27ㅡFakta

2.5K 349 46
                                    

Belum seminggu udah update lagi, nih!
Happy reading, dear^^

[]

Kita ini sedang mempertahankan sebuah hubungan, atau sedang menunda perpisahan?

ㅡㅡㅡ

Langitnya berubah warna menjadi ke abu-abuan. Mungkin sebentar lagi akan turun hujan.

Kang Ye Seo menatap kosong ke arah depanㅡtepat di meja dimana Jeon Jungkook meletakkan wajah diantara kedua tangannya. Lelaki tersebut terus menunduk sejak tadi, namun, kakinya bergerak menghentak-hentak kecil ke lantai. Setelah bel istirahat berbunyi, lelaki itu juga memilih mengabaikan ajakan beberapa teman prianya untuk makan siang.

"Peraturan nomor dua puluh lima."

Jungkook menimang sambil mengunyah biskuit gandum cokelat buatan ibu Ye Seo. "Kalau salah satu di antara kita ada yang bersalah, pihak yang benar harus memberi kesempatan pada si pihak salah untuk menjelaskan."

Kang Ye Seo kembali mencerna peraturan-peraturan itu dengan tatapan yang tertuju pada punggung Jungkook. Semua ucapan Jungkook saat itu masih ia ingat dengan jelas.

"Peraturan nomor tujuh belas,"

"Tidak ada amarah dalam menyelesaikan masalah."

Seulas senyum getir kembali terbit ketika peraturan lainnya terbesit dalam kepala.

"Peraturan nomor tiga,"

"Masalah sebesar apapun yang sedang di hadapi, Jeon Jungkook akan selalu menyayangi Kang Ye Seo."

Ye Seo bisa merasakan napasnya tercekat di kerongkongan. Sampai sekarang Jungkook belum memberinya kesempatan lagi. Beberapa waktu belakangan banyak hal yang menganggu pikirannya. Gadis tersebut tak bisa merasakan apapun, sama sekali tak bisa merasakan apapun tentang bagaimana perasaannya sekarang.

Padahal dulu, Ayah bilang merekaㅡJungkook dan Ye Seoㅡharus terus bersama-sama karena Ayah, percaya dengan Jungkook. Tapi bagaimana kalau hal seperti ini terjadi? Siapa yang akan jadi penengah supaya mereka berbaikan?

"Jung, mau bolos?"

Itu suara Joe. Si gadis tiba-tiba mendongak sambil menggigit bibir. Berharap sahabatnya tak pergi kemana pun. Tolong abaikan saja. Tetap disini.

Kendati demikian, tanpa menjawab, Jungkook langsung berdiri dan mengaitkan tasnya ke pundak.

Ah. Pemuda itu menerima tawaran Joe untuk membolos.

Hanya seperti itu saja sampai Ye Seo kehilangan akalnya untuk berkata-kata sebab Jungkook benar-benar pergi tanpa menoleh sedikitpun.

(#)

Setelah melewati hari yang melelahkan, di bawah sinar rembulan yang cukup menenangkan, Jungkook duduk di depan jendela kamarnya dengan kepala mengadah menatap lampu jalanan yang mulai redup.

Sedari tadi ponselnya tak henti-henti memunculkan notifikasi.

Sudah pasti pengirimnya Kang Ye Seo.

Jungkook ingat ketika tubuhnya merengkuh gadis itu dengan kuat. Yang Jungkook rasakan hanya ketakukan yang mendera. Jungkook terus menjadi serakah karena mengklaim gadis itu adalah miliknya. Padahal bukan. Jelas. Mereka hanya terikat sebuah hubungan yang dilabeli 'persahabatan' itu saja. Juga, peraturan dalam hubungan mereka yang barangkali menikam keduanya secara tak langsung.

Netranya kembali menelisik ke arah ponsel.

Oke, Jungkook menyerah. Ia lantas mengambil alat elektronik itu dan mulai membuka puluhan pesan yang dikirimkan Ye Seo.

Aku ingin bertemu di taman belakang. Kumohon,

Jungkook jangan mengabaikanku terus.

Hei?

Jung…

Aku kedinginan.

Jeon Jungkook. Ayo bertemu.

Apa kau tega membiarkanku mati kedinginan hah?!

Jungkook!!!

Pemuda tersebut sempat terkekeh kecil sebelum berdiri dan mengambil jaket tebalnya.

Baiklah. Mari selesaikan.

(#)

"Apa lagi?"

Gadis itu bergetar. "Tentang ucapanmu malam itu benar," Katanya lirih, "K-kau benar. Aku berhubungan seks dengan Yoongi."

Tanpa Ye Seo ketahui, sebenarnya Jungkook sangat sulit bertemu gadis ini karena dia tahu bahwa topik yang akan mereka bicarakan ketika bertemu adalah tentang kebenaran pertanyaannya itu. Jungkook juga bingung dirinya harus merasa marah atau tidak. Sebab logikanya, mereka hanya bersahabat tapi kenapa Jungkook harus marah? Atau, kenapa juga Kang Ye Seo harus bersedih kalau Jungkook mengabaikannya?

"Semuanya terjadi begitu saja." Ye Seo bicara lagi.

Namun agaknya hati Jungkook tak bisa diajak berdamai sebab yang ada di pikirannya sekarang hanya pergi sejauh mungkin dari hadapan gadis itu.

Jungkook berdecak, "Apa kau sadar bahwa kau itu konyol, Kang Ye Seo?"

Gadis tersebut bungkam seribu bahasa.

"Kau jelas mengerti bahwa aku benci orang yang berbohong! Kau semakin membuat semuanya sulit, aku tidak bisa mengatasi yang satu ini. Sungguh,"

Kang Ye Seo menatap Jungkook dalam. Kedua netranya merah padam. Napasnya sesak, tapi Jungkook keterlaluan. "Lalu, bagaimana denganku, hm?"

"Apa kau pernah memikirkan perasaanku sedikitpun? Tidak. Maksudku, pernahkah kau berpikir bahwa aku menyukaimu lebih dari seorang sahabat? Lebih dari peraturan sinting itu?" Ye Seo menelan ludah sebelum melangkah lebih dekat, "Kau sadar kalau aku menyukai kakakmu lebih dulu, kemudian tanpa dosa mengingatkanku tentang peraturan kita. Kau sadar kalau aku sedang ada masalah atau sedang sakit. Tapi kau tidak pernah sadar bahwa aku disini menderita karena tidak bisa mengungkapkan perasaanku yang sebenarnya! Aku membuang habis perasaanku terhadap Yoongi karena kupikir kau menyukaiku dan seharusnya aku membalas perasaanmu saja,"

Entah sejak kapan, air mata gadis itu kembali pecah. Hatinya semakin teriris sebab Jungkook membuang muka. "A-aku melakukan banyak hal untukmu… Apapun itu. Aku menjaga perasaanmu, Ta-tapi coba tebak apa yang kau lakukan? Benar. Tidak ada." Katanya dengan penekanan di kalimat terakhir, "Kau malah bilang sudah menemukan seseorang yg ingin kau jadikan kekasih, tapi hari-hari berikutnya? Kau semakin berlaku manis. Menciumku, memelukku, mengatakan bahwa kau menyayangiku. Kau melakukan banyak hal tapi juga mengatakan bahwa kita tak bisa lebih dari teman! Katakan padaku siapa yang konyol Jeon Jungkook?!" []

That SmileTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang