22ㅡTruth

2.1K 314 17
                                    

Oke. Ini keterlaluan. Jeon Jungkook dengan amat sengaja meninggalkan Ye Seo di sebuah pusat perbelanjaan dan melesatkan alasan yang begitu bodoh untuk di dengar.

Gadis itu mengusap matanya yang terasa berat. Dan untuk yang kesekian kalinya ia menguap lagi. Kacau. Jeon Jungkook benar-benar kacau.

Kalau saja bukan karena ibu Jeon, Ye Seo sudah dipastikan akan mencincang habis tubuh lelaki menyebalkan itu. Barangkali Ye Seo melupakan fakta bahwa Jeon Jungkook memiliki predikat 'menyebalkan' sedari dulu.

Sepuluh menit kemudian Ye Seo melirik ponselnya yang bergetar.

Jungkook.

"Sebelum kau memaki tolong dengarkan aku dulu. Aku minta maaf sebanyak yang aku bisa karena aku tidak bisa mengantarmu pulang. Tapi jangan khawatir, aku sudah bilang pada ibu dan ia mengatakan akan menyuruh Yoongi menjemputmu, oke?"

Gadis itu melongo, perlu beberapa waktu untuk mencerna perkataan Jungkook. Setelahnya gadis itu mendecak sebal, "Kali ini kau benar-benar keterlaluan, tahu!"

"Aku minta maaf, sayangku. Kita akan bicarakan ini nantiㅡ"

Koo, jangan mengabaikanku saat sedang bicara!

Ye Seo mendengar Jungkook terkekeh disana setelah terdengar suara perempuan tersebut. Ia berkedip sebelum paham dengan siapa sahabatnya itu berada sekarang.

"Kututup teleponnya. Kau benar. Kita bisa bicara nanti." Ye Seo memustuskan sambungan sepihak dengan perasaan kalut. Astaga. Lelaki itu sekarang bahkan berani meninggalkan Ye Seo untuk bertemu dengan Yena. Baiklah. Ini lebih dari keterlaluan. Mereka baru saja berbaikan kemarin. Dan sekarang? Lihat. Dasar brengsek.

Ye Seo hanya menatap jenuh ke salah satu toko dalam pusat perbelanjaan yang digandrungi banyak peminat. Sampai kapan ia harus menunggu seperti ini?

"Hei, menunggu terlalu lama?"

Si gadis menoleh ke asal suara. Ah, Yoongi. Ye Seo mencoba berpikir sehat bahwa yang menyuruh pria ini kemari adalah ibu Jeon. Bukan kemauannya sendiri. Jadi, tidak masalah. "Tidak juga."

"Baiklah." Yoongi memasukan tangannya ke dalam saku jaket, "Kau butuh sesuatu untuk dibeli lagi? Atau langsung ingin pulang?"

"Jangan terlalu baik padaku. Kau justru terlihat seperti memaksakannya." Ye Seo mendesah pelan, "Dan juga. Kau terlihat aneh,"

Ya ampun. Untuk yang satu ini Yoongi benar-benar tak habis pikir. Seharusnya gadis kasar ini berterima kasih 'kan? Tapi lihat! Dia sekarang malah marah-marah tanpa sebab.

"Apa semua wanita di dunia seperti ini?"

"Maksudmu?"

Yoongi menggaruk tengkuknya asal. "Sama sepertimu. Apa semua wanita di dunia ini begitu menyebalkan? Kau tahu kan, seharusnya kalau ada yang mau menjemputmu ketika kau ditinggal oleh sahabatmu sendiri, kalimat apa yang harus kau ucapkan pertama kali?"

Belum sempat menjawab pria tersebut buru-buru menjentikan jarinya di depan wajah Ye Seo, "Benar sekali! 'Terima kasih' adalah kalimat yang seharusnya kau ucapkan. Tapi apa yang baru saja kau lakukan padaku?"

Yoongi bertolak pinggang, melihat lawan bicaranya bungkam. "Benar sekali! Kau mengatakan aku aneh! Oh, wow. Suatu kebanggaan untukku nona," Pemuda itu menekankan kata akhirnya dengan tegas.

Ye Seo menggelengkan kepala jengah. Well, meskipun ia tak bisa mengelak kekehan kecil yang terdengar dari belah bibirnya sendiri.

"Kau terlihat semakin aneh, Yoon. Sumpah."

"Karena aku baru saja bertemu dengan orang aneh."

Ye Seo tersenyum lucu. Dan tentu saja detik itu pula hati Yoongi seperti mencair. Suhu dalam pusat perbelanjaan terasa menghangat.

"Ini pertama kalinya untukku," Yoongi tanpa sadar bergumam.

Gadis itu mendongak, "Tentang apa?"

Yoongi tak pernah merasa sebahagia ini hanya karena senyuman seseorang. Jadi, ketika merasa hatinya berdebar nyaman. Yoongi kembali berpikir keras tentang. Seberapa banyak ia menginginkan gadis ini? "Melihatmu tersenyum lalu terkekeh seperti tadi. Pertama kali bagiku melihatnya."

Mendengar jawaban Yoongi, gadis tersebut tiba-tiba salah tingkah. Jawabannya random sekali.

Melihat gelagat Ye Seo, Yoongi buru-buru duduk di sebelah si gadis. "Tidak perlu malu seperti itu. Kau sekarang justru terlihat aneh," ledeknya iseng.

"Sekali lagi mengejek, kubuat kepalamu botak!"

Yoongi melebarkan matanya sebelum terbahak sambil memukul pahanya hingga membuat orang-orang yang berlalu-lalang tersenyum melihatnya.

Gadis itu mendengus jengkel. Ia mengambil barang belanjaannya dan pergi menjauh.

"Ye Seo jangan cemberut seperti itu! Tunggu aku astaga,"

(#)

"Apa hanya Jungkook?" Yoongi tiba-tiba membuka suara saat mereka dalam perjalanan pulang. Membutuhkan waktu lama untuk gadis ini memaafkannya tentang insiden tadi. Yoongi harus banyak-banyak bersyukur sebab Ye Seo berbeda dari gadis kebanyakan yang justru akan marah sehari semalam. Itu mengerikan.

"Apanya?"

"Senyuman itu,"

Ye Seo memandang jalanan lenggang yang sepi dari kaca mobil. Ia baru sadar bahwa Gangnam bisa menjadi se-sepi ini saat larut malam. Jalanannya sangat gelap, hanya di terangi oleh beberapa cahaya dari teras rumah penduduk. Disana juga minim lampu jalan, ditambah adanya pohon-pohon besar yang semakin membuat jalanan terlihat gelap. Dan di depan sana ada satu sampai dua rumah yang lampunya tak menyalaㅡbarangkali sedang ditinggal pergi oleh pemiliknya. Ye Seo sendiri kurang yakin.

Mengingat dirinya belum menjawab pertanyaan Yoongi yang membuat keheningan dalam mobil menjadi sangat memuakkan, Ye Seo lantas berdeham samar. "Kalau aku menjelaskannya dengan sangat rinci, apa kau tetap mau mendengarnya?

Tatapan si pemuda masih terfokus pada jalanan, namun ia mengangguk.

"Secara literal aku sulit berteman, dan mungkin kau tahu itu. Kalau pun diluar pertemananku dan Jungkook aku mengenal beberapa orang, itu hanya masuk dalam kategori 'kenalanku' saja bukan teman apalagi sahabat." Ye Seo perlahan mulai merasa nyaman dengan percakapan itu, "Tapi, untuk bisa tertawa lepas aku tidak bisa melakukannya pada sembarang orang. Itu jelas bukan gayaku."

"Karena aku menghabiskan hampir seluruh hidupku dengannya, kau tidak perlu heran untuk hal sepele seperti itu."

Gadis itu butuh setidaknya satu menit untuk terdiam dan memikirkan kata-kata yang baik sebelum akhirnya kembali bicara, "Dan tentu saja kau benar. Hanya Jungkook. Bahwa hanya dia satu-satunya yang bisa membuatku tertawa seperti itu."

Yoongi paham dengan apa maksud ucapan gadis yang lebih muda darinya ini bahkan sebelum ia menjawab. Tapi, rasanya Yoongi ingat betul pernah melihat gadis ini tertawa padanya. Dulu sekali. Apa hanya dia yang mengingatnya? Benarkah? Apakah buruk untuk menyimpan kenangan manis seorang diri?

Sepertinya tidak, ya?

"Tapi sekarang tentu saja semuanya sudah berubah."

Yoongi mengerutkan kening sampai kedua alisnya menempel.

"Sekarang orang yang mampu membuatku tertawa bukan hanya Jungkook." Gadis itu menatap Yoongi dari pantulan kaca, "Tapi kau juga." []

That SmileTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang