Sebuah keajaiban untuk seorang Jeon Jungkook ketika ada pemberitahuan bahwa hari ini, sekolah diliburkan sebab banyak pendemo yang turun ke jalan dan membuat sekolah khawatir akan keselamatan siswa-siswinya. Oh'o, jangan lupakan tentang mereka yang memberi libur selama satu pekan penuh. Wah, luar biasa. Bahkan Jungkook berharap setiap hari ada pendemo saja supaya sekolah terus diliburkan. Kalau begini, sih, Jungkook rela jalanan jadi macet supaya ia bisa terus tidur di rumah, bermain game, dan makan.
Hari ini pun sudah lewat tiga hari sejak terakhir kali Ye Seo mengirimnya pesan yang berisikan penjelasan bahwa ia dan kakaknya tak melakukan apapun, Jungkook belum bertemu lagi dengan gadis itu selain di sekolah kemarin. Itu pun tanpa bertegur sapa. Lelaki itu jadi merasa iba sendiri. Haruskah ia marah selama ini? Ah, bahkan Jungkook sampai sekarang masih terus membayangkan ekspresi wajah gadis itu yang terlalu kentara habis bangun tidur dari kamar Yoongi. Ya ampun, benar-benar deh.
Sejujurnya, tanpa dipikirkan pun, Jungkook akan kembali pada Ye Seo dengan atau tanpa perintah dari hatinya sendiri. Jungkook bergantung terlalu jauh pada gadis cantik itu, bahkan ia merasa jadi orang paling beruntung sebab, tanpa berusaha pun ia sudah mendapatkan seseorang yang kelewat sempurna untuk hidupnya. Memiliki pacar? Itu hanya bonus untuk Jungkook. Barangkali.
Sekarang melakukan apa-apa tanpa Kang Ye Seo? Rasanya Jungkook seperti pencundang yang kurang pengalaman. Banyak hal yang terlewatkan, hari-hari berganti juga tidak berjalan dengan baik sebagaimana mestinya.
Saat Jungkook hendak mengambil stik game di dalam lemari, ponselnya berbunyi.
Si cantik.
Haruskah Jungkook menjawabnya?
Baik-baik. Jung, tenang, tidak boleh panik. Hanya angkat teleponnya, dan bicaralah. Ya. Oke.
"Eoh." Jungkook berdeham pelan, kepalanya menunduk memperhatikan kakinya yang mulai bergerak gelisah.
Dimana?
Lelaki itu berpikir, ia berjalan ke arah ranjang lalu duduk, "Maksudmu?"
Kutanya, kau dimana?
Bibir Jungkook seperti mengucap 'ah' seolah ia baru paham maksud si gadis.
"Rumah. Kenapa?"
Aku akan kesana. Jangan menghindar, kau tahu, tidak lucu.
Jungkook mendengus sebal, "Yya! kau pikir aku senang seperti ini?" ia menggeleng tak habis pikir, jarinya menunjuk ke arah jendela seolah Ye Seo ada disana, "Pikirmu semua ini salah siapㅡ"
Belum menyelesaikan bicaranya, gadis itu sudah mematikan sambungan lebih dulu. Jungkook mengumpat, ya ampun, tidak masuk akal sekali berteman dengan gadis bar-bar ini.
Jungkook menutup kembali pintu lemari dan berjalan keluar, namun nampaknya kalimat 'menghindari' kurang berhasil sekarang sebab Ye Seo benar-benar berdiri disana, di hadapan Jungkook dengan senyum termanis yang paling Jungkook rindukan.
Mengangkat kantung plastik berukuran sedang ke depan wajah Jungkook, Ye Seo berdeham samar, "Ice cream cokelat semanis wajahku, dua bungkus kimbab, dan semangkuk tteoppoki pedas. Mau berbaikan?" ujar gadis itu dengan degup jantung yang tak karuan.
Lelaki di hadapannya tersenyum tipis. Sangat tipis sampai barangkali Ye Seo tak menyadarinya. Menganggumkan, sekarang Jungkook tersipu. Bahkan belum apa-apa skor sementara sudah tercetak jelas. Jungkook kalah. Eksistensi Ye Seo memang berpengaruh besar untuk hidup Lelaki tampan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
That Smile
Fanfiction[𝙲𝙾𝙼𝙿𝙻𝙴𝚃𝙴𝙳] Pada kenyataannya, Jungkook telat untuk menyadari bahwa Kang Ye Seoㅡgadis cantik tersayangnya itu mencintai seseorang yang paling ia benci kehadirannya, Jeon Yoongi. Mei, 2019 strugglebam.