Butuh banyak komen untuk fast update! Dan, dibiasain yuk, klik tombol bintang di bawah kiri. Gratis. Asli. Sesekali sebagai apresiasi untukku? Yah. Yah:)
🌚🌝
"Dulu, Ibu akan berkata 'kalian pikir, kalau kalian berdua bertengkar, apa yang akan di dapat? Penghargaan?' saat aku dan Yoongi hyung bertengkar. Itu lucu sekali." Lelaki itu tersenyum kecut dengan kedua tangan yang sibuk mencabuti rerumputan tempatnya terduduk. "Anehnya, itu bukan terdengar seperti ia benar-benar menyuruh kami untuk berhenti bertengkar. Tetapi, caranya berbicara, menunjukan bahwa aku harus berhenti melakukan hal konyol supaya Yoongi hyung tidak terganggu."
"Bagaimana dengan Yoongi sendiri?"
Jungkook melipat bibirnya. Ini jelas sangat memalukan bagaimana ia terus merengek dan bercerita tentang seluruh hidupnya pada Ye Seo. Terlebih, si gadis sama sekali tidak menunjukan raut keberatan atas semua keluhan Jungkook.
"Dari dulu sepertinya dia tidak pernah berubah. Eh, tidak. Maksudku, dia memang tidak pernah berubah. Bersikap dingin tapi rasa kepeduliannya begitu tinggi. Tidak banyak bicara, namun melakukan banyak hal untukku tanpa ketahuan," ujarnya lirih, "Tapi itu semua justru menjadi alasan terkuat aku membencinya."
"Kau tidak membencinya, Jung." gadis itu menepuk pundak Jungkook pelan.
"Aku membencinya."
Ye Seo terdengar agak gelisah, "Tidak. Aku yakㅡ"
Mengehela napas, Jungkook mensejajarkan tubuhnya dengan gadis itu, "Tentu saja aku membencinya. Kau tahu, kepedulian serta semua yang ia lakukan hanya membuatku semakin terlihat tidak berguna. Semua yang dia lakukan semakin menunjukan bahwa dirinya lebih berguna daripada diriku. Caranya bersikap baik meskipun aku selalu membalas perlakuannya dengan kurang baik. Itu membuatku muak."
"Kalau dulu ia melakukan hal serupa, aku akan menyukainya. Begitu menyenangkan memiliki kakak yang membuatmu menjadi berarti lebih dari apapun," ia memainkan lidahnya di dalam mulut. "Tapi sekarang? Itu semua lebih terasa seperti bom yang meledak setiap dua detik sekali dalam tubuhkuㅡpanas, sakit, perih, kebas, lelah. Semuanya bercampur menjadi satu. Daripada senang, aku justru ingin salah satu di antara kami ada yang mengalah dan pergi dari rumah."
Rasanya Jungkook seperti tercekik. Bagaimana mungkin hal sulit ini tidak berhenti datang. Rumah, kebersamaan, kehangatan, kasih sayang? Itu lebih terdengar seperti bualan pesulap di gedung-gedung besar untuk perayaan ulang tahun seorang bocah kecil berusia 5 tahun. Sungguh. Tidak ada yang terbukti satupun. Barangkali pesulap bahkan terlihat lebih keren.
Rasanya aneh sekali saat Ibunya sendiri memperlakukan Jungkook seperti ini. Memang tidak terlihat seperti seorang ibu yang jahat dan suka menyiksa layak drama-drama yang pernah di ceritakan Ye Seo padanya. Tapi jelas Jungkook sudah besar dan mengerti banyak hal. Oh, benar. Bahkan hidupnya bukan salah satu dari banyaknya koleksi film layar lebar yang berakhir tragis.
"Kupikir. Kalian seharusnya memiliki waktu untuk mengobrol selama beberapa jam. Itu terlihat baik kalau kau bisa mengatakan banyak hal padanya."
Jungkook termengung. Tiba-tiba bibir itu sulit untuk mengeluarkan kata-kata, sebab sejujurnya, dari semua ucapannya barusan, poin penting adalah satu-satunya yang harus mengalah dan pergi dari rumah adalah dirinya sendiri. "Kau tahu, Ye. Terkadang tidak semua masalah dapat di bicarakan. Tentang siapa yang harus mengalah, dan mencoba mengerti. Hal-hal seperti itu tidak selalu dapat menyelesaikan masalah. Justru kalau memaksakan sesuatu yang memang seharusnya tidak terjadi, agaknya itu justru menjadi boomerang sendiri untukmu."
"Lalu apa yang akan kau lakukan dengan semua rasa kesalmu ini, sekarang?"
"Membuat anak denganmu? Bagaimana? Setuju?"
Ye Seo mendorong pelipis Jungkook dengan jari telunjuknya. Astaga. Dia benar-benar mesum. "Berhenti mengubah topik. Itu sama sekali tidak lucu."
Jungkook mengulas senyum tipis. Sangat tipis sebelum kembali berbicara, "Kau tahu, Ye? Sejujurnya, belakangan ini aku ketakutan. Hal besar yang selama ini hanya milikku, yang selalu berusaha kujaga supaya tidak ada yang merebutnya. Sepertinya akan hilang."
"Maksudmu?"
Jungkook buru-buru menggeleng, ia berdiri dan menepuk-nepuk paha belakangnya cepat. "Tidak jadi." ia mengulurkan tangannya ke depan wajah Ye Seo, "Mau mabuk malam ini? Kupikir aku butuh soju dengan jumlah besar?"
(#)
"Kau benar-benar merokok lagi? Apa ada masalah? Mau membicarakannya?" Namjoon meneguk gelas kecil yang berisikan alkohol. Irisnya mengernyit tatkala cairan itu melewati tenggorokannya.
Sedangkan sang lawan bicara tidak menggubris sama sekali. Tangan kanannya memainkan putung rokok yang kian menipis. Helaan napasnya terdengar resah, kepalanya juga terasa berat. Percakapan dengan sang ibu siang tadi memberi dampak kurang baik untuk sebagian pikirannya.
Brussels.
Ah, negara sialan itu.
Min Yoongi kembali menyesap batang tembakau itu lamat-lamat. Bahkan ibunya sama sekali tidak memberi opsi bagus untuk Yoongi pikirkan. Bagaimana bisa pria dewasa sepertinya di atur-atur begini. Menyulitkan sekali.
Pindah ke tempat yang jauh tentu bukan pilihan bagus. Seharusnya, sang ibu bertanya bagaimana ia akan melanjutkan hidupnya setelah lulus sekolah. Apa keinginannya. Tetapi, daripada melakukan itu, bahkan sebelum Yoongi lulus pun, tuntutan sudah mulai dilayangkan. Konyol sekali, sungguh.
Namjoon yang sedari tadi merasa iba dengan sahabatnya yang terus melamun mengalihkan antesi saat obsidiannya menangkap dua pasang bocah sinting duduk di sudut club.
Tentu saja. Siapa lagi kalau bukan Jeon Jungkook dan Kang Ye Seo.
Astaga. Namjoon mendecih sebal. Bocah tengik itu, sedang apa disini.
"Yoong."
"Huh?"
Namjoon mengangkat dagunyaㅡbermaksud menunjuk dua pasang bocah di sudut ruangan.
Yoongi menegak segelas soju sebelum memutar kepalanya. Irisnya menyipit aneh saat melihat Jungkook mendekatkan wajahnya ke arah Ye Seo. Bahkan, oh. Astaga. Tangan sialan itu.
Napas Yoongi semakin memberat. Perasaan kesal sekaligus muak memuncak. Sejujurnya, Yoongi berniat membalikkan kepalanya karena begitu enggan melihat adegan kotor yang dilakukan sang adik. Hanya saja. Hanya saja saat tangan Jungkook mulai bergerak menjelajah memasuki baju gadis lugu itu, saat Ye Seo memekik lirih, saat Jungkook menciumnya penuh gairah.
Lelaki berparas dingin itu sampai tidak sadar ketika kaki kanannya melayang mengenai kepala Jungkook dan membuat sang empunya memekik keras melepas kontak.
Sekali cekatan, Yoongi menarik paksa tangan Ye Seo yang juga terkejut. Membawa gadis itu menjauhi Jungkook, tangannya semakin erat menggenggam ketika Ye Seo mulai memberontak. "Hanya jika aku tidak ada disana dan menarikmu keluar. Jungkook benar-benar akan menyetubuhimu, Kang Ye Seo!" []
KAMU SEDANG MEMBACA
That Smile
Fanfiction[𝙲𝙾𝙼𝙿𝙻𝙴𝚃𝙴𝙳] Pada kenyataannya, Jungkook telat untuk menyadari bahwa Kang Ye Seoㅡgadis cantik tersayangnya itu mencintai seseorang yang paling ia benci kehadirannya, Jeon Yoongi. Mei, 2019 strugglebam.