28.BㅡFakta

2.6K 344 55
                                    

ada question box, bisa di jawab, ya^^

menurut kalian arti pertemanan itu apa sih?

terus kalau ada masalah, kalian biasanya nyelesainnya gimana?

pernah suka sama teman sendiri ngga? terus berakhir gimana sekarang?

ㅡㅡㅡ

One thing that people don't understand is, friendship also can break your heart to.

Fakta bahwa Jungkook setidaknya telah menghabiskan hampir seluruh waktu dalam hidupnya bersama Ye Seo adalah kenyataan yang paling pahit. Ketergantungan itu yang menjadi perekat sinting sehingga keduanya tak bisa melangkah lebih jauh sebab, ada pagar pembatas yang menjulang tinggi sehingga mereka berdua tetap pada posisi masing-masing. Dan mungkin juga karena Ye Seo memaksakan diri untuk melangkah maju karena perasaannya terlampau besar untuk Jungkook. Tapi itu jelas salah, Jungkook bahkan tidak pernah memiliki perasaan yang gadis itu harapkan.

Bagi gadis itu pertengkaran seperti mimpi buruk. Mungkin bagi semua orang juga demikian. Semua orang benci mimpi buruk dan ingin melarikan diri dari bunga tidur menakutkan itu. Tapi siapa yang bisa melakukannya? Tidak ada. Bahkan tidak untuk Kang Ye Seo sendiri.

Sampai detik ini keduanya belum berniat beranjak dari tempat mereka berdiri dengan terpaku. Jungkook membuang pandangan ke kiri sedang gadis itu menunduk.

Waktu seakan berhenti. Jarak keduanya hanya beberapa langkah saja. Namun demi Tuhan, hati Jungkook sangat pedih mendengar isakan lirih yang keluar dari belah bibir gadis itu. Jungkook ingin memeluknya, sangat. Tapi nyaris tak punya keberanian lebih. Jungkook seolah telah terdoktrin untuk diam dan mendengar lebih banyak apa yang ingin gadis tersayangnya ucapkan.

Mengumpulkan banyak keberanian, Ye Seo sedikit mendongak ingin menatap Jungkook sekali lagi, "Seingatku, Jeon Jungkook selalu mengajarkanku untuk tidak menyesal dalam hal apapun, dia bilang 'menyesal' hanya satu kata bodoh yang selalu di ucapkan seorang pengecut."

Dulu sekali, Jungkook mengatakan kalimat itu.

Kalau di pikiran lagi semakin hari semua kemanisan yang terucap menjadi tidak ada gunanya. Semuanya membusuk dalam ingatan lalu melebur bersama rasa sakit.

Ye Seo terus bicara,

"Jeon Jungkook bilang Kang Ye Seo bukan seorang pengecut jadi tidak ada kata menyesal yang boleh keluar dari bibirnya."

Jungkook yang mendengarnya nyaris kehilangan akal. Ia terus menggigiti bibir bagian dalamnya.

"Aku tidak melakukannya, Jungkook. Aku tidak berkata bahwa aku menyesal. Aku mencoba jujur padamu meskipun terlambat. Jadi, kenapa kau marah dan menjauhiku? Kita bisa bicarakan ini baik-baik. Kalau kaupikir aku senang setelah apa yang terjadi. Jawabannya adalah tidak. Aku justru takut kalau mungkin ibuku akan mengetahui ini. Dan lebih takut saat kau mengetahuinya dari orang lain. Apa yang harus kulakukan? Kau terus merasa kesal bahkan kau membenciku. Kau egois, sangat egois."

Jungkook tak tahan lagi. Tubuhnya semakin terasa menggigil. Akal sehatnya telah lenyap, menguar, lalu hilang bersama angin yang berhembus malam ini. "Aku memang egois. Jadi, mari hentikan semuanya, oke? Pertemanan kita, peraturan sinting itu juga janjiku untuk menjagamu. Kita bisa melupakan semuanya. Kau bebas sekarang, terimakasih." []

(#)

"Kapan tepatnya kau akan pindah?"

Yoongi menyesap rokok bersamaan dengan kaki kiri yang ia gerak-gerakan, "Setelah lulus, tentu saja."

Kijun memandang sahabatnya kasihan. "Jangan lupakan aku kalau kau berhasil disana ya," ujarnya dengan nada yang dibuat-buat.

"Kau menjijikan, sialan,"

Pemuda berkulit pucat itu menghela napas panjang.

Pendidikan itu penting. Ucap sang ibu, dulu.

Tapi sekarang Yoongi ingin tahu, apa yang akan dia dapat setelah mendapat ilmu banyak. Maksudnya, ya tentu saja dia tidak mendadak bodoh kalau pendidikan memang penting sebab dunia tak akan menerima orang-orang bodoh apalagi pemalas. Tapi sejujurnya, Yoongi ingin sekali berkata pada ibu bahwa kalau dirinya tak lanjut ke jenjang yang lebih tinggi itu bukan berarti dia akan membiarkan masa mudanya menjadi suram. Dia hanya ingin melakukan apa yang dia inginkan. Bukan apa yang ibu harapkan.

Dan sekali lagi, bukannya mendapat gelar tinggi itu berakhir untuk mencari pekerjaan bagus dan poin pentingnya adalah mendapat uang? Benar 'kan?

Dan itu akan terjadi juga pada Yoongi. Kalau tujuan akhir hanya uang, Yoongi bisa mencari cara lain, sungguh.

Memikirkan meninggalkan Seoul saja sudah cukup membuatnya frustrasi.

Lima menit kemudian, Yoongi mengerjap sebab ia tidak sadar bahwa sedari tadi sosok yang bersarang dalam kepalanya berada tak jauh dari tempatnya duduk sekarang.

Kang Ye Seo disana. Duduk di sudut tokoㅡmembelakangi Yoongi.

'Tolong jangan ikuti kami,'

Ah. Benar. Itu percakapan terakhir mereka.

Sampai saat ini mereka belum mengobrol lagi. Apa yang dia lalukan disini? Sendirian?

Tapi bahkan sialannya saat Yoongi bergerak mendekat, sosok iblis yang sedang tak ingin pemuda itu temui muncul dengan kegilaannya. Perasaan senang menguar, mood Yoongi seperti dilahap habis.

"Yoon. Maafkan aku, ya? Tolonf jangan pernah mengatakan putus lagi,"

Kijun terkekeh geli dibelakang sana. Meneguk soju dengan perasaan terhibur. Ternyata seorang pria seperti Yoongi bisa merasa kesal juga hanya karena wanita. Ini sih rekor.

Yoongi memutar bola matanya tak habis pikir, "Lepas tidak?!"

"Tidak mau. Aku rindu,"

"Jina, lepas."

"Yoongi kau tega sekali padaku,"

Beberapa menit kemudian tatapan pemuda itu dengan Ye Seo bertemu. Wajahnya pucat. Sangat pucat. Kedua matanya terlibat sangat rapuh. Tapi tatapan yang gadis itu berikan tak menunjukan reaksi apapun selain wajah datarnya yang sanggup membuat Yoongi menelan ludah. Gadis itu terlihat sangat hancur. Bagaimana mungkin senyuman manis yang selalu menjadi candu untuknya kini berubah drastis menjadi sebuah rasa sakit.

'Kau sadar bahwa aku menyukai kakakmu lebih dulu.'

'Aku membuang habis perasaanku terhadap Yoongi karena kupikir kau menyukaiku,'

Setelah mendengar semua itu Yoongi pikir mengetahui kenyataan bahwa gadis cantik itu menyukainya dan dulu ia juga sempat membaca jurnal milik gadis tersebut serta ada beberapa tulisan tentang dirinya adalah hal baik. Yoongi jadi mudah mendekatinya.

Tapi ternyata tidak. Yoongi justru lebih merasa kasihan ketimbang senang.

Kendati demikian, bodohnya, kaki Yoongi bergerak mendekat setelah sekali cekatan menghempas kasar tangan Jina. Sebenarnya Yoongi ingin bermain sulit dengan menahan perasaanya supaya saat pindah ke Brussels nanti tidak ada perasaan yang harus dia jaga. Tapi bahkan ketika bibirnya mengucap lirih tepat dibelakang Ye Seo. Semuanya mendadak konyol, Yoongi benar-benar konyol.

"Kang Ye Seo, aku mencintaimu,"

That SmileTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang