Minggu pagi penuh drama sejak Jeon Jungkook menjelma menjadi lelaki yang sangat menyebalkan dengan sengaja membuka pintu toilet saat Ye Seo sedang mandi. Sialan mesum. Kalau bukan karena ibu Jungkook yang menjadi malaikat penyelamat dengan mengetuk pintu kamar, sudah di pastikan lelaki itu akan menghabisinya di dalam kamar mandi saat itu juga. Terlebih saat tatapan mata tanpa rasa bersalah itu mengedip iseng. Bahkan setelah mereka keluar rumah pun, Jungkook masih saja berlaku menyebalkan.
"Bagaimana kalau kita tidak udah pergi saja? Aku benar-benar ingin melihat tubuhmu, lho."
"Demi Tuhan Jeon Jungkook. Kau bisa diam tidak?!"
"Tidak."
"Jeon Jungkook!"
"Iya, sayang?"
Gadis itu menghentikan langkahnya. Menarik tasnya kasar dari tangan Jungkook dan berlalu pergi. Mereka berencana menghabiskan hari Minggu ini untuk bersenang-senang bukan justru membuat lelucon konyol. Jadi, daripada membuang waktu dan membuat mood-nya kian memburuk, gadis itu mulai mengabaikan teriakan Jungkook.
Oh, shit. Marah sungguhan men.
Lelaki itu merapal doa sejenak. Takut-takut sahabatnya berubah menjadi singa yang kelaparan dan siap menerkam Jungkook kalau ia salah berkata sedikit. "Ye Seo, aku minta maaf."
Jungkook mempercepat langkahnya, bisa perang dunia ke 3 kalau sampai Ye Seo tidak memaafkan Jungkook sekarang juga. Sejauh lelaki itu bisa mengingat pula, dulu sekali, Ye Seo pernah mengabaikan Jungkook sebab ia bergurau kelewat batas.
Melempar tali dan mengaitkannya ke pohon hanya untuk mengintip jendela kamar gadis itu. Jungkook panik bukan kepalang. Si cantik tersayangnya itu benar-benar menolak untuk bertemu. Bahkan, hal memalukan setelahnya, saat Jungkook mulai menyerah, lelaki itu menangis lalu mengadu pada sang ibu. Memohon supaya ia mau membantu Jungkook berbicara pada Ye Seo.
Bu, aku mau tidur di jalan saja kalau Ye Seo tidak memaafkanku.
Itu jelas kalimat terkonyol yang pernah Jungkook ucapkan.
Ibu Jungkook bahkan sampai tak habis pikir saat Jungkook benar-benar membawa satu bantal dan selimut tebal ke depan jalan rumah mereka sambil terisak sedih. Lelaki itu menolak makan sampai pipinya turut menirus. Barangkali, orangtua Ye Seo harus memberi reward atau apapun sebagai hadiah kagum. Mereka hanya anak kecil di bawah umur, namun Jungkook sudah berpikir sampai sejauh itu. Lucu sekali.
"Maafkan aku. Demi Tuhan, hanya bergurau." Jungkook besimpuh lutut di hadapan Ye Seo. Kedua tangannya menahan tas karena Ye Seo sama sekali tidak membiarkan tangannya di genggam. "Kumohon, jangan marah."
Lelaki itu mempoutkan bibirnya gemas. Tidak ada cara lain, ia mendongak sambil terus memelas. "Tolong maafkan, ya? Kubelikan vanila es krim? Dan sebuah kebebasan mengkonsumsi cokelat satu hari ini?" ia mengedipkan matanya.
"Bangun. Kau membuatku malu."
"Tidak sampai Ye Seoku yang cantik dan tersayang ini memaafkan si tampan Jungkook."
"Iya. Iya. Cepat bangkit."
Lelaki itu bangkit dan menghambur gadisnya dengan pelukan penuh sayang. "Maaf ya. Aku tidak tahu kau akan marah sampai seperti ini." ia mengusap punggung Ye Seo lembut, "Kalau kau marah rasanya aku seperti mau gila."
Obsidian gadis itu membulat. Ia melepas pelukan dan menatap Jungkook sengit, "Astaga. Kau benar-benar menjijikan."
"Iya. Aku juga sayang, kok." si lelaki menyambar tangan Ye Seo dan mengaitkan jemari mereka di sana. "Ayo habiskan hari ini dengan bahagia!"
(#)
Ye Seo merasa luar biasa senang saat mereka sampai di salah satu pusat perbelanjaan besar di Seoul, ternyata hal di luar dugaan adalah Jungkook menyewa sehari penuh salah satu tempat permainan yang ada di dalam mall. Ini sungguh luar biasa bagaimana mereka menghabiskan waktu dengan berbagai permainan.
Di mulai dari permainan mengambil boneka yang hampir membuat Jungkook frustrasi karena selalu gagal. Gadis itu yakin seratus persen kalau ia tidak menarik Jungkook dari sana. Sudah di pastikan kaca etalase tempat boneka itu ludes di pecahkan olehnya. Astaga, konyol. Itu hanya permainan tapi rasa-rasanya Jungkook bisa gila. Mereka mencoba berbagai macam permainan lainnya seperti street basketball, time crisis dan berakhir di dance-dance revolution. Sedikit menarik perhatian orang-orang yang berlalu-lalang atau barangkali mereka memang ingin mencoba salah satu permainan namun tidak bisa akibat ulang serampangan Jeon Jungkook.
"Kau tahu, apa yang membuat permainan ini jadi luar biasa menyenangkan?" Jungkook terengah seraya kakinya yang terus bergerak ke kiri dan kanan mengikuti gambar layar besar di depannya.
Ye Seo mengusap pelipisnya yang berkeringat, banyak poin yang tertinggal sebab kakinya mendadak terasa kebas. Level yang di pilih Jungkook itu sialan, "Apa?"
"Kau."
Gadis itu berhenti menginjak tanda panah di bawah kakinya. Ia mengernyit terkejut lalu mendongak pada Jungkook tak mengerti.
Jungkook hanya melirik sekilas sebelum meneruskan gerakan kakinya. "Apapun yang kulakukan, selama ada kau. Rasanya menjadi menyenangkan. Padahal, ini hanya mainan kuno yang semua orang bisa."
Oh, Tuhan. Dia mulai lagi.
"Kupikir kau juga sama."
"Apanya?"
"Iya. Maksudku, sama halnya denganmu. Apapun yang kulakukan dan aku menyadari bahwa kau selalu disini. Rasanya luar biasa menyenangkan. Well, meskipun kau sering membuatku kesal. Itu adalah poin minus. Tolong dicatat."
Jungkook berhenti menari. Ia mendekat perlahan. Menimang sesuatu sebelum tersenyum jahil dan mengecup pipi Ye Seo singkat. "Aku jadi takut kalau suatu saat benar-benar memiliki kekasih. Siapa, ya. Kira-kira yang akan mendampingi dan membuat Ye Seoku bahagia?" []
-TBC-
Next Challenge for fast update(?)
Need 60votes + 60comment:) Fighing!
Dan seneng sekali ini notif jebol:" Please kalau mau ngobrol hit me on wall ya;) jangan sungkan! Soalnya kalau login wattpad ya emang update aja sama cek wall. Notif jarang banget di cek karena satu dan dua alasan:) tapi kalau komen kalian semua aku baca dan balas ko!
KAMU SEDANG MEMBACA
That Smile
Fanfiction[𝙲𝙾𝙼𝙿𝙻𝙴𝚃𝙴𝙳] Pada kenyataannya, Jungkook telat untuk menyadari bahwa Kang Ye Seoㅡgadis cantik tersayangnya itu mencintai seseorang yang paling ia benci kehadirannya, Jeon Yoongi. Mei, 2019 strugglebam.