa Jungkook bosan kalau terus bersamaku.

Dalam pertemanan kami,

Puluhan aturan tercipta, aku dan Jungkook sangat mematuhi itu semua. Kami tidak pernah melanggar satu pun.

Terkecuali, tentang aku yang masih danㅡakan selaluㅡmenyukai cokelat.

"Hello, apa ada orang di dalam?"

Lagi.

Bahkan saat ingin memiliki waktu sendiri, suara itu tetap muncul.

Aku muak.

"Ada perlu apa, Kook." Aku hanya tetap diam pada posisiku,

"Mau makan ice cream?" wow, sungguh. Itu ajakan yang paling mustahil untuk di lontarkan secara tiba-tiba oleh penyihir dengan tampang wajah yang persis seperti kelinci.

Tentu, aku tergoda. Tetapi, tetap tidak ingin tertipu.

"Tidak."

"Dua bungkus cokelat, dengan ice cream vanilla? Tetap menolak?"

Okay, cukup. Dia bahkan membawa cokelat dalam mantera sihirnya.

Aku berjalan ke arah pintu, membuka sedikit, hanya sekedar mengintip.

"Aku ingin, tetapi, takut tertipu. Aku harus apa?"

Jungkook mengernyit,

"Aku tidak menipu. Ini benar."

That SmileTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang